Sore itu Danu datang lagi ke rumah Tiara untuk latihan gitar dengan Nia. Pernikahan Kak Lulu sudah di depan mata, dan Danu senang dengan kemajuan kemampuan Nia dalam bermain gitar. Ada berapa lagu yang ia paksa agar Nia yang menjadi lead dan ia yang rhythm, walau pada awalnya Nia ragu-ragu, tapi terbukti setelah latihan beberapa kali Nia ternyata sudah mampu. Sementara bagian Tiara, Danu sudah tidak kuatir sama sekali, mereka sudah sering bermain bersama jadi sudah tidak canggung lagi, baik Tiara maupun Danu sudah mengenal karakter vokal masing-masing. Mereka bisa bernyanyi dengan kompak kapan saja.
Hari itu walau berpakaian kasual, Danu sengaja berpenampilan lebih rapih dan tidak mencukur goatee-nya. Ia perhatikan sepertinya Tiara suka dengan janggut dan kumisnya. Buktinya berapa kali ia mendapati Tiara jadi diam-diam sering meliriknya. Dan sekarang saat Danu memetik gitarnya mengiringi Nia, ia lagi-lagi mendapati Tiara, yang sedang duduk santai di sofa membaca koran, mencuri pandang padanya. Wajah Tiara memerah ketika kepergok oleh Danu. Danu terkekeh dalam hati melihatnya.
Danu tidak begitu mengerti mengenai baju perempuan, namun hari itu menurut Danu Tiara tampak cantik dengan atasan T-Shirt abu-abu garis-garis hitam dan celana jeans warna hitam. Tapi kalau diingat-ingat, apapun yang dikenakannya, Tiara memang selalu tampak cantik. Apalagi dengan wajah yang memerah seperti itu.
"Hayooo mas Danu ngelamun," ledek Nia saat Danu tanpa sengaja kepleset nada.
Danu nyengir, "Lama-lama mas Danu yang minta Nia ngajarin mas Danu main gitar. Permainan Nia udah canggih sekali."
Nia tersenyum senang, "Siapa dulu dong mentornya."
Selesai latihan Danu membereskan gitarnya tanpa buru-buru. Diam-diam ia sambil berpikir memutar otak bagaimana caranya agar bisa punya waktu lebih lama berdua dengan Tiara setelah ini. Mereka berdua sudah latihan vokal tadi dan sekarang waktunya Danu untuk pulang, kecuali....
"Ra, ada acara nggak habis ini?" tanya Danu santai.
"Mmm... nggak. Kenapa?"
"Bantuin cari kado untuk ulang tahunnya Bu Linda yuk, ingat kan Bu Linda yang di panti?"
"Ya ingetlah. Emang Bu Linda mau ulang tahun?" tanya Tiara sambil membantu Nia membereskan gitarnya.
"Iya."
Padahal Danu hapal betul ulang tahun Bu Linda masih tiga bulan lagi.
"Mau cari kado apa Dan?"
"Nggak tau, makanya gue minta tolong elo temenin. Kan cewek biasanya pintar pilih kado."
Tiara tersenyum, "Oke deh, gue pamit dulu ke nyokap dan bokap ya."
YESS!
Tiara sudah tidak canggung lagi boncengan dengan Danu. Tanpa disuruh tangannya sudah memeluk pinggang Danu erat. Ia mengajak Danu untuk menuju sebuah pertokoan yang banyak menjual baju-baju wanita. Menurutnya, kado yang cocok untuk Bu Linda adalah baju atau scarf.
Mereka berkeliling dari satu toko ke toko yang lain. Selama keluar masuk toko entah sengaja atau tidak beberapa kali Danu menggandeng tangan Tiara dan Tiara juga tidak menolak. Walaupun Tiara sudah biasa pergi berdua dengan Danu sebelum-sebelumnya untuk berbagai keperluan yang biasanya berhubungan dengan tugas sekolah atau kuliah, tapi tidak pernah mereka bergandengan tangan seperti ini. Biasanya Tiara yang jalan duluan dan Danu mengikuti dengan sabar di belakangnya atau sebaliknya, tergantung keperluannya.
Akhirnya setelah menemukan hadiah yang cocok berupa scarf batik dari sutra, Danu mengajak Tiara untuk mencari makan. Seperti biasa Danu sudah mulai merasa lapar. Mereka pun menuju ke sebuah restauran Jepang yang ada di dalam pertokoan tersebut.
YOU ARE READING
Jadian Yuuk
ChickLit"Jangan cemberut, nanti makin cantik lo," goda Danu sambil tertawa. Cowok itu langsung menyalakan motornya dan menyuruh Tiara untuk naik. Dengan ragu-ragu Tiara melingkarkan tangannya di pinggang Danu. "Yaelah Tiara, jangan malu pegangan. Awas ja...