Plak!
Lagi dan lagi. Pipi putih bersih itu mendapat tamparan dari tangan mungil gadis bermata cokelat tersebut.
"Aaaw!" keluh Reymond seraya mengusap bekas tamparan. Mulut menganga menahan sakit. Meski tangan Hani kecil, tapi cukup mampu meninggalkan rasa perih.
Gadis berjilbab itu mengerjap. Mengatur napas seraya membetulkan posisi duduk yang semula sedikit terdorong ke belakang karena desakan Reymond yang menciumnya paksa.
"Buka pintunya, Tuan!"
"Kok, kamu marah, sih?!"
"Loh, ya, wajar saya marah! Tuan nyium saya tanpa izin!" Wajah gadis itu merah sebab amarah yang membuncah.
"Kalau soal itu ... sorry! Lagian itu salah kamu pake acara jejeritan segala."
"Astaghfirullahal'adziim ... jadi, ini semua salah saya?"
"Iya."
"Ya, Allah, ya Rabbi. Kenapa bisa ketemu sama orang kayak gini, sih?!" desis Hani kesal.
"Oke, terserah Tuan, yang penting sekarang, buka pintunya! Saya mau pulang!"
"Nggak!"
"Buka nggak?! Kalau nggak, saya teriak!" Nada bicara Hani meninggi.
"Teriak aja! Ntar kucium lagi!"
"Aargghh!" Dengan penuh emosi, Hani menyerang pria di depannya. Memukul tubuh tegap itu bertubi-tubi. Ditambah dengan tendangan sekenanya. Reymond cukup kewalahan mengahadapi serangan tak terduga gadis mungil itu. Namun, sebagai seorang pria, reflek untuk menangkisnya cukup baik. Hingga yang terjadi adalah saling menyerang di dalam mobil. Menyebabkan kendaraan beroda empat itu berguncang cukup keras.
Di tengah pergulatan sengit yang terjadi, tiba-tiba seseorang mengetuk-ngetuk kaca samping. Sontak mereka berdua berhenti berkelahi. Hani lantas membuka kaca yang diketuk tersebut.
"Kalian sedang apa? Kenapa mobilnya sampai goyang-goyang?" Seorang pria paruh baya melongok ke mobil, memeriksa apa yang ada di dalamnya. Siapa tahu ada sesuatu yang mencurigakan.
"Eng-enggak, Pak! Kami nggak ngapa-ngapain," jawab gadis itu yang kemudian diamini juga oleh Reymond.
"Kalau nggak ngapa-ngapain, kenapa mobilnya sampai goyang-goyang?" selidik pria berpakaian security itu.
"Em ... nggak, Pak. Kami beneran nggak ngapa-ngapain," ucap Reymond meyakinkan. "Kami permisi dulu, Pak!"
Mobil SUV putih itu segera meluncur pergi usai pria itu memberikan izin dengan wajah garangnya.
Sepanjang perjalanan, Hani hanya diam. Sedang pria di balik kemudi tersebut terus saja tersenyum-senyum.
"Han, lucu, ya, tadi!"
"Lucu apaan!"
"Widih, galak bener!" goda Reymond.
"Di depan sana, rumah bercat putih dengan taman di depannya, itu rumah orang-tuaku. Rapiin baju sama jilbab kamu! Kita ke sana sekarang."
Mata gadis itu membeliak. Tiba-tiba jantung berdegup lebih kencang.
"Ngapain?"
"Nggak ngapa-ngapain. Mereka cuma mau ketemu sama kamu."
"Nggak mau!" pekik Hani. "Berhenti, cepat! Saya mau turun! Saya nggak mau!"
"Nggak!"
"Ayolah, Tuan! Saya nggak mau berbohong lagi! Tolonglah, Tuan!"
"Ya, udah, jangan bohong. Beneran aja kita nikah," ucap Reymond santai.
"Apa?! Nggak mau!"
Tiba-tiba saja pria tampan itu menepikan mobil mendadak. Beruntung, di belakang tak ada kendaraan yang berada terlalu dekat sehingga tak menyebabkan kecelakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Honey (COMPLETED √)
RomansaSebelum baca, jangan lupa follow dulu, Gaes. Abis baca, jan lupa vote, yak. ******* "Buka pintunya, Tuan!" "Kok, kamu marah, sih?!" "Loh, ya, wajar saya marah! Tuan nyium saya tanpa izin!" Wajah gadis itu merah sebab amarah yang membuncah. "Kalau so...