[12]

666 88 11
                                    

"Inilah akhirnya?" Ucap Ragus

Lazark tengah bertarung dengan para penghianat yang ingin menyerang Lukedonia. Namun karena jumlah yang tidak seimbang, tubuhnya mulai dipenuhi luka dan darah. Kecepatan dan tenaganya berkurang seiring banyak serangan yang diterimanya.

"Dia bertahan cukup lama juga"

"Hei, cepat habisi dia, kita harus pergi ke Lukedonia" Kata Gradeus

"Kami paham, jangan paksa kami"

"Kita terlalu lama disini" Ucap Ragus

"Aku ingin segera bertemu dengan si Lord yang lemah itu" sambungnya

Mendengar itu, Lazark tak kuasa menahan amarahnya. Ia melesat menyerang Ragus dengan soul wepon miliknya.

"Aku terjekut, kau masih mempunyai tenaga?" Ucap Gradeus

"Tak satupun dari kalian" Lazark mengepalkan tangannya, kemudian melirik mereka semua tajam.

"Yang akan memasuki Lukedonia!!!" Teriak pria itu. 

Serangannya tepat menggores wajah Gradeus. Namun selang beberapa detik, Gradeus melayangkan soul weaponnya ke lengan Lazark.

"Lazark Kertia, sikapmu yang sok pahlawan sungguh membuatku muak" Ucap Gradeus

"Hentikan! Ia milik kami!" Ucap Kuharu

"Diam!"

Lazark tetap bertahan dan bertarung dengan sekuat tenaga meski hanya dengan satu tangan. Dia tahu mungkin hari ini dia tidak akan selamat. Tapi Lazark tidak bisa membiarkan Lord dan para keluarga di Lukedonia terluka.

"Ha! Meski sudah begitu, kau masih tak menyerah?!" Teriak Gradeus

"Kalian takkan boleh memasuki Lukedonia atau bertemu Lord" Ucap Lazark dengan tegas.

"Dia masih sekuat itu?" Kata Ragus sedikit terkejut melihat keadaan Lazark.

"Baiklah, kalau itu yang kau inginkan!"

Gradeus menyerang Lazark dengan membabi buta. Namun pria itu berhasil menghindari setengah dari serangan Gradeus.

"Lumayan juga" Ucap Gradeus

Sekarang gantian mahkluk berwarna biru yang menyerang Lazark. Tapi bukannya mundur, serangan Lazark malah semakin sakit. 

"Serangannya semakin kuat dalam kondisi itu?" Kata Ragus

Kuharu maju dan memukul wajah Lazark.

"Inilah akhirmu!!!" Teriak Kuharu

Semua orang mengira inilah akhir dari Lazark, tapi kenyataannya serangan terakhir Lazark mampu membuat tubuh Kuharu hancur berkeping-keping.

"Kuharu!!!" teriak temannya. 

Mereka menatap tidak percaya pada Lazark. Pria itu menjadi semakin kuat pada saat kondisi terburuknya. Lazark mengusap mulutnya yang mengeluarkan darah.

"Aku belum selesai"

'Dia masih ingin bertarung?'  batin Ragus

'Sungguhkah dia segigih itu demi Lukedonia?'  batin Edian. Sedari tadi gadis itu hanya melihat teman-temannya bertarung dengan Lazark.

"Kalian tidak akan bisa masuk ke Lukedonia" Ucap Lazark dengan lantang.

Namun mau bagaimanapun, keadaan saat itu tidak memihak pada Lazark. Terkadang disaat kita sudah berusaha semaksimal mungkin, hal itu tidak juga membuahkan hasil yang memuaskan.

Gradeus menusuk Lazark tepat di jantungnya, membuat pria itu berteriak kesakitan. Kesadarannya sudah hampir hilang. Namun tangannya menggepal, matanya menatap Gradeus dengan tajam.

"Itukah alasanmu bertarung seperti ini?" Tanya Gradeus

"Kau membuatku jijik!"

"Kalian semua, yang bersikap ksatria, membuatku sangat muak!" Teriak Gradeus

'Tidak, aku tak boleh mati'  batin Lazark

Bayangan gadis itu tersenyum saat menyambutnya pulang membuat hati pria itu terasa perih. Bagaimana jika ia tidak dapat melihat Emelie lagi? Bagaimana dengan Rael? Bagaimana dengan teman-temannya?

"Kau masih berusaha melawanku dalam kondisi itu?" Gradeus sedikit meringis saat Lazark menyerang perutnya dengan keras.

"Kau pikir aku main-main?!" Teriak Gradeus, pria itu menendang Lazark sehingga tubuh Lazark terpental jauh.

"Cih, Kau masih bisa berdiri?"

"Kau akan terbelah dua hingga takkan bisa berdiri lagi"

'Bagaimana ini?' batin Lazark

"Gradeus, cukup!" Kata Edian

"Apa?"

"Dia sudah selesai"

'Apakah ini akhirnya? kenapa aku hanya bisa sampai disini?' batin pria itu

"Pft, ayo pergi" Satu persatu dari mereka pergi meninggalkan Lazark, hingga yang terakhir Edian.

Kematian adalah sebuah tantangan. Itu mengajarkan kita untuk tidak pernah membuang-buang waktu. Itu menyuruh kita untuk mengatakan pada orang-orang disekitar kita bahwa kita mencintai mereka sekarang juga.

Tapi Lazark belum melakukannya. Dia belum mengatakan pada Emelie bahwa dia mencintai gadis itu.

Tidak ada yang siap untuk menerima perpisahan, namun nyatanya setiap pertemuan selalu diakhiri dengan perpisahan.

'Bahkan aku belum sempat mengucapkan selamat tinggal' batin Lazark

Dia pergi tanpa berpamitan pada gadis itu. Rasa penyesalan masuk ke dalam hatinya, mengetahui bahwa dia tidak akan bisa melihat gadisnya lagi.

Rael pasti akan marah padanya. Bagaimana dia bisa meninggalkan adiknya yang belum dewasa?

Lazark menatap sendu kearah langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Bibirnya tersenyum tipis, lengan kanannya yang tersisa dia letakkan di dada.

'Tempat tinggalku, Lukedonia'

'Lord, maafkan aku'

'aku tak bisa berjalan di sisimu lagi'

"Rael, maafkan aku'

'aku tak lagi bisa hidup bersamamu'

'Emelie, maafkan aku dan terima kasih'

'aku mencintaimu, semoga kita bisa bertemu lagi'

Perpisahan adalah puncaknya suatu pertemuan. Jalan selanjutnya adalah tentang merelakan.

Kalau kita percaya bahwa tidak ada satupun kehilangan yang dapat direncanakan, maka selayaknya kita juga paham, perpisahan pun juga demikian.

Selamat tinggal.

Soulmate

-calaraspberry-

Direvisi pada 05/07/2021



𝗦𝗼𝘂𝗹𝗺𝗮𝘁𝗲 [𝗟𝗮𝘇𝗮𝗿𝗸 𝗞𝗲𝗿𝘁𝗶𝗮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang