Suasana Ananta's Bakery berubah menjadi gaduh ketika Chenle dan Kakek Xinle sampai disana. Para pelanggan yang lain memberi jalan untuk mereka, selain itu juga ada yang sibuk merekam dan mengambil gambar.
Setelah duduk di meja pilihannya, Kakek Xinle langsung saja memesan beberapa kue untuknya juga cucunya, dengan sigap para pelayan bekerja.
Tak lama datang Bu Ananta selaku pemilik toko kecil ini. "Sore Tuan Xinle, dan... Tuan muda Chenle" Bu Ananta menyapa dengan senyum manisnya.
"Chenle aja, Bu" Kata Chenle lembut.
Xinle terkejut. Sejak kapan cucunya rendah hati seperti ini? Dalam diam ia menahan tawa.
"Itu sebelum saya tau kamu cucu dari Tuan Zhong Xinle" Bu Ananta tersenyum manis. Huaa rasanya Chenle meleleh, senyumnya mirip Kiara.
Ya, Chenle sudah tau sejak lama bahwa Kiara adalah anak dari Bu Ananta. Chenle telah mengetahuinya jauh sebelum ia menyatakan perasaannya kepada Kiara.
Flashback
Sepulang sekolah tiba-tiba saja Chenle rindu menyicipi kue Bu Ananta yang super lezat itu menurutnya. Muncul inisiatifnya untuk mendatangi Ananta's Bakery dan membeli kue disana, maunya sih untuk cemilan dirumah.
Hari ini Chenle pulang bersama Xiaojun dan Yangyang. Mereka menaiki mobil Xiaojun dengan Chenle yang menyetir.
Chenle memarkirkan mobil di sebrang jalan Ananta's Bakery. Sebelum turun ia menoleh sebentar ke arah teman-temannya, ia yakin pasti mereka akan bertanya-tanya.
"Selera lo berubah rendahan ya sekarang?" Kan bener! Ini Xiaojun yang bertanya, sambil mengunyah permen karet dimulutnya.
"Ananta's Bakery? Kok gue kek yang pernah denger nama ini ya?" Kalau yang ini Yangyang.
"Gue juga berpikiran kek gitu. Kek yang pernah denger nama ini tapi dimana ya? Pelupa banget gue" Kata Chenle.
"Yeee emang dasarnya aja lu goblok mah!" Kan Xiaojun ngatain lagi. Chenle jadi marah, lama-lama temannya ngelunjak juga.
"Sial! barbar banget mulut lo jun!" Chenle membalas tak kalah sarkas.
"Udahlah cepetan, jadi beli gak nih?!" Yangyang lelah mendengar perdebatan tak berguna dua bocah barbar ini akhirnya memekik protes.
Chenle terdiam, matanya masih melihat-lihat toko itu. Tiba-tiba saja Chenle melihat siluet gadis yang ia kenal, gadis itu sedang mengelap jendela toko.
Ditatapnya dengan intens gadis itu, dan yah! Chenle mengenalnya. Itu Kiara Ananta si gadis miskin.
Tunggu, Kiara Ananta
Ananta's Bakery
Bu Ananta
Memikirkan itu, ingatan Chenle berpendar pada saat pertama kali ia ke toko ini dan berbincang dengan Bu Ananta.
"Dilihat - lihat dari seragamnya, nak Chenle ini bersekolah di SMA Zhong Dai, ya?"
"Iya, bu. Memang kenapa?"
"Kebetulan anak saya sekolah disana juga, perempuan"
Oke fix, Kiara ini anak dari Bu Ananta. Udah banyak bukti, nama belakang sama, cerita dari Bu Ananta tentang anak perempuan nya, dan Sekarang gadis itu berada ditoko ini dan pastinya membantu Bu Ananta menjual kue-kuenya.
Sial! Kenapa harus gadis miskin ini anak dari Bu Ananta? Chenle benci gadis itu dan ia menyukai kue buatan Ibunya. Pilihan yang sangat rumit.
Kalau ia mau masa harus titip kakek terus? Kakek kan pasti banyak sibuknya, jadi tidak sempat.
Sial! Chenle harus bagaimana? Saat ini ia ingin sekali memakan kue Bu Ananta. Haruskah pulang dan menitipkan kepada Kakek? Atau menyuruh bodyguardnya? Ataunya lagi nekat masuk kesana dan beli sendiri? Chenle berdecak gelisah.
1
2
3
Oke fix, pulang kerumah dan menyuruh bodyguard!
Gengsi kawan, harga diri seorang presiden Chenle mau ditaruh dimana?
"Heh! Jadi beli gak nih?!" Pekikan Yangyang menyadarkan Chenle.
Chenle berdecak kesal. Mengubah arah pandangnya ke depan, "pulang, gak jadi" Dan dengan santainya berujar seperti itu.
Siapa yang tak marah? Berdiam lama disini hanya melihat toko kue itu dan tak jadi membeli kue disana!
"Halah bangsat, labil lo!" Xiaojun mengumpat kembali, gini banget punya temen.
Flashback off.
Dari situ, Kakek Xinle selalu saja menggoda Chenle. Salah satunya dimobil tadi
Kenapa? Tak siap bertemu dengan cintamu?"
Menyebalkan bukan?
"Nak Chenle masih ingat kan tentang anak saya yang satu sekolah dengan kamu?" Bu Ananta bertanya ramah.
Chenle mengagguk ragu.
"Sekarang dia ada disini bantuin Ibu. Biar Ibu panggilin ya, sekalian kalian saling berkenalan" Bu Ananta tersenyum manis dan masuk ke area dapur untuk memanggil gadis miskin itu.
Chenle gelagapan, Kiara pasti akan marah jika melihatnya disini.
Dari kepanikannya Chenle mendengar tawa pelan dari sampingan, dan ia tahu itu adalah tawa kakek Xinle. "Berdebar?"
"Apasih, Kek? Ayo pulang Kek Chenle ada tugas" Chenle merengek.
"Sejak kapan kamu jadi rajin?"
"Eh anu, ada janji sama Xiaojun"
"Xiaojun ikut ayahnya, ada keperluan"
"Eh maksudnya, ada janji sama Yangyang"
"Yangyang sedang les privat"
"Ohya, nemenin Kak Jaehyun!"
"Lupa Kakak kamu ada perlu diluar?"
"Huhu Kakek" Akhirnya Chenle memandang Kakek Xinle dengan puppy eyes nya.
Kakek Xinle ya tak peduli, rencananya harus berhasil. Sebenarnya sih lebih 'ingin menjahili' cucunya.
"Selamat sore, Kakek Xinle"
Deg.
Suara lembut itu? Astaga Chenle gemetaran.
"Untuk Tuan muda Zhong?" Bu Ananta mengintruksi.
"Sore" Kiara menyapa singkat, marah sekali dengan pria angkuh didepannya ini.
"Kalian belum saling kenal kan?" Kakek bertanya dengan senyum gelinya.
"Udah" Mereka berdua mengatakannya serempak.
"Kenapa cuek begitu?" Tanya kakek lagi.
"Iya" Bersamaan lagi.
"Ayo Chenle, sapa Kiara" Terselip nada menggoda dari Kakek.
Chenle geram, dasar Kakek!. Chenle berdiri dari dududknya hingga membuat kursi berdecit. "Ayo pulang Kek" Setelah itu langsung berjalan tergesa-gesa keluar.
Kiara yang melihat menggertakkan giginya marah. 'Tidak sopan!' pikirnya.
"Yasudah pulang sana!" Kiara memekik sebal ke arah Chenle.
"Kiara yang sopan, ada Tuan Xinle disini" Bu Ananta menegur putrinya.
"Gak peduli, Ibu!" Kiara menghentakkan kakinya dan kembali masuk ke dalam.
Xinle tersenyum geli, akhirnya ia berhasil menjahili cucunya. Lucunya, tadi Chenle berkata sangat lembut dan rendah hati, seperti berbicara pada calon mertua.
Hahaha.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Chenle ✔
Fiksi PenggemarKetika si Holkay bertemu dengan si Rakjel [Disarankan follow sebelum membaca.] Punya jempol? Vote!;) "Lu lu semua, inget ya! seorang Zhong Chenle gak akan ngemis-ngemis apapun itu" teriaknya dengan nada angkuh. "Heh tukang sombong! saya ingetin ya...