*two*

77 6 2
                                        

Orang itu adalah Alfino Putra anak dari pasangan suami istri alan dan lusi. Putra adalah murid seangkatan dengan vani, wajar jikai putra keluar masuk kelas vani, karena putra satu kelas dengan vani.

"Ish apaan sih lo? Pagi-pagi udah ganggu kenyamanan orang aja." Kesal vani, karena setiap harinya ia selalu saja diganggu oleh makhluk astral satu ini.

"Bebeb vani kok jutek gitu sih? Abang syedih dengernya hiks...hiks..." ucap putra pura-pura menangis, tapi menangis tanpa air mata yang keluar malah ingusnya.

'Pasti nih anak mau drama ni, duh males banget kalau dia drama kayak gini. Eneg gue liatnya' batin vani.

"Ihh...putra! apaan sih jijik tau." Ucap vani memandang putra jijik, putra itu memang pintar sekali drama. Apa lagi jika sedang di marahi guru, pasti dia akan mengeluarkan jurus andalannya itu. Mungkin karena hidupnya penuh drama, jadi dia bisa drama di mana aja. Udah...udah...back to topic.

"Ihh vani mah gitu, abang ngambek ah." Ucap putra dengan menggerucutkan bibirnya dan menaruh tangannya di depan dada pura-pura sebal, lalu berjalan menuju bangkunya yang berada di belakang vani.

Tempat silvi dan naufan berada

"Naufan, siapa yang mau ambil itu buku? Kamu aja yah, aku takut nanti ada kuman yang nempel di tangan aku." Silvi memandang jijik pada tempat sampah yang berada di depan mereka ini, sama halnya dengan naufan, ia juga merasa jijik dengan tong sampah tersebut. tapi jika bukunya tidak di ambil pasti mereka akan kena semprot oleh bu wati.

Mereka mencari akal bagaimana cara mengambil buku tersebut. Naufan menjentikkan jarinya pertanda mempunyai ide, lalu membisikkannya kepada silvi.

"Nah ya udahh gitu aja." Setelah itu, mereka memanggil murid yang kebetulan lewat di depan mereka.

"Eh eh woy sini woy." Kemudia murid laki-laki tersebut menghampiri naufan dan juga silvi.

"Ada apa?" Tanya siswa tersebut.

"Emm...lo mau nggak ambilin itu buku di tong sampah?" Tanya silvi. Kemudia siswa tersebut melihat ke dalam tong sampah lalu berpikir.

"Alah nggak usah banyak mikir. Nanti gue kasih uang." Kemudian siswa tersebut langsung mengembil sesuatu di dalam tasnya. Dan ternyata yang dia ambil itu plastik, mungkin buat jaga-jaga buat naroh sepatu kali ya? Kan ini lagi musim hujan mungkin dia takut sepatunya basah jadi dia bawa plastik buat naruh sepatu.  Back to topic

Kemudian ia tutupi tangannya dengan plastik untuk melindungi tangannya dari kotoran yang berada di dalan tong sampah.

Setelah bukunya sudah terambil siswa tersebut langsung menyerahkannya kepada naufan.

"Nih bukunya, mana uangnya?"

"Itu bukunya taruh di  situ aja." Ucap naufan sambil menunjuk lantai bawahnya. Siswa tersebut lantas mengangguk dan menaruh buku tersebut ke lantai.

"Mana?" Ucapnya dengan menyodorka tangannya di depan muka naufa. Naufan mendengus lalu mengeluarkan uang berwarna hijau dari dompetnya.

"Nih." Naufan menyodorkan uang tersebut dengan wajah datar.

"Ikhlas gak nih?" Naufan hanya membalas dengan dehaman, kemudian siswa tersebut mengambil uangnya dan meninggalkan tempat tersebut.

Kembali di tempat vani berada.

"Putra! Nggak usah mainan rambut gue, nanti kusut rambut gue!" Sentak vani kepada putra karena sedari tadi putra tak ada henti-hentinya memainkan rambutnya.

"Ya maap lah beb." Ucap putra memelas.

'Ih gemesin banget deh muka lo put, tapi sayangnya lo tengil sih' ucap vani dalam hati.

COOL BOY AND PERFECT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang