[14]

682 94 7
                                    

Flashback

Setelah mendengar bahwa Lukedonia telah diserang oleh para pengkhianat, mereka bertiga segera pergi kesana. Tempat yang pertama kali mereka datangi adalah mansion milik Raizel.

"Siapa yang berani merusak mansion milik tuan?!" ucap Frankenstein, pria itu tampak terkejut dan marah saat mendapati mansion milik tuannya hancur.

"Jadi mereka telah berhasil sampai ke Lukedonia" sahut Emelie

"Kalian pergilah terlebih dulu, ada sesuatu yang harus kuperiksa disini" kata Rai

"Baik, Tuan"

"Frankenstein, aku mengizinkanmu melepas segel yang mengukung kekuatanmu"

Dengan begitu mereka berpencar, Frankenstein dan Emelie pergi untuk mencari yang lain. Raizel ingin memastikan keberadaan blood stone yang disimpan di mansionnya. Namun sialnya batu itu hilang, siapapun yang merusak mansion itu pasti juga mengambil blood stone.

"Menurutmu, kita bisa melakukannya?" tanya Emelie

"Aku tidak pernah meragukan diriku sendiri" jawab Frankenstein

"Benar"

"Bagaimana dengan kau? aku tak pernah melihatmu berlatih"

"Meskipun sumber kekuatanku adalah sihir, tapi ratusan tahun yang lalu aku sering berlatih dengan kepala keluarga terdahulu"

"Baiklah, jangan sampai mati" ucap Frankenstein, membuat Emelie tertawa saat mendengarnya.

"Mereka pasti sangat kuat, tapi kita juga tidak lemah" sahut gadis itu

'semoga Lazark dan yang lainnya baik-baik saja' batin Emelie

"Aku tidak pernah mendengar tentang kekuatanmu" ucap Frankenstein

"kau tidak perlu mendengarnya, nanti kau akan melihatnya sendiri"

"Sihir seperti apa yang kau lakukan?"

"Kau cukup memaksa ya"

"Begitulah"

"Aku bisa melakukan sihir ringan seperti menerbangkan barang dan mengendalikan pikiran mereka. Tapi setelah dewasa aku mulai belajar untuk menyembuhkan luka, memindahkan jiwa seseorang, teleportasi, dan berkomunikasi dengan orang mati"

"cukup mengerikan"

"Kekuatan gelap milikmu jauh lebih mengerikan"

'dia bisa berkomunikasi dengan orang mati?'  batin Frankenstein, pria itu cukup terkejut dengan apa yang gadis itu ucapkan.

"Ah! aku bisa merasakan energi Lazark disekitar sini" ucap Emelie

"Dimana dia?"

"Tapi energinya sangat lemah bahkan hampir tidak ada" lanjut gadis itu, suaranya bergetar dan jantung Emelie berdegup kencang.

"Tidak mungkin, dia....."

'Disana!'  batin Emelie

Gadis itu melesat dengan cepat setelah mendapati tubuh Lazark yang terbaring di tanah. Kedua tangannya gemetar, matanya berkaca-kaca saat melihat kondisi pria itu.

"Lazark! Hei, bangunlah!" Ucap gadis itu

"Lazark bertemu dengan banyak musuh disini, dan dia dikeroyok banyak orang" sahut Frankenstein

"Aku tidak mengerti, dia tidak bernafas! kenapa?!" 

"Dia sudah tiada namun tubuhnya tidak hilang, artinya jiwanya belum pergi"

"Kembalilah Lazark, kumohon...."  ucap Emelie berulang kali

Frankenstein menghela nafas dan menatap langit dengan sendu, dia teringat janjinya pada Rayga.

'Maaf, aku tidak bisa menjaga anakmu' batin pria itu

Emelie memejamkan matanya dan menggengam tangan Lazark dengan erat. Mulut gadis itu mulai merapalkan mantra berulang kali, memanggil para leluhur untuk membantunya.

