Part 10 - Gelagat Orang Jatuh Cinta

283 11 0
                                    

Malam itu Tiara bermimpi seolah berada di sebuah pesta kebun bersama teman-temannya di sebuah taman yang luas dan dipenuhi bunga serta pepohonan yang cantik. Tapi meskipun banyak teman, anehnya ia merasa begitu sendirian. Sampai kemudian ia berjalan meninggalkan kemeriahan di belakangnya hingga menemukan sebuah rumah pondok dari kayu yang indah serta nyaman dengan lampu yang berpendar. Saat ia berjalan mendekat, tiba-tiba seseorang membukakan pintu, dan Tiara menemukan Danu telah menunggunya. Tanpa kata-kata Danu menarik tangannya dan mereka pun lalu berpelukan erat. Rasanya nyaman dan hangat.

Tiara terjaga dari tidurnya dengan perasaan aneh. Bayangan mimpinya begitu nyata dan seperti masih melekat dikepalanya. Diliriknya jam dinding di kamar, masih pukul 3 dini hari. Tiara kembali memejamkan matanya untuk melanjutkan tidur, berharap mimpinya berlanjut lagi.

Tiara terbangun lagi dari tidurnya ketika jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah enam. Kesiangan. Ia buru-buru mandi dan sholat subuh sebelum turun untuk menyiapkan sarapan. Hari itu Bi Ijah masih belum masuk, jadi Tiaralah yang bertugas di dapur. Ia sudah berencana akan membuat sandwich untuk sarapan yang praktis dan simpel. Seselesainya ia membuat sarapan nanti, barulah ia membangunkan Nia dan Danu yang pasti masih pulas di kamar masing-masing.

Setibanya di pintu dapur ternyata Tiara mendapati Danu sudah bangun dan malah sedang sibuk memasak nasi goreng ditemani oleh Nia yang sedang memotong-motong irisan timun dan tomat di meja sarapan. Sedangkan Bi Ijah yang Tiara pikir masih libur, sudah kembali dari rumah anaknya dan sedang repot mencuci perkakas dapur sisa makan malam semalam.

Semua menoleh padanya pada saat Tiara masuk dapur.

"Wah putri tidurnya baru bangun," ledek Danu tanpa menghentikan kegiatannya membolak-balik nasi menggunakan spatula di atas wajan.

Nia terkikik.

Tiara melirik jam dinding sambil cemberut, "Belum juga jam setengah tujuh."

"Ketinggalan kereta Ra, kita udah dari jam setengah 6 di dapur," tukas Danu sambil nyengir lebar.

"Neng Ara, teh hangatnya sudah Bibik buatin ya," ujar Bik Ijah berusaha mengalihkan pembicaraan dengan bijak.

"Oh iya, terimakasih ya Bik," jawab Tiara sambil mengambil tehnya dan duduk di kursi meja sarapan, disesapnya tehnya dengan nikmat.

"Bi Ijah datang jam berapa? Kirain hari ini masih libur."

"Tadi subuh neng, semalam Ibu ngabarin lewat telpon kalau Eyang masuk rumah sakit, Bibik langsung buru-buru balik ke sini diantar anaknya Bibik."

"Wah, liburannya jadi ketunda dong Bik."

"Nggak apa-apa neng, kan bisa lain hari."

"Ara, daripada duduk manis doang, mendingan gorengin telor ceplok sana," perintah master chef Danu memotong pembicaraan antara Tiara dan Bi Ijah sambil menuangkan kecap ke atas nasi goreng yang sedang dibuatnya.

Sambil pura-pura ngedumel Tiara bangkit dari duduknya dan mengambil empat buah telur dari dalam kulkas, disiapkannya wajan di atas kompor di samping wajan nasi goreng yang sedang digarap Danu.

Kok dapur ibunya yang lebar jadi terasa sempit ya. Badan Danu yang tinggi besar memonopoli ruangan. Tiara mendadak merasa claustrophobic.

"Minggiran dong Chef, sempit nih."

"Sempit gara-gara elo tolak pinggang."

"Bukan, sempit gara-gara badan elo kegedean."

"Badan gue nggak bisa dikecilin Ra. Udah dari sononya. Nih, bantuin cicipin," Danu mengambil sesendok nasi goreng buatannya dan menyuapkannya ke mulut Tiara sebelum Tiara sempat protes.

Jadian  YuukWhere stories live. Discover now