2. Sick

313 55 5
                                    

Matahari terbit menampakkan sinarnya yang masuk dari celah ventilasi kamar yang sedang mereka tempati. Suara kicauan burung yang bersaut sautan dan kendaraan yang berlalu telah mengusik tidur si kecil David.

Taeyong menggosok matanya. Menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 6. Itu berarti ini sudah waktunya ia bangun untuk bersiap berangkat kerja. Ia menoleh ke sebelah kanannya. Melihat hidung mancung istri cantiknya yang sedang tertidur. Melihat sebuah kejanggalan.

Ia mengingat semalam tidur bersama David juga tetapi ia bangun tanpa David yang berada di tengah mereka.

Prangg...!!

"Huaa!! Ayah!!" Tangisan yang selalu terdengar setiap paginya pun kembali terdengar di telinganya.

Suara yang berasal dari luar kamar itu seolah panggilan untuk Taeyong. Ia berlari untuk mengetahui apa yang telah terjadi.

###

Oh my god, Taeyong ingin mengutuk dirinya sendiri. Kenapa ia tidak menjaga David dan masih tertidur pulas.

Suara tangisan David yang begitu keras membuat Ten terbangun dan berlari menghampiri keduanya.

Pecahan piring dan kue coklat itu sudah berserakan di lantai. Bercampur darah yang berasal dari kaki David.

"Astaga bagaimana ini bisa terjadi, psst cup cup uljima~" Ten menggendong David yang duduk di lantai dengan paha yang berdarah itu.

Taeyong sendiri sibuk membersihkan kekotoran yang ada di lantai yang ia pijak sekarang.

"Psst cup cup, anak laki laki tidak boleh menangis, Ma ambilkan obat merah dan plester," Taeyong mengambil David dari gendongan Ten, ia duduk di kursi dapur lalu memangku David yang masih menangis.

"Hikss ayah sakit.. huaa ada darah.." David memeluk perut ayahnya yang setia memangkunya. Kaki kirinya terasa sakit karena pecahan piring itu.

"Cup cup cup uljima~" Taeyong mengelus kepala David yang berada di perutnya.

Tidak lama Ten kembali dengan obat merah di tangannya dan sebaskom air.

"Huaaaa tidak mau!!! Itu perih!! Hikss ayah tolong aku!! Huaaa mama!!!!!" Teriakan menggema di seisi rumahnya. Teriakan nyaring yang tidak pernah Taeyong dengar sebelumnya.

Taeyong memperhatikan bagaimana kasarnya Ten menghadapi David yang terus memberontak.

"Haisshh diam! Mama tidak bisa mengobatinya jika kau terus bergerak! Apa kau tidak bisa diam?" Diam, respon David hanya diam setelah mendengar bentakan keras dari mamanya. Bentakan yang sesekali ia terima karena kesalahan yang ia buat.

"Hiks..."

"Ten jangan membentaknya seperti itu, dia bisa takut," Taeyong kembali memeluk David yang berada di pangkuannya, mengelus dada David untuk menenangkannya.

"Sudah selesai," Ten pergi begitu saja tanpa menatap Taeyong atau menghiraukan ucapan Taeyong.

###

Taeyong baru pernah melihat Ten semarah itu. Setaunya Ten tidak pernah marah marah ketika ia ada dirumah.

Taeyong juga sempat berfikir apakah Ten juga membentak benatak David selama ia pergi bekerja.

BUKU 2 - TAETEN [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang