Part 4

4.1K 182 4
                                    

"Apa?! Hamil?!"

Wanita itu diam membisu. Setetes air meluncur di salah satu pipi putih mulusnya.

"Shit!" Reymond mengusap wajah kasar.

"Bukannya kamu bilang rutin minum pil KB?!"

"Terakhir kali kita ketemu aku mabuk, Rey! Aku lupa nggak minum." Suara serak itu mengisyaratkan kekalutan yang mendalam.

"Hey, tunggu!  Bisa jadi itu bukan benihku. Kita belum lama bercinta, masih hitungan hari. Nggak mungkin langsung jadi. Mungkin itu anak suamimu atau cowok lain pelangganmu sebelumnya!"

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Reymond. Wajah wanita itu merah menyala menampakkan kemarahan yang luar biasa.

"Aku ke sini bukan buat minta pertanggungjawabanmu! Aku mau nagih janjimu yang bilang kalau kamu mau nerima aku apa adanya meski apapun yang terjadi! Tapi sepertinya aku datang ke orang yang salah!"

"Hei! Jaga omongan kamu! Buat apa aku tanggung jawab? Kamu punya suami!"

Plak! Lagi-lagi sebuah tamparan diterima pria itu. Ia mengelus dengan satu tangan.

"Galang udah tau perselingkuhan kita!"

"What?!"

Isakan terdengar semakin jelas. Indah lemas. Tubuhnya merosot hingga terduduk di lantai ruangan kerja Reymond.

Flash back.

Malam yang semula sepi berubah menjadi gaduh ketika tiba-tiba terdengar jeritan dari arah depan rumah. Galang yang baru saja selesai shalat isya serta merta berlari ke arah sumber suara.

Hani menjerit mendapati Indah terkapar di teras.

"Mbak Indah!" Gadis itu segera meraih tubuh yang terkulai lemas di lantai. Meletakkan kepala Indah di pangkuannya, lalu menepuk-nepuk pipi mulus itu.

"Sayang!" pekik Galang tak kalah terkejut. Ia segera meraih tubuh sang istri. Menggendong lalu membawanya masuk ke kamar.

"Astaga, Yang ... kamu kenapa? Kenapa sampai mabuk dan pingsan begini?" Pria itu panik. Wajahnya terlihat gusar dan pucat. Kedua tangannya gemetar mengusap kepala dan wajah sang istri.

"Mas Galang, tenang, Mas! Mbak Indah sepertinya mabuk berat. Biarkan dia istirahat, Mas."

Galang diam saja. Tak membalas ucapan gadis itu.

Sebuah selimut Hani serahkan kepada Galang.

"Selimuti saja, Mas. Mbak Indah pasti bangun nanti."

Pria itu menerima, lalu memakaikannya pada sang istri.

Suara detak jarum jam dinding terdengar jelas malam ini. Pria bermata hitam itu terjaga sepanjang malam. Menatap wajah sang istri sambil terus menggenggam tangannya.

"Kenapa kamu begini, Yang? Kenapa sampai mabuk? Apa ada yang membuat kamu tertekan? Apa kamu nggak bahagia?" Lirih, ia bergumam sendiri.

Galang terus saja menemani Indah sampai pagi menjelang.

"Mas ... Mas Galang!" ucap Hani seraya mengetuk pintu saat jam dinding menunjuk pada pukul setengah lima.

"Ada apa?" tanya Galang usai membukakan pintu.

"Gimana keadaan Mbak Indah, Mas?"

"Belum bangun."

"Oh," ucap Hani, "apa Mas Galang butuh sesuatu?"

Hanya gelengan sebagai jawaban.

"Sebentar lagi subuh, Mas. Mungkin sebaiknya Mas Galang ambil wudhu lalu shalat biar hati tenang, Mas."

Sweet Honey (COMPLETED √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang