Praakk!
Ponsel tercerai berai, hancur berantakan. Galang membantingnya ke lantai.
Beberapa detik kemudian terdengar gedoran di pintu.
"Mas! Mas Galang! Ada apa? Apa yang pecah itu?" teriak Hani dari luar.
Mata Galang melotot. Baru menyadari bahwa benda yang baru saja ia banting adalah milik Hani.
"Mati aku!" desisnya seraya menepuk dahi.
"Mas! Mas Galang nggak apa-apa, kan?" Gadis itu masih saja melakukan hal yang sama berulang-ulang.
"Eng-enggak! Nggak pa-pa, Han! Kamu balik sana!" teriak Galang dari dalam tanpa berniat membukakan pintu.
"Yakin?"
"Iya!"
"Itu tadi suara apa, Mas, kok, kayak ada yang pecah?"
"Bukan! Bukan apa-apa!"
Lalu ... hening. Gadis itu berbalik, kembali ke dapur.
"Hufftt! Hampir aja ....!"
Dengan susah payah, Galang berusaha turun dari kursi roda. Setelah perjuangan yang cukup keras, akhirnya ia berhasil duduk di lantai. Segera memunguti bagian-bagian ponsel yang berserakan hingga bersih, tanpa meninggalkan sisa sedikit pun. Semua dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah ia siapkan sebelumnya lalu disimpan di laci samping tempat tidur.
"Beres!" gumamnya.
Tok! Tok! Tok!
"Mas Galang, buburnya udah siap!" Lagi-lagi teriakan Hani mengagetkannya.
"Ya!" sahut pria yang masih duduk di lantai itu. Kedua tangannya kemudian terangkat, meraih pegangan kursi roda. Namun, karena kaki belum bisa digunakan untuk berpijak, ia kesulitan untuk bangkit. Sekali usahanya gagal, ia mencoba melakukannya lagi. Sayang, lagi-lagi tak berhasil, bahkan untuk beberapa kali hasilnya masih tetap sama. Tak putus asa, ia mencoba cara lain. Kali ini dengan membalikkan badan dengan harapan bisa naik ke kursi roda dengan cara mundur. Namun sayang, dengan cara itu pun juga gagal.
"Sial!" gerutunya kesal.
"Haniii ...! Tolooong ...!"
"Kenapa, Mas?" sahut gadis bermata cokelat dari balik pintu.
"Sini ...!"
"Nggak bisa, Mas! Pintunya, kan, dikunci dari dalam!"
"Astaga!" umpatnya untuk kesekian kali, seraya menepuk jidat--lagi.
_______"Galang ... Galang!" Kakek geleng-geleng kepala mengetahui kelakuan sang cucu. Usai merebahkan Galang di kasur dibantu oleh Hani, ia duduk di sampingnya.
"Ngapain, sih, pake acara ke bawah segala?!"
Tak ada jawaban. Seperti terkunci rapat, mulut pria muda itu tak mengeluarkan sepatah kata pun. Kedua bola matanya melirik ke arah gadis yang berdiri di belakang Kakek. Wajah gadis itu terlihat memerah karena menahan tawa.
"Keluar sana!" teriak Galang pada Hani.
"Ish! Apaan, sih, Lang! Kok, galak gitu sama Hani. Harusnya kamu terima kasih sama dia. Dia tadi sampai lari-lari nyusul Kakek ke masjid demi kamu."
"Nggak apa-apa, Tuan. Saya keluar aja," sahut Hani sambil mesem-mesem. Sepasang mata pria muda itu masih saja melotot mengekori gadis itu sampai menghilang di balik pintu.
"Kamu ada-ada aja, Lang ... Lang." Kali ini Kakek tak lagi bisa menahan tawanya.
"Kakek ...," ucap Galang cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Honey (COMPLETED √)
RomanceSebelum baca, jangan lupa follow dulu, Gaes. Abis baca, jan lupa vote, yak. ******* "Buka pintunya, Tuan!" "Kok, kamu marah, sih?!" "Loh, ya, wajar saya marah! Tuan nyium saya tanpa izin!" Wajah gadis itu merah sebab amarah yang membuncah. "Kalau so...