Lazark menatap gadis disampingnya yang sedang sibuk memakan eskrim yang baru saja dia beli. Wajah gadis itu tampak berseri-seri, seperti bunga mawar yang baru saja mekar.
"Apakah itu enak?" tanya pria itu.
"Tentu saja! kau mau mencobanya? ini rasa strawberry, tapi di kulkas aku memiliki varian rasa yang lainnya"
Lazark mengangguk menanggapi ucapan Emelie, pria itu tersenyum tipis saat gadis itu menghabiskan potongan eksrim terakhirnya.
"Aku ingin mencoba yang sama denganmu" sahutnya
"Baiklah, aku akan ambilkan satu untukmu" ucap Emelie, lalu gadis itu berjalan menuju dapur dan membuka kulkas milik Frankenstein.
"Aku juga ingin yang rasa coklat" kata Tao, pria itu muncul bersama Takio dan M-21. Sepertinya mereka baru saja melakukan pemeriksaan di lab.
"Kalian mau juga?" tanya Emelie pada Takio dan M-21 yang dibalas gelengan oleh mereka.
"Aku tidak begitu suka makanan manis" jawab Takio
Frankenstein menghela nafas saat melihat Shinwoo dan yang lainnya sudah berada di depan rumahnya, pria berambut merah itu terus menerus menekan bel.
"Kau tidak ingin membuka pintunya?" Emelie menatap heran pada sang kepala sekolah yang berdiri di depan pintu.
"Apa hari ini mereka belum pulang juga ya?" tanya Shinwoo
"Mungkin begitu, Rai tidak mengangkat ponselnya" ucap Ikhan
"Emelie pun tidak aktif saat aku mencoba menghubunginya" kata Sui
"Yah kelihatannya masih tidak ada, besok kita coba kesini lagi" sahut Yuna
Namun saat mereka membalikkan badan, pintu rumah Frankenstein terbuka secara tiba-tiba. Wajah mereka yang tampak sedih dan kecewa langsung tergantikan oleh raut senang dan gembira.
"Rai! apa yang terjadi? kapan kau pulang?" tanya Ikhan
"Seharusnya kau menghubungi kami, kenapa kau tak menjawab telepon kami?" ucap Shinwoo
"Ah! Emelie juga ada disini, aku rindu sekali dengan kalian semua" sahut Sui
"Maaf, aku sangat sibuk kemarin" kata Emelie menimpali ucapan Sui
"Aku senang kita bisa bertemu lagi, bagaimana kalau hari ini kita makan-makan?" tanya Yuna
"Sayang sekali, kami harus segera pergi" ucap Tao, pria berambut mangkok itu memang berencana pergi bersama rekannya untuk berlatih dengan Frankenstein.
"Ah, begitu rupanya" jawab Yuna
"Sampai ketemu nanti, kapan-kapan aku akan bergabung dengan kalian" sahut Takio
"Benar! masih ada lain waktu, kalau begitu hati-hati di jalan" kata Shinwoo
"Biar Shinwoo dan aku yang pergi. Kami akan langsung kembali kalau kesananya lari" ucap Ikhan
"Kalau begitu, akan kukirimkan bahan yang harus dibeli" kata Emelie
"Oke, ayo kita lari Shinwoo!"
"Eh? Rai? kenapa kau tiba-tiba berdiri? Kau mau ikut kami?" tanya Shinwoo, Raizel mengangguk dengan ekspresi datarnya.
"Hei, cepatlah! sebentar lagi matahari akan terbenam" ucap Sui
Mereka bertiga pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan makanan. Dirumah itu hanya tersisa Emelie, Yuna, dan Sui karena Lazark memutuskan untuk kembali ke Lukedonia bersama Rael, Seira, dan Regis.
"Sui! kulit wajahmu sangat bagus, kau pakai produk apa?" tanya Emelie, gadis itu tampak takjub saat melihat wajah Sui dari dekat. Mereka sedang memoles kuku dengan kutek sambil menunggu yang lainnya kembali.
"Ah, Ibuku membelikan serum dari Amerika saat dia pergi berlibur" jawab gadis itu sambil tersenyum malu.
"Tapi Sui memang sangat cantik, dia membintangi iklan kosmetik di Jepang!" ucap Yuna
"Benarkah? itu sangat hebat! padahal kau masih sangat muda" kata Emelie, gadis itu menatap Sui yang sedang mewarnai kukunya dengan hati-hati.
"Sejujurnya kau pun memiliki wajah yang cantik, banyak murid laki-laki yang membicarakanmu saat kau datang ke sekolah ini" sahut Sui
"Betul, bahkan mereka meminta nomor teleponmu padaku, tapi aku menyuruh mereka untuk memintanya sendiri padamu" ucap Yuna
"Aku tidak memberikannya pada mereka" kata Emelie
"Eh, kenapa? jangan-jangan kau sudah memiliki pacar ya?!" tanya Sui
"Begitulah, tolong rahasiakan ini ya" jawab Emelie sambil tertawa.
"Wah, siapa? apakah dia siswa disekolah?" tanya Yuna
"Rahasia! memangnya kalian tidak memiliki seseorang yang kalian suka?" tanya Emelie
"Aku sangat sibuk, jadi tidak benar-benar memperhatikan tentang hal itu" ucap Sui
"tidak ada, sepertinya aku harus mulai mencarinya" kata Yuna
Sementara itu Raizel datang bersama Shinwoo dan Ikhan yang membawa banyak barang belanjaan ditangannya.
"Kami datang!" sahut Ikhan dari luar rumah.
"Kita harus buat Rai kita tercinta kenyang dengan ini!" ucap Shinwoo dengan bersemangat, pria itu menunjuk bungkus ramyeon yang dibawanya.
"Kalian duduk saja biar aku yang menyiapkannya" kata Emelie
"Biar kubantu, aku akan mengupas buahnya" sahut Sui, Yuna pun ikut menyiapkan minuman segar dan cemilan ringan yang lainnya.
"Hoi! Shinwoo! jangan makan sebelum semua hidangannya lengkap" kata Ikhan
"Ah, oke!" ucap Shinwoo, namun tangannya masih terus mengambil kue diatas meja.
"Kenapa tanganmu berlawanan dengan mulutmu? aku bilang berhenti makan!" sahut Ikhan
"Hei, Shinwoo! kamu minta dibunuh ya?" teriak Sui dari arah dapur
"aku rasa mereka gembira karena akhirnya bertemu denganmu setelah sekian lama" ucap Emelie, sambil menaruh hidangan terakhir yang mereka siapkan.
"Kau mungkin mengira selalu begitu, tapi belakangan ini semuanya tak bersemangat. Sudah lama sekali kita tidak mengobrol seheboh ini" kata Yuna
"Andai saja Seira dan Regis juga ada disini" sahut Ikhan
Emelie menatap Raizel yang terlihat sedikit pucat, pria itu jelas tidak baik-baik saja pada saat ini. Setelah menidurkan para kepala keluarga yang berkhianat dan bertarung melawan musuh yang kuat, dia telah mengeluarkan begitu banyak energi.
Meski begitu, mereka menikmati makan malam bersama-sama, diselingi dengan canda tawa yang murid-murid itu lontarkan. Raizel tersenyum menikmati hangatnya suasana malam ini bersama teman-temannya.
Shinwoo mengeluarkan permainan monopoli dari tas sekolah miliknya. Mereka bermain bersama hingga larut malam.
Soulmate
-calaraspberry-
Direvisi pada 13/07/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗦𝗼𝘂𝗹𝗺𝗮𝘁𝗲 [𝗟𝗮𝘇𝗮𝗿𝗸 𝗞𝗲𝗿𝘁𝗶𝗮]
FanfictionNoblesse, Lazark Kertia ft. Emelie Wynstelle (OC) [ selesai direvisi ] Hello! Welcome to my first story :) Apakah kalian merasa familiar dengan kata Wynstelle? sebuah nama keluarga yang dikabarkan telah punah beratus-ratus tahun yang lalu. Namun apa...