Part 13: Teman Tak Kasat Mata

27 5 1
                                    

Insiden terlukanya Asri mulai memberikan suasana yang berbeda di rumah itu. Para pekerja mulai ragu melanjutkan pekerjaan mereka. Namun, mereka tak mampu menolak permintaan Gita. Terlebih imbalan uang yang diberikan juga melebihi dari tarif biasa mereka. Siapa yang mampu menolak. Mereka mengganti lampu-lampu besar di rumah menjadi lampu modern yang minimalis. Pak Sastro dan Pak Min semakin khawatir dengan berbagai permintaan Gita untuk mengganti berbagai barang di rumah itu.

Asri masih belum sanggup kembali bekerja di rumah itu. luka-lukanya mendapat jahitan di beberapa tempat. Aswa dan Gita tak menyangka akan fatal akibat pukulan Bima. Gita akhirnya meminta Mbok Darmi, tetangga di kampung itu, yang juga pernah mengasuh Gita saat masih kecil untuk menggantikan posisi Asri selama pemulihan.

Antara senang dan khawatir, Mbok Darmi menerima tawaran Gita. Lebih karena kedekatan sejak kecil membuat Mbok Darmi luluh pada permintaan Gita. Sifat keras kepala tak pernah bisa hilang dari Gita dari semenjak kecil. Mbok Darmi sudah sangat paham.

"Bima sudah mulai ngantuk, Non. Mau digendong sama Mbok apa mau dibawa ke kamar saja?" Bima terlihat mulai terkantuk-kantuk dalam dekapan Gita.

"Gendong dulu sebentar, Mbok. Kalau sudah pulas, taruh di tempat tidurnya yang kecil. Oya, saya sama suami mau ke pasar Giriloka. Ada beberapa hiasan dan keperluan dapur yang saya ingin beli." Mbok Darmi mengangguk.

Rumah kembali dalam ritmenya. Para pekerja sudah sibuk mengganti berbagai perabot dan mengecat kamar paling belakang. Pak Sastro yang bertugas menemani para pekerja juga nampak sibuk mengelap perabot kayu yang tak dipakai. Pak Min sibuk menata bunga-bunga di taman dan Mbok Darmi memasak sambil sesekali melihat ke kamar Bima yang tak jauh dari dapur.

Hari sudah menjelang siang dan para pekerja serta semua orang di rumah mulai sibuk mengisi perut. Aswa dan Gita rencananya akan kembali saat sore nanti. Mbok Darmi melangkah ke kamar Bima. Sayup-sayup terdengar suara Bima seperti sedang tertawa dan mengoceh.

Bima sudah bangun. Begitu pikir Mbok Darmi.

Ketika pintu rumah dibuka, Mbok Darmi melihat Bima masih tertidur pulas memeluk guling kecilnya. Mbok Darmi melihat ke kanan dan ke kiri secara spontan. Dia heran melihat Bima masih lelap lalu memutuskan untuk mendekati Bima.

Betul, Bima masih pulas tertidur. Mbok Darmi menggaruk kepalanya yang dipenuhi uban. Dia bingung dengan suara yang didengarnya tadi. Segera dia kembali ke dapur dan menemui Pak Sastro.

"Sas, Sastro. Ke sini sebentar," panggil Mbok Darmi dan menarik Pak Sastro keluar dapur.

"Ada apa, Mbok? Saya kan, lagi makan." Ujar Sastro.

"Sas, aku tadi ke kamar Bima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sas, aku tadi ke kamar Bima. Saat di lorong menuju kamar, aku mendengar suara Bima tertawa dan mengoceh. Tapi, saat masuk ke kamar, dia tengah tertidur pulas. Ada apa ini, Sas?" tanya Mbok Darmi khawatir.

LokatrayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang