"Masuk!" perintah Reymond.
Tanpa menjawab, Hani menuruti kemauan pria yang mengenakan setelan jas mewah tersebut.
Reymond sejenak menatap gadis di sampingnya tanpa berkedip.
Hani yang merasa tak nyaman segera berdehem. Membuat Reymond sedikit salah tingkah.
"Kamu beda banget hari ini."
"Tuan, kan, yang nyuruh saya berpakaian rapi?"
Sambil mulai menjalankan mobil, pria itu tersenyum kecil.
"Iya, sih, rapi. Tapi nggak cocok buat acara yang akan kita datangi."
"Memangnya kita mau ke mana, Tuan?" tanya Hani tanpa menoleh ke arah pria wangi di sampingnya.
"Sesuai perjanjian kita tadi siang, aku mau kamu pura-pura jadi calon istriku. Ingat, hanya pura-pura ...!"
"Iya ... Tuan ...." Gadis itu mendengus kesal.
"Kamu kayaknya nggak ikhlas gitu."
"Apapun, Tuan ... apapun maumu saya turuti. Asal jangan ganggu Mbak Indah lagi."
Pria itu tertawa terbahak-bahak.
"Hani ... Hani! Kamu polos banget, sih! Ganggu gimana, orang aku sama Indah nggak ada hubungan apa-apa. Lagian, aku nyariin dia lagi cuma mau nengok, sekalian ngasih job ke dia."
"Job apa?"
"Ya, job yang lagi kamu lakuin sekarang! Pura-pura jadi calon istriku di depan Mama Papaku."
"Jadi, ini job? Jadi ... nanti aku dapet duit dari Tuan?" Mata bulat gadis itu tiba-tiba berubah menjadi terang. Wajahnya terlihat antusias.
"Yup! Kalau kamu berhasil ngeyakinin Papa Mamaku bahwa kita akan menikah, aku pasti ngasih kamu uang yang banyak, yang bahkan kamu nggak pernah menyangka."
Ludah di mulut Hani tiba-tiba saja menjadi sangat susah ditelan. Membayangkan sejumlah uang yang akan diterima, ia tampak begitu senang.
"Hoi! Jangan seneng dulu! Kerja dulu, baru mikirin duit!"
Gadis itu tersenyum malu-malu.
Suasana malam di pusat kota tampak meriah. Kemacetan jalan raya mewarnai perjalanan mereka ke tempat pertemuan. Setelah memakan waktu sekitar tiga puluh menit, akhirnya mereka sampai di sebuah restoran mewah yang terletak di jalan arteri.
Usai memarkirkan mobil, Reymond dan Hani berjalan memasuki resto.
"Han, tunggu!"
"Apa?"
"Nanti kamu panggil aku Mas, dan aku panggil kamu sayang."
"Harus?"
"Harus, lah!"
"Iya, Tuan ...."
"Dan jangan lupa, jaga sikap biar nggak ketahuan!"
"Iya, Tuan ...."
"Sini, gandengan!"
Serta merta Hani menghalau tangan Reymond yang hendak menggandengnya.
"Nggak usah, ya, Tuan! Bukan muhrim!"
Pria dengan rambut rapi itu mengusap wajah kasar. "Terserah!"
Dengan beriringan, mereka memasuki ruang resto bergaya modern itu. Di satu meja, sudah menunggu sepasang suami istri dengan raut wajah semringah.
"Rey ...!" panggil wanita yang mengenakan gamis bunga-bunga berwarna hitam dan jilbab lebar. Ia menyambut kedatangan Reymond dan Hani dengan senyum lebar. Begitu pun pria yang duduk di sampingnya. Tampak gurat kebahagiaan pada wajah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Honey (COMPLETED √)
RomanceSebelum baca, jangan lupa follow dulu, Gaes. Abis baca, jan lupa vote, yak. ******* "Buka pintunya, Tuan!" "Kok, kamu marah, sih?!" "Loh, ya, wajar saya marah! Tuan nyium saya tanpa izin!" Wajah gadis itu merah sebab amarah yang membuncah. "Kalau so...