Ketika mobil ambulans yang membawa Indah dan Hani ke rumah sakit melesat pergi, dari arah berlawanan, motor matic hitam merah berhenti tepat di depan pintu gerbang. Di sana masih berkumpul beberapa orang tetangga yang tadi membantu dua wanita itu masuk ke ambulans.
"Mas Galang ...!" sapa salah pria beruban, tetangga sebelah rumah.
"Iya, Pak Udin. Ada apa, ya, kok, rame-rame begini?" tanya Galang seraya melepas helm, lalu memarkirkan motor di bahu jalan.
"Itu, Mbak Indah pendarahan! Baru saja dibawa ke rumah sakit barusan! Cepet disusul, sana, Mas!"
Deg!
Jantung pria muda itu hampir saja berhenti berdetak ketika mendengar kabar mengejutkan itu. Entah apa yang ada di pikirannya, tapi ia segera tersadar. Tanpa menunggu lama, segera berpamitan, kemudian bergegas pergi menyusul ke rumah sakit.
_______Cemas. Hani hanya mondar-mandir saja ketika sang majikan tengah ditangani di IGD.
"Bagaimana keadaan majikan saya, Dok?" tanya Hani saat Dokter keluar dari ruangan di mana Indah berada. Jantung berdegup kencang menanti apa yang akan dikatakan Dokter itu.
"Mbak Indah selamat, tapi ... janin yang dikandungnya tidak bisa diselamatkan."
"Apa?!" Tiba-tiba terdengar suara seorang pria terkejut.
"Mas Galang ...!" Hani ikut terkejut atas kehadiran sang majikan yang begitu tiba-tiba dan tanpa disangka.
"Apa maksud Dokter?" Sekali lagi pria tegap itu melemparkan pertanyaan, sebagai pernyataan ketidakpercayaannya.
"Anda siapanya Mbak Indah?"
"Saya Galang, suaminya."
"Maafkan saya, Pak Galang. Namun, saya harus katakan bahwa istri anda mengalami keguguran."
"Ja-jadi is-istri saya hamil?" Pucat pasi wajah pria bermata hitam itu. "Dan sekarang keguguran?"
Dari kedua mata teduh itu, mendung terkumpul. Masih bisa ditahannya, air mata agar tak jatuh.
"Maafkan saya, Pak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin." Sang Dokter kemudian berlalu.
Lutut Galang seperti tak bertenaga lagi. Lemas. Ia menyandarkan tubuh pada dinding di sampingnya.
"Mas Galang ...," ucap Hani lirih. "Yang sabar. Mungkin memang sudah takdir."
Setetes air akhirnya jatuh di satu pipi pria berbadan tegap itu.
"Kamu nggak ngerti, Han. Kamu nggak akan ngerti."
"Saya ngerti, Mas. Anak memang didambakan setiap pasangan suami istri, tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi."
"Ini nggak semudah itu, Han! Anak itu ... anak itu ... aku nggak tahu itu anaknya siapa!"
"Astaghfirullah! Istighfar, Mas, istighfar!"
"Kamu nggak tahu, kan? Indah selingkuh, Han! Selingkuh!"
Glar!
Bagai disambar petir, gadis itu terkejut bukan main. Bahkan untuk beberapa detik ia menahan napas, sejenak mencerna kata-kata yang baru saja didengar.
"Be-be-benarkah ...?" tanya Hani seolah masih tak percaya.
Detik kemudian, Galang bangkit lalu bergegas pergi meninggalkan Hani tanpa mengucap satu patah kata pun.
"Mas, mau ke mana?" teriak gadis itu tanpa bisa mengejar. Pria itu mengabaikannya.
_______Mendung yang sedari kemarin menggelayut di langit, akhirnya kini jatuh jua. Membasahi bumi yang kering. Seperti mendung di pelupuk mata hitam pria itu. Akhirnya tumpah juga, setelah sedari tadi ditahan sekuat tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Honey (COMPLETED √)
RomanceSebelum baca, jangan lupa follow dulu, Gaes. Abis baca, jan lupa vote, yak. ******* "Buka pintunya, Tuan!" "Kok, kamu marah, sih?!" "Loh, ya, wajar saya marah! Tuan nyium saya tanpa izin!" Wajah gadis itu merah sebab amarah yang membuncah. "Kalau so...