Siang itu mendung yang menggayuti langit sedari pagi masih juga belum mencurahkan tetesan hujan menyebabkan udara terasa gerah dan lembab. Tiara dan teman-temannya terkantuk-kantuk di kelas kedua mendengar penjelasan dosen Filsafat Ekonomi yang seperti menina-bobokan. Untung dering bel buru-buru terdengar, kalau tidak Tiara pasti sudah tertidur dibangkunya.
Baru saja Tiara dan gengnya menghambur keluar kelas, Erik yang rupanya sedari tadi sengaja menunggu di luar datang menghampiri.
"Tiara, boleh bicara berdua sebentar?" tanya Erik kikuk sambil melirik Aya dan Dina.
Tiara menoleh kepada kedua temannya meminta persetujuan. Aya mengedikkan bahunya dan Dina mengangguk pelan.
"Oke deh," jawab Tiara akhirnya dengan enggan.
Erik pun mengajak Tiara duduk pinggir taman yang agak sepi sementara Aya dan Dina memilih untuk menunggu Tiara di kantin.
"Ra, aku udah putus dari Marsela," lapor Erik tanpa diminta sambil menggamit tangan Tiara dan menggenggamnya lembut.
"Oya?" tanya Tiara tanpa minat, tak tahu harus bagaimana menanggapinya karena sejujurnya ia merasa tidak ada kepentingan dalam drama percintaan mereka. Sengaja dilepaskannya tangan Erik dengan halus dan mengambil kipas dari dalam tasnya. Digoyang-goyangkan kipas itu kuat-kuat ke wajahnya untuk mengusir gerah yang mengganggu. Dalam hati Tiara mengeluh, sayang Erik juga tidak bisa diusir dengan goyangan kipasnya, seberapa keras pun Tiara mengibas.
Erik menghela napas dalam, "Aku pengin balikan sama kamu Ra, aku pengin kita seperti dulu lagi sebelum ada Marsela."
Tiara mengernyitkan kedua matanya sebelum menggelengkan kepalanya, "Maaf, tapi sepertinya nggak mungkin Rik."
"Karena kamu masih marah karena aku dulu selingkuh dengan Marsela?"
"Nggak sih, tapi karena memang aku udah nggak ada perasaan apa-apa sama kamu."
"Atau karena sekarang kamu lebih memilih Danu?"
Tiara melengos tak menjawab. Duh, jangan sampai ia hilang akal dan menggetok kepala Erik keras-keras.
"Iya Ra?" desak Erik.
"Rik, sebaiknya kita berteman saja ya," jawab Tiara akhirnya.
"Pasti karena Danu," ujar Erik tiba-tiba ngotot, "Aku lihat kamu berdua mesra sekali di restauran tempo hari. Berani-beraninya dia mencium pipi kamu di depan aku. Sudah aku duga sejak kita pacaran dulu kalau Danu sebenarnya diam-diam naksir kamu. Sekarang dia benar-benar mengambil kesempatan dalam kesempitan."
Tiara menghela napas dalam demi menyabarkan dirinya sendiri, "Rik, apapun alasannya aku tetap nggak bisa balik sama kamu."
"Apa sih kurangku untuk kamu Ra?"
"Rik..."
"Oke, aku memang tidak bisa main gitar dan nyanyi sebaik Danu, aku juga nggak bisa main basket sejago dia, tapi kan dari segi penampilan lebih ganteng aku, dan disamping itu aku juga lebih kaya."
Tiara memegang kipasnya erat-erat takut khilaf, "Sori sekali lagi Rik, aku nggak bisa. Bukan karena alasan apa-apa, tapi karena aku memang sudah tidak punya perasaan apa-apa lagi sama kamu."
Erik pun terdiam. Matanya tampak memerah.
"Semua ini gara-gara Marsela," gumamnya sejurus kemudian dengan suara rendah penuh emosi, "Dia yang dulu terus mengejar-ngejar aku sehingga aku tergoda untuk selingkuh dari kamu. Aku benar-benar menyesal sekarang karena dibanding kamu, Marsela tidak ada apa-apanya. Ia hanya anak manja yang tahunya menuntut aja. Sementara kamu Ra, kamu cantik, kamu pintar, kamu bersahaja...."
YOU ARE READING
Jadian Yuuk
ChickLit"Jangan cemberut, nanti makin cantik lo," goda Danu sambil tertawa. Cowok itu langsung menyalakan motornya dan menyuruh Tiara untuk naik. Dengan ragu-ragu Tiara melingkarkan tangannya di pinggang Danu. "Yaelah Tiara, jangan malu pegangan. Awas ja...