Frankenstein melihat gadis itu berbicara dengan bahasa yang tidak ia mengerti. Tapi dia paham bahwa Emelie berusaha dengan sangat keras.

"Tidak...."

"Apa yang kau lakukan?" tanya Frankenstein.

"Mereka tidak ingin membantuku....."

'Dia berusaha menghidupkan Lazark?'  batin Frankenstein

"Mereka bilang itu sangat berbahaya, akan ada konsekuensi yang harus diterima" Ucap Emelie, hidung gadis itu mengeluarkan darah, tapi bibirnya tidak berhenti merapalkan mantra tersebut.

"Kau baik-baik saja? konsekuensi apa?"

"Aku tahu kau disana, tolong bantu aku" Emelie terisak pelan, para leluhur itu berteriak memarahinya. Namun alih-alih berhenti, gadis itu mengucapkan mantra lebih keras dari sebelumnya.

"Kumohon, aku mencintainya" Emelie menunduk menahan tangisannya yang akan meledak.

'aku tidak ingin kehilangan Lazark'  batin gadis itu

Frankenstein terdiam melihat Emelie yang menangis, matanya kembali tertuju pada Lazark yang masih tidak bergerak.

"Tidak, maafkan aku...." Gadis itu mengusap pelan rambut Lazark, bibirnya sudah berhenti merapalkan mantra.

"Jangan pergi! kembalilah Lazark, jangan tinggalkan aku" Emelie menangis sesegukan. Tapi perlahan kesedihan itu hilang, rasa kecewa dan marah menguasai dirinya.

"Emelie...." Ucap Frankenstein

"Kau pergilah dan bantu yang lain, aku akan segera kesana" Sahut Emelie

"aku mengerti, sampai bertemu disana" Frankenstein mengangguk mendengar ucapan Emelie.

'sudah tidak ada waktu lagi, aku harus mencari mereka' batin pria itu

Emelie menghela nafas, dia menghapus air mata yang memenuhi wajahnya. Setelah Frankenstein pergi, gadis itu berteriak dengan sangat keras.

"Bantu aku! konsekuensi atau apapun itu akan kuterima, cukup kembalikan dia padaku!" Ucapnya dengan lantang.

Gadis itu merapalkan mantranya lagi, hatinya bersungguh-sungguh pada setiap kata yang dia ucapkan. Perlahan suara dan teriakan para leluhur mulai hilang, tersisa keheningan yang meliputi mereka ditemani dengan dinginnya malam.

Emelie menutup matanya dengan tangan karena silau cahaya yang meliputi tubuh Lazark. 

"Lazark?"

Gadis itu merasa tubuhnya terasa hangat, seulas senyum terbit di wajah cantik Emelie.

"Emelie..." ucap Lazark, pria itu berada dihadapannya. Mendekap Emelie dengan erat, seolah tidak ingin berpisah lagi dengan gadisnya

"terima kasih" sahut Emelie sambil membalas pelukkan Lazark.

"Aku yang seharusnya mengucapkan itu" 

"terima kasih sudah kembali bersamaku" ucap Emelie pada Lazark

"aku tidak tahu bagaimana kau bisa melakukan itu, tapi aku berjanji mulai saat ini aku tidak akan pernah meninggalkanmu" Lazark mengusap pipi gadis itu dengan lembut, bibirnya tersenyum pada Emelie.

"aku mencintaimu" ucap Emelie, mata gadis itu berkaca-kaca menatap Lazark. Hatinya sangat senang dan bahagia saat pria itu mencium dahinya dengan penuh perasaan.

"Aku tahu, aku juga mencintaimu Emelie Wynstelle" 

Flashback end


Soulmate

-calaraspberry-

Direvisi pada 06/07/2021

𝗦𝗼𝘂𝗹𝗺𝗮𝘁𝗲 [𝗟𝗮𝘇𝗮𝗿𝗸 𝗞𝗲𝗿𝘁𝗶𝗮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang