01

8.2K 500 33
                                    

"Tuan Zhong, kamu telat lagi ya?" Seorang guru Bimbingan Konseling SMA Zhong Dai yang terkenal dengan sifat tegasnya siap untuk menegur siapa saja yang melanggar aturan tanpa pandang bulu, termasuk Zhong Chenle.

Guru wanita itu memandang Chenle galak dan berkacak pinggang. Siapa yang tak kenal dengan Zhong Chenle? Pewaris utama dan cucu dari pebisnis hebat serta pemilik SMA Zhong Dai yang sudah go international di China, Zhong Xinle. Anak laki-laki 17 tahun itu sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya saat usianya 7 tahun. Ya, 10 tahun yang lalu, kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat yang membawa mereka ke Brisbane, Australia.

Kekayaan keluarganya itu membuat Chenle menjadi pribadi yang sombong dan angkuh. Ia juga menjadi anak pembangkang dan keras kepala karena didikan keras dari sang kakek, itu semua bertujuan untuk kesiapan Chenle menjadi pewaris keluarga Zhong mengingat usia sang kakek yang sudah menua. Akibat dari sifatnya itu Chenle bersikap semena-mena kepada seluruh penduduk SMA Zhong Dai termasuk guru sekalipun, membuat mereka semua takut kepadanya terkecuali Ms. Zhong Xiera, bibi tirinya sekaligus guru Bimbingan Konseling SMA Zhong Dai.

"Ya terus kenapa? Tante" Chenle dengan sengaja menekan panggilan untuk bibinya itu. Mengangkat dagunya tinggi-tinggi dan bersedekap dada. Ia tak suka diatur, oleh kakeknya sekalipun.

Ms. Xiera menghela nafas "ikut keruangan saya"

Suara menggema di dalam ruangan yang bertuliskan 'Ms. Zhong Xiera room' di pintunya. Bukan lagi rahasia umum bagi penduduk SMA Zhong Dai, suara argumen Mr dan Ms Zhong.

"Chenle, tolong hargai saya sebagai bibi kamu!" Ms. Xiera membentak keras, tak habis pikir dengan sifat keponakannya ini.

"Ha? Giman, gimana?" Chenle bertanya dengan nada mengejek. "Ingat Tante, anda itu tidak ada hubungan darah murni dengan keluarga Zhong jadi jangan sok ngatur dan jangan sok berkuasa"

"Kelakuan kamu ini sudah melampaui batas, keluarga Zhong benar-benar membutuhkan pewaris yang bertanggung jawab"

"Gak butuh sikap sempurna untuk menjadi pewaris, yang terpenting pewaris itu ada hubungan darah dengan keluarga Zhong" Ujar Chenle dingin sedikit menyindir bibinya.

"Kamu salah Tuan Zhong!" Teriakan sang bibi menghentikan langkah Chenle yang akan keluar dari ruangan ini. Chenle menoleh menatap sang bibi dengan pandangan tajam, masih berdiri tegap di tempatnya.

"Keluarga Zhong terkenal bukan hanya kekayaannya, bukan hanya kehebatan Tuan Zhong Xinle. Tapi, keluarga Zhong juga terkenal dengan sifat mandiri, tegas, dan tanggung jawabnya. Itu yang paling dikenal orang"

"Terus kenapa? Ini hidup saya, anda tidak berhak mengatur hidup saya. Kalau anda tidak suka saya menjadi pewaris utama, silahkan lapor ke kakek, komplain ke kakek. Minta ke kakek kalau anda yang lebih pantas menjadi pewaris, itu kan mau anda?!" Perdebatan makin sengit dengan celaan Chenle kepada sang bibi.

"Kurang ajar kamu! Apa maksudmu?!"

"Arghh wanita itu memang gila harta. Kalau anda tidak berani komplain ke kakek, biarkan saya saja yang komplain. Anda tidak usah merasa takut, saya tidak akan membunuh anda karena itu"

"Saya bilang sekali lagi, kelakuan kamu ini sudah melampaui batas. Akan saya laporkan kamu kepada kakekmu"

"Sayangnya seorang Zhong Chenle tidak pernah takut dengan ancaman. Silahkan anda laporkan saya! Itu merupakan trik anda yang akan menyingkirkan saya dari keluarga Zhong agar semua harta diwariskan kepada anda, iya kan? Dan sekarang apa mau anda?"

"Cukup! Apa mau saya?" Ms. Xiera menunjuk kepada dirinya sendiri, "Mau saya, kamu minta maaf kepada saya, sekarang!"

"Perlu saya beri tahu lagi, seorang Zhong Chenle tidak meminta dan tidak akan pernah meminta sampai kapanpun. Tapi, seorang Zhong Chenle akan memberi, memberi kepada mereka yang mengemis kepadanya"

***

"Lap sepatu gue pake seragam lo, cepat!" Dengan gaya biasa, Chenle memerintah kepada seseorang yang berani mengusiknya, termasuk siswa bernametag Rayn Narll yang berjongkok membersihkan sepatunya. Rayn tak sengaja menumpahkan jus ke sepatu Chenle, ia memohon kepada Chenle agar tidak diberi pelajarn keras olehnya. Berhubung Chenle sedang baik hati sekarang, ia hanya memberi pelajaran kecil saja, mengelap sepatunya dengan seragam milik siswa yang menumpahkan jus itu. Setelah selesai, Rayn berlari terbirit-birit keluar kantin.

"Gila lo, Le. Gak takut dilaporin ke Ms. Xiera?" Tanya salah satu teman dekat Chenle, Yangyang.

"Halah, sekolah punya ngkong gue juga. Ngapain takut? Emang dia punya kuasa apa disini?" Chenle menjawab tenang.

"Lele mah jangan dilawan" Celetuk teman yang lain, Xiaojun. Ya, hanya teman dekat Chenle saja yang berani memanggil Lele, panggilan kesayangan katanya.

"Le, emang tadi lu ribut apa lagi sih sama Tante lo?" Yangyang bertanya sambil mencomot kentang gorengnya.

"Hufft biasalah, dia ngatur-ngatur gue lagi"

"Le, biar gimanapun dia itu tante lo. Lo udah kelewat gak sopan sama dia" Sambung Xiaojun.

Chenle menoleh menatap Xiaojun tajam, yang ditatap pun menelan salivanya gugup. "Udah siap jadi rakyat jelata lo?"

Xiaojun membelakkan matanya, "Yaelah Le.. Canda gue, canda. Sungkem dah, sungkem gue" Xiaojun meminta maaf dengan konyol, kebiasaannya. Bahaya kalau sampai perusahaan ayahnya dihancurkan atau diambil alih, bakal miskin dia. Keluarga Zhong bisa melakukan segalanya.

"Karena gue Zhong Chenle, jadi gue memberi maaf sama lo" Ujar Chenle mengangkat dagunya.

"Gue mau tanya lagi nih, Le" Xiaojun  mencecar pertanyaan lagi.

"Apaan?" Chenle menjawab acuh sibuk menyeruput boba tea nya.

"Kan lo yakin nih, kalo lo ga bakal minta tapi memberi. Ya selama ini kenyataannya emang gitu sih. Tapi gue mikir lagi nih, tentang cinta-"

"Cailah bocah, tau apa lu tentang cinta? Cewek aja kagak punya" Chenle menyela, tertawa terbahak-bahak diikuti oleh yangyang. Mereka masih tetap tertawa, sesekali Chenle menyeruput boba tea nya.

"Eh, beneran. Emang lo bisa dapetin cinta? Lo cinta sama cewek dan cewek itu juga cinta sama lo?"

Chenle langsung menghentikan seruputan pada minumannya, sekejap ia berpikir 'gimana dapetin cinta? Pake duit kah?' namun dalam sekejap juga pikiran angkuhnya muncul. "Gini, gue ini kan Zhong Chenle. Kalo masalah cewek, cuma dikipasin ama duit segepok aja langsung nyamperin, udahlah cewek doang"

Xiaojun menghela nafas jengah, 'berasa kesel idup, gue' batinnya

"Iya mah, yang Zhong Chenle" Celetuk Yangyang.

Tbc,

Halo gais, ini work pertama aku, jadi maaf kalo ada typo bertebaran.

Cerita ini cuma fiktif belaka ya, khayalanku aja. Jadi disini nama sekolah, nama kakek Chenle dan tante Chenle itu bukan beneran hehe:v nggak tau siapa nama kakek sama tante asli bang chenle:v

*note: kalau ada yang penasaran sama arti nama sekolanya, Zhong Dai dalam bahasa China yang artinya Generasi Zhong.*

Presiden Chenle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang