Usai sarapan nasi uduk yang akhirnya beli juga, Galang kembali ke kamar.
"Yang, udah jam tujuh. Kamu mau bangun nggak?" Galang menggoyang pundak Indah.
Wanita yang mengenakan lingerie merah itu menggeliat.
"Udah jam tujuh, ya?"
"Iya."
Indah bangkit. Lalu menyandarkan kepala di pundak sang suami yang duduk di tepian ranjang.
"Udah mau ke kantor, ya?"
"He'em."
"Maaf, ya, Yang. Aku lagi males mau ngapa-ngapain."
Pria berkemeja putih itu mengangkat satu tangannya, membelai rambut panjang terurai sang istri.
"Nggak pa-pa, Yang. Tapi kamu nggak lagi sakit, kan?"
Indah menggeleng.
"Ngomong-ngomong kamu masuk kerja jam berapa?"
"Nggak tahu entar. Palingan jam sembilanan."
Alis Galang berkerut. "Kok, siang, sih, Yang?"
"Gak pa-pa. Kata Reymond, aku boleh berangkat siangan."
"Jangan gitu, dong, Yang. Namanya kerja harus disiplin. Jangan seenaknya sendiri meskipun di tempat temen."
Indah menegakkan punggung, lalu menatap wajah tampan sang suami.
"Duh, suamiku emang pria idaman," ucap Indah seraya mengecup pipi Galang.
Senyum terkembang di bibir keduanya.
"Ya, udah. Buruan bangun, mandi, sarapan, terus berangkat. Oke? Aku mau berangkat sekarang. Oh, iya, kamu berangkat naik apa?"
"Gr*b car."
"Nggak gr*ab bike aja? Kan cuma sendirian."
"Panas, Yang, kalau pakai motor. Pakai mobil aja, adem, ada AC-nya."
"Ya, udah. Uangmu masih, nggak?"
"Masih, Yang. Masih banyak. Nggak usah khawatir."
Galang tersenyum.
"Ya, udah kalau gitu aku berangkat dulu, ya, Yang?" ucapnya seraya mengecup kening sang istri.
"Hati-hati, Yang."
Selepas kepergian sang suami, Indah segera mandi lalu bersiap untuk pergi. Dengan mengenakan dress cokelat sebatas paha, kalung etnik, sling bag dan kaca mata hitam, ia tampil begitu fashionable.
"Mau ke mana, Mbak?" tanya Hani saat melihat Indah melewatinya begitu saja.
"Keluar," jawab Indah singkat.
"Sarapan dulu, Mbak!"
"Nggak. Males."
"Loh, kok, males? Ntar laper kalau nggak sarapan, Mbak. Lagian, ini tadi saya udah terlanjur beli nasi uduk dua porsi. Yang satu udah dimakan Mas Galang. Yang satu lagi ini buat Mbak Indah," cerocos Hani sambil menyodorkan seporsi nasi uduk.
"Buat kamu aja," sahut wanita bertubuh tinggi itu sambil mengenakan flat shoes warna senada dengan dress yang dikenakannya.
"Bener, nih, Mbak? Nggak pa-pa? Ikhlas?"
Indah seketika menoleh dan memelototi Hani. "Cerewet banget, sih, kamu! Udah, aku mau pergi. Beresin rumah yang bersih! Kerja yang bener!"
"Mau pergi ke mana, Mbak?" tanya Hani sambil mengikuti sang majikan. Indah terus berjalan keluar tanpa memedulikan gadis bermata cokelat itu. Sesampainya di pintu gerbang, sudah ada sebuah mobil SUV mewah berwarna putih berhenti tepat di depan rumah. Sesosok pria berkemeja fit body biru toska dan celana jeans biru turun dari mobil lalu menghampiri Indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Honey (COMPLETED √)
RomanceSebelum baca, jangan lupa follow dulu, Gaes. Abis baca, jan lupa vote, yak. ******* "Buka pintunya, Tuan!" "Kok, kamu marah, sih?!" "Loh, ya, wajar saya marah! Tuan nyium saya tanpa izin!" Wajah gadis itu merah sebab amarah yang membuncah. "Kalau so...