Gita dan Aswa sedang berbahagia karena kelahiran anak mereka, Bima. Kebahagiaan mereka bertambah saat Aswa mendapat kenaikan jabatan sebagai kepala produksi dan diberikan fasilitas sebuah rumah dinas.
Mereka pindah ke rumah baru tersebut.
Gita dan...
Sudah tujuh hari sejak kepindahan Aswa, Gita dan Bima ke rumah barunya di Giriloka. Gita terlihat sangat menikmati suasana rumah barunya. Tak hentinya dia melakukan berbagai renovasi kecil di sudut-sudut rumahnya. Sejak kepindahannya, Gita mengganti perabot lama di rumah dengan model baru. Dia pun meminta dua orang mengurus halaman dan kebin rumahnya. Asri membantu dia mengurus kegiatan rumah tangga dan mengasuh Bima. Dia ingin membuat rumah barunya semakin nyaman untuk ditinggali.
Seperti pagi ini, sudah datang mobil box yang membawa aneka wallpaper pesanan Gita. Dia ingin mengganti warna seluruh dinding di rumahnya.
"Oke, hari ini renovasi apalagi?" Aswa menggelengkan kepala saat melihat para tukang memasuki rumahnya.
"Aku ingin memasang wallpaper di dinding rumah ini. Kan, kemarin sudah minta izin. Biar rumah ini terasa lebih segar dan jauh dari suasana kuno." Jelas Gita sambil sibuk memeriksa wallpaper pesanannya.
"Iya, tidak apa-apa. Cuma pesanku, jangan terlalu berlebihan, ya. Ini hanya rumah dinas yang tidak kita tempati selamanya. Bisa jadi, dua tahun lagi aku akan kembali dipindah tugaskan di cabang lain." Aswa merasa dia tak akan mampu menghalangi keinginan istrinya.
"Iya, Sayang. Aku paham, kok. Aku hanya ingin merasa nyaman berada di rumah ini."
Aswa lalu berangkat kerja dan meninggalkan Gita yang tengah asyik memberikan berbagai arahan pada para tukang. Semenjak bapak mengisahkan sejarah rumah dinas itu, Aswa tahu bahwa kenyamanan istri dan anaknya adalah yang utama. Tak sedikit pun ritual selamatan rumah yang aneh pecan lalu dia ceritakan pada Gita. Dia tak ingin istrinya ketakutan saat dirinya berada di tempat kerja.
Sedangkan Asri sejak tadi hanya memperhatikan saja tingkah Gita. Dia merasa khawatir dengan renovasi berlebihan yang dilakukan nyonya rumahnya. Sudah beberapa kali Asri mencoba berbicara dengan Gita terkait hal ini. Tapi, Gita seperti tak ingin mendengarkan pendapat siapapun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Maafkan kalau saya lancang. Apakah wallpaper ini akan menutupi seluruh dinding rumah ini?" tanya Asri sedikit takut.
"Rencananya, sih, begitu. Bagaimana? Bagus, kan? Oya, besok akan ada tukang yang memasang lampu taman untuk halaman depan dan belakang. Agar makin terang saat malam hari. Oya, Bima mana?" Gita menjelaskan rencananya.
Asri menari napas panjang saat mendengar rencana itu.
"Bima lagi main di belakang sama pak Sastro. Tadi habis beresin kebun. Masih ada rencana renovasi apalagi seminggu ke depan?"
"Ah, tak banyak, Sri. Hanya taman depan dan belakang. Lalu kamar-kamar akan dipasang lampu-lampu baru menggantikan lampu model lama yang sudah nampak suram. Hanya itu. Ada apa memangnya?" tanya Gita saat melihat raut wajah Asri yang berubah penuh kekhawatiran.
"Ah, ndak apa-apa. Hanya saja, tradisi di Giriloka jika kita ingin merenovasi rumah lama, ada baiknya melaksanakan ruwatan dahulu. Agar diberikan keselamatan." Jelas Asri.