06

2.4K 283 3
                                    

Hati-hati typo bertebaran

Happy Reading^^

30 menit berlalu Chenle duduk dikursi teras rumahnya menunggu Jaehyun sepupunya, masih ada urusan apa dia sampai selama ini untuk datang, sedangkan kedua temannya sudah seperti pengemis yang tak makan berhari-hari, mulai memburu makanan - makanan mahal dirumah Chenle.

"Le! Lo gak mau ni makanan? Kita habisin yak?" Xiaojun berteriak memanggil nama Chenle dari ruang tamu.

"Kagak denger gue" Chenle menjawab acuh, lagian mereka makan masih banyak bicara, takut diminta uang bayaran oleh Chenle mungkin, yah tapi Chenle tidak sepelit itu juga.

Terdengar langkah kaki yang mendekati Chenle, dan setelah sampai di samping Chenle ia marah-marah tak jelas, "Budek amat si, lu! Cape gue harus jalan dari ruang tamu kesini"

Chenle menghela nafas mendengar ocehan Xiaojun dan mulai mencela, "Mulai memaklumi orang yang gak pernah punya rumah gede"

"Halah nyesel gue!"  Kemudian Xiaojun kembali kedalam dan melanjutkan acara makannya dengan yangyang.

Tak lama Jaehyun sepupu jenius Chenle datang dengan mobil BMW nya. Keluar dari mobil, ia meneriaki Chenle yang duduk dengan wajahnya yang ditekuk. "Le, sini lo! Bantuin gue angkat barang-barang"

"Yaelah Bang, kan ada Bodyguard, ngapain masih nyuruh gue sih!" Chenle berteriak kesal, sepupunya itu memang senang sekali menyiksanya.

"Nyuruh bodyguard mulu gak guna hidup lo!"

"Gini nih orang ngelunjak, gue udah cape nungguin setengah jam, giliran udah dateng nyuruh - nyuruh lagi!"

"Eh bocah! Yang nyuruh lu nungguin gue siapa? Gausah banyak bacot deh. Cepet bantuin!"

"Ah iye iye!" Chenle berteriak frustasi, ia tak pernah disuruh tapi sering menyuruh. 'Masa presiden Chenle ngangkatin barang kek petugas hotel. Malu nih malu' batin Chenle menggerutu, jika ia melawan Jaehyun, Jaehyun akan semakin gencar menyiksanya. Menyuruh ini itu.

"Widih Kak Jaehyun udah dateng. Sini Kak gabung, pasti laper kan?" Xiaojun menyambut kedatangan Jaehyun dengan mengajaknya makan bersama, Xiaojun tak tahu diri dasar, sok menawari tak ingat ini rumah siapa dan makanan milik siapa.

"Gak, makasih. Gue kenyang, lu bedua abisin aja"

Tiba-tiba Yangyang berteriak heboh, "waduh, btw yang di samping itu siapa? Bodyguard baru?" Yang disambut tawa Jaehyun dan Xiaojun.

Wajah Chenle mengeras, "Gak tau diri lu bedua! Udah numpang makan masih ngehujat gue. Gue bikin miskin mampus lu pada"

"Iye maap Le, maap. Lagian lu sensi amat dah, BM mulu kek anak perawan pms" Celetuk Xiaojun kembali mencela sang Presiden.

"Gue lempar koper, lu" Chenle sudah mengambil ancang-ancang untuk melemparkan koper pada kedua temannya.

"Chenle cepet! Gue tambah hukuman lu mau?!" Sebelum itu, terdengar teriakan Jaehyun yang sudah di dekat tangga, entah sejak kapan. Jaehyun mulai menaiki tangga dan memerintahkan Chenle untuk mengikutinya.

"Ya ampun, Bang. Disini ada lift ngapain pake tangga? Bikin gue tambah cape kalo gini."

"Mau gue tambahin atau gimana?"

"Yaampun gak ada harga dirinya banget gue jadi pewaris utama" Wajah Chenle merah padam, antara kesal, menahan berat, dan lelah. Kekesalan Chenle bertambah saat mendengar tawa keras kedua temannya, 'Awas aja tuh kaum setan!' batin Chenle memaki mereka.

***

Keadaan Ananta's bakery yang awalnya tenang-tenang saja menjadi heboh karena kedatangan Pebisnis hebat Zhong Xinle, walaupun tokonya yang kecil tetapi pembelinya memenuhi toko membuat toko menjadi pengap. Semua pembeli menepi memberi jalan untuk Zhong Xinle dan dua bodyguard dibelakangnya, Bu Ananta selaku pemilik toko menyambut ramah. "Sore Tuan Zhong, ada yang bisa saya bantu?"

"Berikan saya semua kue yang tersisa disini"

"Baik Tuan, silahkan duduk dahulu. Mungkin agak lama membungkusnya karena karyawan disini terbatas" Bu Ananta membawa Xinle duduk di salah satu meja kosong.

"Kalau boleh tahu, tumben sekali Tuan Zhong membeli kue disini, padahal rasa dan harganya tak seberapa"

"Cucu saya yang menginginkannya, dia bilang kue disini enak"

"Apakah dia, Chenle?"

"Ya"

Kemudian Kiara yang merupakan anak dari Bu Ananta dengan dua orang karyawan lainnya datang sambil membawa 12 paper bag, "Ini bu"

Kakek Xinle memandang Kiara lekat-lekat, "Ah saya ingat, kamu salah satu siswa Golden Ticket kan?"

"Ah, iya Tuan. Saya Kiara, anak dari Ibu Ananta" Kia menjawab dengan senyum manisnya, ia kaget ternyata yang mborong kue di tokonya adalah Tuan Zhong pebisnis hebat itu.

"Panggil saja Kakek" Kakek Xinle meralat panggilan Kiara untuknya.

"Hemm iya, Kakek"

"Yasudah kalau begitu saya pamit, takut cucu saya menunggu lama. Saya permisi terimakasih" Kakek Xinle berdiri dari duduknya diikuti dengan Bu Ananta.

"Saya juga berterimakasih Tuan Zhong sudah mau berkunjung kemari" Bu Ananta membungkuk hormat, begitupun Kiara.

Setelah itu Kakek Xinle bersama dua bodyguard nya pergi meninggalkan Ananta's Bakery. Bu Ananta merasa bahagia tokonya telah dikunjungi orang terpandang dan disegani di negara Cina ini, juga karena Kuenya yang habis lebih awal.

"Kakek Zhong baik, sopan, dan dermawan sekali ya, Bu. Gak seperti anak didiknya yang angkuh dan tak ber tatakrama itu" Ujar Kiara, wajahnya tiba-tiba mengeras mengingat siswa laki-laki dengan dua orang temannya yang menghinanya kemarin.

"Sudahlah, lagipula anak-anak sombong itu teman kamu"

"Bu bu, rumornya ya cucu dari Kakek Xinle sekolah di tempatku juga, dia pria, katanya tampan sekali. Ah rasanya aku mau bertemu dengan dia, bu" Kiara bercerita dengan mata berbinarnya. Menggenggam kedua tangannya dan ia letakkan dibawah dagu.

"Jangan, kalau kamu bertemu dengan dia pasti kamu akan benci dengannya" Bu Ananta berujar sambil tersenyum geli, putrinya tidak tahu saja bahwa cucu dari Zhong Xinle adalah Chenle, siswa laki-laki yang menghinanya.

"Gak mungkin, Bu. Kakeknya saja baik dan sopan seperti itu, pasti cucunya juga"

"Yasudahlah terserah kamu, ayo kita beres-beres"

Tbc.

Presiden Chenle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang