SWEET HONEY Part 20

3.4K 293 97
                                    

"Kok, pucat, Tuan?" tanya Hani sedikit panik.

"Di-ngin, Han!" jawab Reymond terbata karena menggigil kedinginan.

Maryati sontak kaget, teringat akan sesuatu.

"Ya, Allah, Nak! Maaf, Mamak lupa ngasih kamu selimut!" sesalnya kemudian. "Han, kamu, kok, Ndak ngasih calon suamimu selimut?"

"Maaf, Mak. Maaf, Tuan, saya lupa."

Perempuan bertubuh kecil yang terbalut daster kumal itu lalu menarik tubuh Reymond. Menuntunnya untuk duduk di kursi kecil pendek yang terbuat dari kayu depan tungku kayu yang masih menyala.

"Sini, Nak, sini! Duduklah! Hangatkan badanmu di sini! Nduk, buruan buatkan teh panas buat calon suamimu! Mamak mau shalat Subuh dulu, nanti gantian kamu."

"Iya, Mak." Hani segera menuang seduhan teh yang telah disiapkannya tadi. Memberinya dua sendok teh gula, lalu menambah sedikit air panas. Diaduknya perlahan, lalu menyerahkannya kepada Reymond.

"Terima kasih," ucap pria tinggi tegap itu seraya menerimanya.

Hani kemudian duduk di kursi kecil lain yang berada tak jauh dari Reymond, tapi juga tak terlalu dekat.

"Maaf, Tuan. Saya lupa nggak ngasih selimut," sesalnya lirih.

Pria itu tertawa kecil. "Nggak apa-apa. Yang penting hatiku tetep hangat."

Hani hanya meringis mendengarnya.

"Kamu denger, kan, barusan? Ibu kamu aja udah manggil aku 'Nak'. Dari tadi juga aku merasa ser-ser-an setiap ibumu bilang 'calon suamimu'. Aku merasa telah sangat diterima oleh ibumu."

"Lalu?"

"Panggil aku 'Mas', biar lebih me-sra!" perintah Reymond dengan mengulum senyum. Wajahnya pun menjadi merah.

"Haruskah?"

"Harus!"

"Entahlah, Tuan. Saya belum terbiasa. Mungkin perlu waktu untuk menyesuaikan diri."

"Tuh, kan, 'Tuan' lagi!"

"Iya, Mas ...." Ada sedikit penekanan saat Hani mengucapkan kata 'Mas'.

"Itu bisa ...!" Senyum Reymond merekah menampakkan deretan gigi-gigi putihnya.
_______

Hani kembali ke kamarnya usai mengambil air wudhu. Setelah mengenakan mukena dan menggelar sajadah, dilaksanakannya kewajiban dua rakaat dengan khusyuk.

Ponsel yang tergeletak di ranjang tiba-tiba berkedip tepat saat gadis itu selesai menunaikan ibadah shalat subuh. Hani melipat mukena, lalu diraihnya ponsel tersebut. Sebuah pesan whatsapp masuk dari seseorang yang membuat dada berdebar-debar.

'Assalamu'alaikum, Hani.'

Meski sempat ragu, akhirnya dibalas juga pesan itu.

'Wa'alaikumsalam, Mas Galang. Ada apa pagi-pagi nge-wa?'

Detik demi detik, Hani menanti apa yang akan ditulis oleh pria tampan di ujung sana. Waktu berjalan seperti sangat lambat. Hampir saja gadis itu menyerah, meletakkan ponsel itu kembali ke ranjang, tapi diurungkan karena sudah ada balasan yang masuk.

'Nggak ada apa-apa, Han. Aku cuma mau ngabarin, aku udah mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama.'

'Turut prihatin, Mas. Semoga ini jalan yang terbaik.'

'Aamiin. Semoga. Han, bisa kita bertemu? Ada yang ingin aku bicarakan.'

Deg! Jantung gadis berjilbab itu seolah seperti berhenti berdetak. Tiba-tiba saja kedua tangan menjadi gemetar.

Sweet Honey (COMPLETED √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang