Sudah genap tiga hari Ten dirawat di rumah sakit. Ten sudah diperbolehkan pulang karena sudah sembuh. Meskipun terkadang Ten suka melamun dan tiba tiba menangis. Dan sudah tiga hari dirumah juga Ten selalu mengurung dirinya dikamar, mau tidak mau Taeyong tidak berangkat bekerja untuk menjaga Ten dirumah.
"Hikss... baby sedang apa di surga hikss..." Ten merenung di balkon kamarnya. Menatap langit malam yang cukup terang. Ia menatap dirinya sendiri, tubuhnya nampak lebih kurus dari sebelumnya.
Ten selalu melewatkan jam makannya, padahal Taeyong selalu memaksanya untuk makan, walaupun satu sendok. Ten bahkan melupakan dirinya yang masih menjadi seorang 'mama' untuk David. Jangankan mengingat ulang tahun David hari ini, David saja tidak ia ingat .
"Ten... ayo makan malam, Mark menunggu dibawah, ayo Ten," Taeyong datang dan berbicara di ambang pintu. Ia menatap Ten yang sedang menangis di balkon kamar.
"Aku tidak mau."
"Kau bisa sakit jika terus seperti ini, ayolah Ten kau bahkan tidak makan siang dan hanya sarapan setengah gelas susu, apa kau tidak lapar?" Taeyong mendekati Ten yang duduk menekuk lututnya diatas kursi. Ia memeluk Ten dari belakang.
"Aku tidak lapar," setelah mengatakan itu tiba tiba perut Ten berbunyi menandakan Ten lapar.
"Bohong, lalu itu bunyi apa?" Taeyong menaikkan alis kanannya dan tersenyum, ia menggenggam tangan Ten. "Ayo makan bersamaku, kajja."
"AKU TIDAK MAU HYUNG!!" Ten mendorong Taeyong yang menarik tangannya. Ia sungguh kesal dengan Taeyong yang memaksanya untuk makan.
"Jangan terus seperti ini," Taeyong berjalan ke pintu dan menutupnya, lalu ia mendekat ke arah Ten kembali, "kasihan perutmu harus diisi meskipun sedikit."
"HYUNG TIDAK TAU PERASAANKU BAGAIMANA SEKARANG!! HIKSS... BABY TELAH PERGI! PADAHAL AKU MENGINGINKAN DIA!! HIKSS..." Ten terus berteriak dan membentak Taeyong, Taeyong tidak melawannya dan ia memeluk Ten untuk menenangkannya. "Hyung tidak mengerti perasaanku!! Hikss... baby..."
"Tenanglah Ten, Tuhan menyayangi baby, baby sudah bahagia disana bersama Tuhan, stop Ten, don't cry..." Taeyong mencium pucuk kepala Ten dan makin mengeratkan pelukannya, "kita masih mempunyai David,"
Ten berfikir Taeyong benar, ia terus memikirkan bayinya yang sudah tiada itu sampai melupakan David.
David hanya diurus oleh Mark dan Taeyong seminggu ini semenjak Ten keguguran.
Taeyong merasa dadanya basah karena air mata Ten. Ia menggendong Ten dengan sisa tenaganya, "kita makan ya? Kau tidak lupa kan hari ini David ulang tahun,"
###
David yang duduk di meja makannya hanya ditemani Mark disampingnya. Ia menatap kue ulang tahun miliknya dengan meneteskan air matanya, ingin seperti tahun lalu dimana Ayah dan Mamanya menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya dan bersama meniup lilin. Namun pikirnya di ulang tahunnya yang genap lima tahun ini tidak seperti yang sudah sudah.
Beberapa cara yang Mark coba untuk menghibur David, namun David terus saja menangis meskipun tidak bersuara. Lilin kue ulang tahunnya bahkan sudah meleleh setengahnya.
"Hikss... uncle apa mama lupa pada David?"
Mark meraih David ke pangkuannya, ia mencium kening David. David merasa seperti 'dilupakan' oleh Ten.
"Tidak, mama tidak mungkin lupa pada David," Mark berusaha menenangkan David dengan mengelus rambutnya.
"Tapi mama tidak pernah mau menemui David, hikss.. mama selalu mengusir David jika David ke kamar mama, hikss.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKU 2 - TAETEN [✔]
FanfictionAku tidak percaya dia terpesona padaku walau hanya dengan melihat dari celah buku