Suasana pagi di ruang inap di mana Galang dan Indah dirawat cukup berisik sebab ada kedua orang tua Indah di sana. Mereka terbiasa berbicara dengan suara keras dan banyak. Seperti tak ada habisnya. Semua hal dibicarakan. Dari A sampai Z. Hingga dua pasien yang terbaring di ranjang itu merasa tak nyaman.
"Mak, Pak. Jangan berisik, dong! Ini, kan, di rumah sakit!" ucap Indah kesal.
"Iya, iya. Maaf, Ndah. Abis kebiasaan di ladang suka teriak-teriak kalau ngobrol sama teman." Mamak tertawa cengengesan.
"Bapak juga!" Indah menatap ke arah sang ayah.
"Iya, iya ...," sahut Bapak.
Mamak telah selesai membersihkan badan dan mengganti pakaian Indah saat Pak Bambang datang.
"Maaf, Pak, Bu. Semalam saya nggak jadi ke sini. Saya kembali ke hotel sebelah."
"Oh, iya, Pak Bambang. Nggak apa-apa," sahut Bapak sembari menyalami Kakek.
Kakek kemudian menghampiri cucunya.
"Gimana, Lang? Sudah baikan? Sudah ganti pakaian?"
"Belum, Kek. Hani belum bawa ke sini bawain baju ganti."
"Belum? Ini bahkan sudah jam delapan. Kenapa dia belum datang?"
"Entahlah, Kek."
"Assalamua'laikum," teriak Hani dari luar.
"Wa'alaikumsalam. Baru diomongin, sudah datang."
Gadis itu berjalan memasuki ruang inap lalu menyerahkan paper bag kepada Kakek.
"Maaf, Tuan, saya terlambat. Tadi nunggu ojek lama. Selain itu juga jalanannya macet."
"Oh, ya, sudah nggak apa-apa."
Ruangan rawat inap itu kini terasa begitu padat. Terlalu banyak orang di sana. Kakek merasa kurang nyaman dengan kondisi itu.
"Bapak, Ibu, mari kita bicarakan tentang Galang dan Indah di luar. Sementara biar Galang dibersihkan badannya oleh perawat."
"Oh, ya, sudah kalau begitu. Mari Pak Bambang ...." Bapak mempersilakan Kakek berjalan lebih dulu.
"Kek ... boleh saya ikut?" Indah tiba-tiba menyahut.
Pria tua itu terdiam sejenak. "Apa kamu sudah bisa berjalan?"
"Sudah, Kek."
"Sudah baikan?"
"Sudah."
"Kalau begitu baiklah."
Mereka lalu pergi keluar, berjalan menuju taman yang ada di halaman rumah sakit. Sedang Hani masih tinggal di tempat untuk menunggui sang majikan pria.
Tak lama setelah kepergian Kakek, Bapak, Mamak, dan Indah, dua orang perawat pria yang telah dipanggil, datang sambil membawa peralatan untuk membersihkan tubuh Galang. Tirai ditutup, lalu Hani keluar kamar untuk sementara waktu.
Perawatan terhadap pasien patah tulang memang membutuhkan waktu cukup lama, karena perlu kehati-hatian ekstra agar tak menimbulkan rasa sakit pada pasien.
Dua puluh menit berlalu, para perawat telah selesai dengan tugasnya. Mereka keluar dan mempersilakan Hani untuk menemani sang majikan.
"Segar, Mas?" ucap gadis itu sekadar untuk berbasa-basi.
"Kenapa kamu kesiangan?"
"Kan, tadi saya sudah bilang, kelamaan nunggu ojek. Terus jalanan macet juga."
"Halah, alasan kamu aja! Palingan kamu kesiangan gara-gara semalem kamu punya urusan pribadi!"
"Enggak, Mas! Saya nggak kesiangan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Honey (COMPLETED √)
Roman d'amourSebelum baca, jangan lupa follow dulu, Gaes. Abis baca, jan lupa vote, yak. ******* "Buka pintunya, Tuan!" "Kok, kamu marah, sih?!" "Loh, ya, wajar saya marah! Tuan nyium saya tanpa izin!" Wajah gadis itu merah sebab amarah yang membuncah. "Kalau so...