A Lion and the Bunny

963 71 256
                                    

Tenggelam karena ceroboh, satu tahun mengejar laki-laki yang menyelamatkannya, menjadi secret admirernya dan berakhir menyukainya.

Leon terdiam menulis semua itu di buku tulisnya. Memikirkan gadis yang sudah menyelinap masuk ke pikirannya akhir-akhir ini.

Valley yang biasa ia kenal seringkali menyapa dan melambai padanya kini terlihat biasa saja bahkan cenderung mengabaikan dirinya.

Seolah tidak mau berurusan dengan Leon lagi.

Leon mengamati pulpen di tangannya, pena pemberian Valley yang terakhir. Walaupun ia telah lama menggunakannya, gadis yang memberikannya itu sudah tak mau memerhatikannya lagi seperti dahulu.

"Jadi, kamu yang ngikutin Valley sampe rumah toh." Alumi memahami kejadian yang sempat menghebohkan lingkup tempat tinggalnya."Kupikir penculik beneran."

"Sebenarnya apa yang Valley lihat dari Leon? Hm." Saga mengamati cowok itu dengan seksama."Jangan bilang dia dijampi-jampi."

"Ngomong apa sih." Alumi memutar bola matanya mendengar ocehan Saga."Tapi, aku kaget loh ternyata secret admirermu ternyata si Valley. Anak yang kecil dan polos banget."

"Kadang penampilan bisa menipu." Leon juga awalnya tidak mau memercayai hal ini. Melihat bagaimana tampang gadis itu menjadi secret admirernya selama ini membuatnya meragukan pendapatnya sendiri.

Tetapi, sekarang sudah berakhir.

"Kukira dia berpacaran sama Noah?"

Baik Leon maupun Alumi menoleh kearah Saga yang terlihat kebingungan mendengar Valley ternyata secret admirer temannya selama satu tahun.

"Noah? Si pangeran yang selalu jadi model majalah sekolah?" tebak Alumi mendengar nama tak asing tersebut."Oh, aku baru ingat ibunya, Rafaela menjadi pembina UKS disini."

"Yah, kadang kita nggak bisa melihat dari gosip juga." Saga menyeringai kearah Leon yang mendengus tak acuh.

"Omong-omong.." Alumi mendongak menatap langit yang menitikkan airmata dari jendela."Kamu bawa payung?"

"Nggak." cengir Saga yang dihadiahi desahan napas penuh kecewa dari Alumi.

"Aku udah menduganya sih." Alumi beranjak dari kursinya, ia meraih payung lipat dari kolong meja."Ayo, pulang."

Leon tersenyum setengah."Maaf, aku nggak ikut kali ini."

Alumi melirik buku-buku yang berserakan di atas meja sahabatnya itu."Dasar kutu buku!"

Saga menyengir kearah Leon."Duluan, bro."

Setelah berpamitan, ia segera masuk ke dalam payungnya Alumi membuat cewek itu mengomel sambil memukul lengannya. Lagi-lagi mereka bertengkar dibawah hujan, tidak memedulikan becek mengotori kaus kaki dan seragam mereka.

Leon tersenyum saja menonton interaksi mereka, ia memilih mengerjakan materi yang akan dibahas untuk olimpiade yang akan diadakan tahun ini.

Namun, disaat sendirian ini kadang fokusnya bisa kearah lain. Leon mengetuk-ngetuk keningnya dengan pena miliknya.

Valley lagi.

Leon harusnya merasa lega karena lokernya bersih seperti biasa setiap minggu bahkan menjelang satu bulan. Tidak akan ada yang membuatnya terusik hanya karena sebuah pemberian kecil.

Sayangnya, ia menunggu sesuatu masuk di lokernya tetapi juga gelisah atas sikap Valley padanya selama ini.

Selagi memikirkannya, ia melihat hewan yang pernah digendongnya saat bersama Valley di belakang gedung masuk ke dalam kelasnya.

Oneshots (MLBB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang