08

2.1K 249 41
                                        

Hati-hati typo bertebaran..

Happy Reading:*

•••

Pagi ini Kiara merasa gundah berjalan disepanjang koridor untuk menuju kelasnya, kelas 12 IPA A. Sebab, pasti ia ditunggu Chenle untuk membalas perbuatannya kemarin apalagi sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

Dulunya Kiara bangga sekali bisa masuk ke SMA Zhong Dai dan terpilih menjadi siswa unggulan dikelas IPA. Tapi sekarang saat dia mulai mengenal Chenle, ia takut untuk bersekolah disini. Pasalnya kemarin ia sudah membuat cucu kesayangan presdir Xinle itu kesakitan, dan ia yakin akan mendapat balasan yang lebih fatal dari Chenle. Terkadang ia juga kesal sendiri karena tak mau berpikir dua kali untuk bertindak, jiwa beraninya langsung memancarkan sinyal jika dirinya terancam.

Tubuh Kiara langsung kaku saat mendapati Chenle dengan wajah angkuhnya yang memandang Kiara horor, lengkap dengan dua temannya disamping kanan dan kiri. Mereka ini tampan tapi berhati iblis, itu yang ada di pikiran Kiara saat melihat mereka. Dengan cepat Kiara berbalik badan untuk menghindari Chenle, tak siap dengan balasan yang akan dia terima nanti. Yang hanya ada dipikirannya saat ini adalah Naomi, hanya Naomi yang bisa membantu.

"Naomi pliss"

"Tuhan tolong, Naomi mana sih?"

Kiara memejamkan matanya rapat-rapat, air mata sudah menggenang dipelupuk matanya. Saat ini ia benar-benar takut, sekolah ini sekolah impiannya dan Chenle punya banyak kuasa disini.

"Heh mau kemana hah? Berhenti sekarang!" Chenle berteriak untuk menghentikan langkah Kiara, si gadis miskin tak tahu diri menurutnya. Sedangkan Kiara menulikan pendengaran dan tetap mempercepat langkahnya. Tiba-tiba angin berhembus di belakang punggung Kiara dan ia merasakan bahwa pergelangan tangannya dicekal erat, dan ia yakin bahwa itu Chenle. "Gue bilang berhenti ya berhenti! Cari mati lo?" Chenle berbisik halus ke telinga Kiara.

Tubuh Kiara berbalik karena ditarik Chenle, sekejap mata mereka berdua saling pandang karena jarak wajah mereka dekat sekali dan dengan tidak sadar mereka saling memuji satu sama lain.

'Dia ganteng, imut juga. Tapi sayang, bangsat' batin Kiara.

'Cantik, pinter, idaman banget. Tapi sayang, miskin' Chenle pun membatin.

Setelah cukup lama berpandangan, mereka berdua tersentak mendengar teriakan yang Chenle kenal adalah sepupunya, dan yang Kiara kenal adalah guru pembimbing sementaranya, Jaehyun. Mereka langsung mengalihkan pandangan kepada Jaehyun yang berjalan kearah mereka.

"Bocah, cepet masuk! Bel udah bunyi satu menit yang lalu" Tak salah lagi bahwa Jaehyun menggertak sepupu nakalnya.

"Dan kamu Kiara, saya tunggu di aula. Jangan sampai memberikan kesan buruk dihari pertama bimbinganmu, kamu masih baru disini" Dan yang ini, Jaehyun tujukan kepada murid pintarnya.

'Haduh makasih banyak Kak Jaehyun udah nyelametin aku dari iblis ini, nggak apa-apa deh ditegur dikit doang' Batin Kiara bersyukur telah terselamatkan dari dendam Chenle.

"Baik kak, saya permisi" Kiara menunduk hormat kemudian berlalu dari hadapan Jaehyun, dan sekali lagi bersyukur telah terbebas dari ancaman Chenle. Dengan segera ia menuju ke aula tempat dimana para siswa golden ticket diberi bimbingan khusus untuk beberapa hari kedepan, karena setelah mereka masuk mereka akan langsung dikirim oleh sekolah untuk mengikuti lomba tingkat internasional. Tidak bisa dipikir, sehebat apa Zhong Dai dan murid-muridnya.

"Kan Bang, gegara lo itu anak bisa kabur" Chenle merenggut marah kepada Jaehyun yang membatalkan rencananya.

"Kenapa lagi, sih? Ayolah, sekarang lo ini udah ditingkat akhir dan bakal ngikutin ujian kelulusan. Kasih yang terbaik buat kakek!"

"Jangan cuma buat onar mulu. Gue yakin, dia gak akan mulai kalau lo gak jahil sama dia. Iya kan?" Jaehyun kembali berusaha menasihati sepupu nakalnya ini, walaupun dirinya lelah dia harus bisa membuat Chenle berhasil bukan karena tahta tapi karena prestasi.

"Jangan sok nasihati gue soal ujian, dan kelakuan gue yang suka jahil sama anak-anak. Lupa gue siapa, huh?" Seperti biasa dengan gaya angkuhnya Chenle menjawab.

Jaehyun menghela nafas lelah, memijit pangkal hidungnya. "Hukum atau masuk kelas?" Pasrah, Jaehyun dengan lantang mengancam sepupunya ini dan dua orang temannya dibelakang Chenle.

Dengan terbirit-birit Xiaojun dan Yangyang berlari, takut dengan hukuman Jaehyun karena mereka bukan Presiden Zhong Chenle. Sedangkan Chenle sendiri? Keep calm. Dia kan presiden Chenle yang sesungguhnya.

***

"Eumm makasih kak Jung udah bantuin saya tadi" Kiara berbicara takut-takut kepada Jaehyun.

Saat ini Kiara menjalankan hukumannya diperpustakaan yang diberikan oleh Jaehyun karena tadi pagi ia telat masuk untuk bimbingan, hanya ada mereka berdua diruangan  ini. Jaehyun meneliti berkas-berkas siswa golden ticket Zhong Dai yang akan diikutkan lomba bulan depan, sedangkan Kiara menata buku-buku.

"Tidak perlu berterima kasih, sudah menjadi tugas saya untuk mengawasi kalian" Jaehyun berkata tegas dengan arah mata yang masih fokus meneliti berkas-berkas.

Tanpa sadar Kiara menatap Jaehyun lekat-lekat, dan tatapan itu adalah tatapan memuja. Mata sipit, rahang kokoh, bibir tipis, dan jenius, itulah yang ada dipikiran Kiara saat menatap Jaehyun.

Setelah puas, Kiara tersadar dan menyentuh dadanya yang berdegup kencang. Ia langsung menggelengkan kepalanya saat kata 'cinta' melintas dipikirannya. 'Aihh Kiara.. Ini gurumu, dilihat dari fisik pun kamu tidak cocok bersanding dengannya, apalagi kasta?' batin Kiara.

Kiara tersentak saat Jaehyun memanggilnya karena baru saja Jaehyun tidak sengaja melihat Kiara menggelengkan kepalanya, 'kenapa dia?' Pikir Jaehyun.

"Ah eumm, iy.. Iya, Kak" Kiara gelagapan karena sudah tertangkap basah.

"Lanjutkan pekerjaanmu, jangan membuang waktu. Saya tidak suka orang yang menyia-nyiakan waktu!" Setelah itu Jaehyun pergi meninggalkan Kiara sendiri di perpustakaan, karena tiba-tiba saja ia dapat panggilan dari presdir Zhong Dai, Zhong Xinle.

Tbc.

Presiden Chenle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang