Gita dan Aswa sedang berbahagia karena kelahiran anak mereka, Bima. Kebahagiaan mereka bertambah saat Aswa mendapat kenaikan jabatan sebagai kepala produksi dan diberikan fasilitas sebuah rumah dinas.
Mereka pindah ke rumah baru tersebut.
Gita dan...
Gita merasa bahwa hidupnya mendekati level sempurna. Bayi lucu, karir suami yang semakin menanjak dan hidup dekat dengan orang tua. Sudah empat hari Gita sibuk membereskan barang-barang yang akan dibawa ke rumah baru mereka di Jawa Timur nanti. Sebagian besar sudah dikirim lewat jasa pengiriman. Malam nanti, Gita, Aswa dan Bima akan berangkat dengan pesawat malam. Rencananya mereka akan menginap di rumah orangtua Gita di Madiun, sebuah kota legendaris di Jawa Timur.
Bi Mirah sibuk menggendong Bima sejak pagi. Tak sekalipun dia mau diturunkan. Bahkan minum susu, makan dan tidur pun dalam gendongan Bi Mirah.
"Bima sepertinya tahu kalau akan berpisah dengan Bi Mirah, ya. Seharian nempel terus." Kata Gita sambil mendorong kopernya ke depan pintu.
"Bima padahal lagi sehat badannya. Tapi, engga mau lepas gendongan." Aswa memeriksa kembali barang bawaan mereka.
"Entahlah, tapi Bibi merasa ada yang tidak beres sama Bima. Tapi, Bibi tadi sudah memeriksa badan Bima. Tidak ada ruam, badannya juga engga panas dan makan pun seperti biasa. Bima, kamu kenapa, Nak?" Bi Mirah mengangkat tinggi-tinggi Bima.
Biasanya Bima akan tertawa riang sambil menjerit-jerit jika diangkat ke atas begitu, kali ini dia diam saja. Bi Mirah semakin heran.
"Dia hanya kangen saja sama Bibi. Dia kan, dari kecil sudah dalam asuhan Bibi. Jadi, Bima juga bisa merasakan perpisahan ini. Bi Mirah juga engga mau diajak pindah ke Jawa, kan." Sahut Aswa.
Bi Mirah tak menanggapi kata-kata Aswa. Hanya memandang terus pada Bima. Bi Mirah yakin ada hal yang dirasakan Bima tapi tak mampu diterjemahkan oleh orang dewasa di sekitarnya. Bima tak nampak ceria tapi tak pula murung. Seperti bayi tanpa ekspresi. Hanya menangis saja jika dia ingin sesuatu. Benar-benar di luar kebiasaan.
Bi Mirah tak lepas merapalkan berbagai macam doa selama Bima dalam gendongannya. Sesekali membisikkan kata menenangkan pada bayi mungil itu. Seolah mengerti, Bima kadang langsung tertidur pulas bila mendengar bisikan bi Mirah.
"Apa betul dia merasakan firasat tertentu?" Gita mengambil Bima dari gendongan Bi Mirah.
"Kalau kata Bi Mirah, mah, begitu. Bayi kan, masih polos belum ada dosa."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gita duduk termenung di sofa, memandangi Bima yang tengah pulas. Ada sedikit kekhawatiran yang mulai menelusup dalam dirinya. Sebenarnya ada apa dengan Bima? Apakah benar dia merasakan sesuatu yang tak kasat mata? Apakah Bima merasakan isyarat tertentu? Bagaimana jika isyarat dari Bima terbukti?
"Sayang, sudahlah. Bima hanya kangen dengan Bi Mirah. Dia mungkin juga terbawa suasana kita yang sibuk dan capek dengan kepindahan ini. Lambat laun Bima akan kembali ceria. Kamu jangan khawatir. Kita berdoa saja meminta perlindungan." Kata-kata Aswa belum mampu menenangkan Gita.
"Bagaimana kalau tiket pesawat dibatalkan saja. Kita berangkat ke Jawa dengan jalur darat. Kita bisa sewa Pak Mardi buat mengantar sampai ke Madiun. Mobil kita juga bisa sekaligus dibawa," tawar Gita.
"Sudahlah, tolong, jangan berdebat untuk saat ini. Lagi pula, sekarang jalan ke Jawa juga sudah menggunakan tol." Pinta Gita.
Aswa tak sampai hati menolak permintaan istrinya yang sudah berwajah penuh kekhawatiran. Dia pun menyiapkan mobil dan mengawalkan keberangkatan ke Jawa menggunakan jalur darat.
Bima masih tertidur pulas saat mereka berangkat sore itu. Bi Mirah tak hentinya menangis. Meskipun Aswa dan Gita berjanji akan mengunjungi rumah mereka tiap bulan, Bi Mirah tetap saja tak mampu menahan kesedihannya. Terlebih berpisah dari Bima.
Ada rasa khawatir dengn kepindahan keluarga kecil itu, tapi Bi Mirah mengabaikan. Dia yakin, hanya karena rasa kangen dan sedih yang membuat suasana hatinya tak tenang. Mekipun tak bisa Bi Mirah pungkiri, rasa khawatir ini lebih dari biasanya tanpa dia ketahui penyebabnya.
***
Note:
Orang daerah Jawa Barat atau Ibu Kota jikamenyebut daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan sebutan "Jawa" saja.