Tiara tiba di tempat les gitar adiknya yang berlokasi di daerah Kebayoran Baru sejam lebih cepat, sambil mengambil duduk di salah satu bangku taman di pojokan yang rindang, Tiara mengeluarkan laptopnya untuk melanjutkan tugas kuliah yang ingin ia kumpulkan hari Senin.
Tak terasa waktu satu jam berlalu, Tiara masih asik mengerjakan tugasnya sewaktu tahu-tahu adiknya sudah keluar dari kelasnya bersama seorang temannya yang membantu mendorong kursi rodanya.
Nia, adik Tiara, lumpuh kedua belah kakinya karena kecelakaan satu tahun yang lalu saat ditabrak oleh seorang pengendara motor tak bertanggung-jawab ketika menyebrang jalan di depan sekolahnya. Sejak itu, adik Tiara yang dulunya gadis enam belas tahun yang periang dan penuh bakat mendadak menjadi gadis yang pemurung dan apatis. Ia bahkan memutuskan untuk keluar dari sekolahnya dan menjalani home schooling di rumah karena merasa rendah diri dengan kondisinya yang sekarang. Kalau saja tidak ada Tiara dan kedua orang tuanya serta Eyang putri yang terus menerus menyemangatinya, Nia mungkin akan terus mengurung diri di kamarnya selamanya.
Baru setengah tahun terakhir ini Nia mau sedikit membuka diri dan mengikuti les gitar. Dan semua itu bermula sejak Nia sering menonton Tiara yang piawai dengan biola latihan di rumah bersama Danu yang jago main gitar akustik untuk orderan menjadi wedding singer di pernikahan kerabat. Padahal Nia yang dulunya adalah pemain piano berbakat, sudah lama tidak mau berlatih piano lagi sejak ia lumpuh. Entah mengapa, mendengar dan melihat Danu main gitar memberikan motivasi baru kepada Nia. Boleh dibilang Danu yang pertama kali mengenalkan gitar kepada Nia dan mengajarinya dasar-dasar permainan gitar dengan penuh ketelatenan. Untuk itu, Tiara tidak ada habis-habisnya merasa berhutang budi kepada Danu, yaaah... walaupun cowok itu sering bertingkah konyol dan menyebalkan. Termasuk urusan dengan Dion tadi. Huh!
"Hei Kak!" sapa adiknya dengan senyum cerah. Kedua mata Nia tampak bersinar-sinar senang.
Hhm...tumben.
Tiara buru-buru mematikan laptopnya dan menyambut adiknya.
"Hei juga," balas Tiara sambil tersenyum lebar, senang melihat adiknya terlihat sumringah, "Ada apa nih? Sepertinya gembira betul."
"Aku diminta menjadi wedding singer di pernikahan Kak Lulu guru les gitarku bulan Mei nanti."
Tiara membelalakan matanya.
"Whaaat?? Good news!"
Nia terkekeh.
"Tapi kira-kira mas Danu mau nggak ya main bareng sama aku? Biar mas Danu yang lead guitar dan aku rythmnya. Kalau sendirian aku nggak berani."
Tiara menggigit bibirnya bimbang, teringat barusan ia marah-marah sama Danu.
"Nggg..., ide yang bagus. Tapi aku tanya dulu ya dia sedang sibuk apa."
Wajah Nia meredup.
"Waduh aku nggak terpikir kalau mas Danu sedang sibuk. Apa aku batalkan saja ya dan bilang ke Kak Lulu kalau aku nggak bisa?"
"Jangan, jangan...," ujar Tiara buru-buru tidak mau menghapus kegembiraan adiknya, "Aku telpon Danu nanti malam ya."
Wajah Nia kembali cerah.
"Asiiiik. Terimakasih Kak."
Tiara mengecup pipi adiknya, "Anything for you, sist!"
Anything for Nia.
Dengan berat hati Tiara pun menepati janjinya dan menelpon Danu malam itu. Padahal sebenarnya ia masih ingin ngambek sama Danu gara-gara masalah Dion, tapi ya sudahlah demi adiknya tersayang, gunung pun akan ia daki.
Tanpa pikir panjang lagi, Tiara pun memencet speed dial nomor Danu.
Dalam hitungan tiga kali dering terdengar jawaban khas Danu, "Yooo, what's up?"
"Dan gue mau minta tolong nih," ujar Tiara tanpa basa-basi.
Hening.
"Danu."
Hening lagi.
"Dan, serius nih."
"Ogah ah," terdengar jawaban Danu akhirnya, "nanti kesalahan lagi gue. Urusan Dion aja belum beres. Emang elo mau ke pestanya siapa lagi sih? Biar gue aja yang anter. Kapok gue jodoh-jodohin elo sama temen gue."
Mau tidak mau Tiara terkekeh mendengar jawaban Danu.
"Ya udah, gue maafin deh."
"Kan emang udah dimaafin kemarin."
"Iya gue maafin lagi. Tapi gue mau minta tolong lagi nih. Untuk Nia."
"Emang Nia kenapa? Nggak sakit kan?" terdengar suara kuatir di seberang sana.
Tiara menghela napas. Inilah yang kadang bikin Tiara lumer sama Danu, cowok itu sangat perhatian ke Nia, seolah adik sendiri. Mungkin karena Danu sendiri tidak memiliki saudara kandung.
"Nggak, Nia baik-baik aja. Malah lagi semangat-semangatnya karena diminta jadi wedding singer untuk acara pernikahan guru lesnya bulan Mei nanti."
"Serius, lo? Terus dia mau?"
"Justru itu gue minta tolong elo. Nia pengin elo jadi lead guitar dan dia rythmnya."
"Waduh, harus latihan dulu untuk harmonisasi dan sebagainya."
"Iya. Tapi elo mau nggak?"
"Maulah," jawab Danu tanpa ragu-ragu, "Elo tau, kan, ini kemajuan besar Nia mau tampil di depan umum? Gue nggak akan mengecewakan dia."
Tiara tercekat. Kadang Danu benar-benar so sweet.
"Thanks, ya Dan," hanya itu yang bisa Tiara ucapkan dengan mata berkaca-kaca.
"Hei, anytime...."
"Gue akan sampein ke Nia. Dia pasti senang banget."
"Siiiip."
YOU ARE READING
Jadian Yuuk
ChickLit"Jangan cemberut, nanti makin cantik lo," goda Danu sambil tertawa. Cowok itu langsung menyalakan motornya dan menyuruh Tiara untuk naik. Dengan ragu-ragu Tiara melingkarkan tangannya di pinggang Danu. "Yaelah Tiara, jangan malu pegangan. Awas ja...