Are you ready for this!
Zimzalabim....Suara jeritan tangis terdengar dari ruang VIP 1 itu. Keempat manusia yang saat ini menunggu diluar ruangan pun tak memungkiri betapa pilunya suara tangisan itu. Sesaat mereka saling pandang sebelum akhirnya kembali diam dan menunduk. Menghargai sosok Ibu yang baru saja kehilangan calon anaknya didalam.
"Sayang kau harus tenang" laki-laki itu terus memberi rengkuhan hangatnya meski ia sama-sama merasa sakit dengan kejadian yang menimpa keluarga kecilnya.
"Apa salahku Tuhan! Apa!"
Joohyun berteriak sembari terus meronta-ronta dalam pelukan Taehyung. Rambutnya berantakan dengan wajah basah penuh air mata. Kenyataan itu belum sepenuhnya diterima oleh Joohyun, bahkan luka atas kepergian Ibunya masih sangat membekas dihatinya. Ibarat luka basah yang disiram air cuka, begitulah perasaan Joohyun saat ini. Perih dan sakit.
"Kau sudah mengambil ayahku, ibuku, dan sekarang kau mengambil bayiku. Kenapa kau tidak membunuhku juga" Joohyun berteriak dengan suara serak.
"Bayi kita sudah bahagia disurga sana, kita tidak bisa menahannya lagi sayang" Taehyung masih membisikkan kalimatnya meski ia tau Joohyun tak akan mendengarkannya.
"Arghhhh" Joohyun berteriak sebelum tubuhnya jatuh dalam pelukan Taehyung. Matanya kembali tergenang oleh air mata, ia sangat terpukul dengan kejadian ini. Tangisan kembali terdengar meski tidak sekeras sebelumnya. Taehyung bersyukur, setidaknya Joohyun sudah lebih tenang sekarang.
Taehyung menekan tombol darurat disebelah ranjang Joohyun, memanggil Dokter untuk membius istrinya agar dapat beristirahat.Tak lama setelah itu seorang dokter laki-laki datang. Taehyung masih memberi usapan lembutnya pada kepala Joohyun. Bahkan setelah dokter menyuntikkan cairan pembius pada infus Joohyun.
"Terimakasih" ucap Taehyung sebelum sang dokter meninggalkan ruangan Joohyun.
Taehyung mengecup kening Joohyun lama. Disusul air mata yang menetes karena tak sanggup lagi melihat keadaan Joohyun saat ini. Joohyun nya terlalu banyak menjalani kesulitan dihidupnya. Taehyung mengusap kepala Joohyun kemudian beranjak keluar untuk menemui Seokjin dan teman-temannya diluar.
"Maaf, kalian pasti menunggu lama" ucap Taehyung lalu menyuruh keempat temanya untuk masuk kedalam ruang rawat Joohyun.
"Tidak usah seperti itu. Sekarang makan, kau belum makan sejak tadi" ucap Seokjin sembari menyerahkan paper bag berisi beberapa jenis makanan yang ia beli saat dalam perjalanan kemari.
"Kau harus bersabar" ucap salah satu laki-laki berambut silver dengan usapan lembut pada kepala Taehyung.
"Yak Park Jimin!" sungut Taehyung kesal karena Jimin baru saja merusak tatanan rambutnya yang memang sudah berantakan. "Bay the way selamat juga untuk kehamilan Seulgi" lanjut Taehyung lalu memeluk sekilas rekan bisnisnya itu.
"Aku jadi tidak enak" balas Jimin lalu terkekeh, merasa moment kehamilan pertama istrinya tidaklah cocok dengan keadaan keluarga kecil ini.
"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Joohyun saat ini. Ibunya baru saja pergi satu bulan yang lalu, dan sekarang bayinya juga menyusul untuk pergi" ucap Namjoon menatap iba pada ranjang rumah sakit dimana Joohyun sedang beristirahat.
"Maka dari itu hyung, kau mau kan mengambil alih perusahanku untuk sementara, aku harus selalu berada disamping Joohyun untuk saat ini" balas Taehyung dengan helaan napas pendek diakhir. Terdengar sangat putus asa.
"Tentu saja, Tae. Kami disini selalu ada untukmu"
***
Setelah semalam dirawat dirumah sakit, pagi ini Joohyun sudah diperbolehkan untuk pulang. Sejak kemarin Joohyun terus-terusan menangis ketika kesadarannya kembali. Namun berbeda dengan pagi ini, perempuan itu lebih dapat mengontrol dirinya sendiri dan lebih banyak diam.
Taehyung menghela napas panjang ketika melihat tubuh Joohyun yang kini terduduk dikursi roda dengan pandangan kosong. Ia tak tau lagi bagaimana cara untuk menghibur Joohyun, Joohyunnya terlalu larut dalam rasa sakit. Tentu saja, kehilangan bukan sesuatu yang mudah untuk dilalui.
"Ini yuan" suara salah satu pelayan terdengar, tangannya memegang nampan berisi makanan seperti yang Tuanya minta.
"Terimakasih" ucapnya lalu mengambil nampan itu.
Taehyung meletakkan nampan berisi makanan itu dinakas, selanjutnya ia mendekati kursi roda Joohyun dan memindahkan perempuan itu untuk duduk diranjang. Joohyun tidak protes ataupun melakukan pemberontakan seperti sebelumnya. Hal itu membuat Taehyung sangat tertekan, semakin diam Joohyun semakin tertekan dirinya. Pandangan perempuan itu kosong, Joohyunnya kehilangan arah.
"Sayang, kita makan oke" ucap Taehyung sembari mengambil piring diatas nampan, mengaduknya searah sebelum mengambil satu suapan kecil. "Ayo buka mulutnya" lanjutnya, namun yang Taehyung dapat hanya gelengan pelan dari kepala Joohyun. Menandakan perempuan itu menolak sarapan pagi dari Taehyung.
"Joo..." lirih Taehyung dengan suara deepnya.
Lalu yang terdengar adalah suara isak tangis Joohyun yang kembali menyayat hati Taehyung. Laki-laki itu meletakkan piring kenakas kemudian memeluk perempuannya. Memberi usapan dikepala agar istrinya itu kembali tenang.
"Ini berat" ucapnya disela isakan yang terus keluar, Joohyun akui itu. Kehilangan dua orang sekaligus dalam kurun waktu dekat sama sekali tidak ada dalam bayangannya, terlebih jika itu Ibu dan calon bayinya.
"Kita bisa lewati ini, Joo" balas Taehyung dengan jari mengusap air mata Joohyun yang sayangnya semakin membludak keluar.
"Aku tidak bisa..." Joohyun mencengkeram kuat kemeja hitam Taehyung guna melampiaskan betapa sesaknya ia sekarang.
Apakah ini memang jalan takdirnya sebagai seorang Bae Joohyun, selalu menderita dan tak pernah ada cerita bahagia didalamnya. Apa salahnya hingga Tuhan sampai menghukumnya dengan ujian yang begitu berat untuk dijalani. Joohyun sekaan tutup mataㅡtanpa mau melirik banyak orang diluar sana yang memliki kehidupan jauh lebih menyakitkan darinya.
Apa salahnya hanyut dalam kesakitan, merakit dalam rasa sesak yang tak berkesudahan. Apalagi ketika sosok laki-laki yang berperan sebagi suaminya itu selalu mendampinginya ketika dalam masa sulit. Joohyun tak pernah melupakan pertengkaran mereka kemarin, bagaimana Taehyung masih bersikap lembut padanya. Everything gonna kill me.
"Tenang sayang..." ucap Taehyung disertai sebuah kecupan lembut dikepala. Dengan hati-hati, ia mengangkat dagu Joohyun hingga mata berair milik Joohyun dan mata legam miliknya bertemu.
"Bayi kita sudah bahagia disurga, sayang. Kita tidak boleh membuatnya sedih dengan menangisinya seperti ini" lanjut Taehyung hingga mata Joohyun semakin berair.
"Tapi aku menyayanginya" ucap Joohyun dengan suara kecil, merasa tidak sependapat dengan ucapan Taehyung.
"Aku juga menyayanginya, tapi Tuhan lebih menyayangi bayi kita" balas Taehyung. "Dengan kita menagis seperti ini apa bayi kita akan hidup kembali? Tidak, Joo. Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah membuka lembaran baru disini, hanya ada Bae Joohyun dan Kim Taehyung. Tidak ada kesedihan apalagi air mata. Bagaiamana?" lanjut Taehyung dengan senyum tipisnya.
Joohyun diam. Sebagian dirinya menolak, tetapi semua yang diucapkan Taehyung memang benar. Menangisi semuanya tidak akan ada gunanya lagi, tidak akan ada yang berubah. Sehingga yang bisa ia lakukan hanya mengangguk kecil, menyetujui ucapan Taehyung dalam hati.
Taehyung menutup matanya kemudian menarik tengkuk Joohyun hingga kedua belah bibir itu menyatu. Ia menyesap pelan bibir berisi milik istrinya, hingga tak lama lumatan tak berpengalaman milik Joohyun membalas. Taehyung tersenyum disela sesapanya. Begitupun Joohyun yang tak peduli jika ingusnya akan mengalir keluar, ia begitu hanyut dalam ciuman hangat yang mereka lakukan, murni tanpa nafsu.
TBC
Sengaja pendek>_<
Vote? Comment?
Kalian terbaik<3With love,
salla-ly

KAMU SEDANG MEMBACA
Overdose
Fiksi Penggemar#VRene Bae Joohyun. Perempuan 30 tahun yang rela menjual tubuhnya untuk membayar biaya pengobatan sang Ibu. Ayahnya sudah meninggal satu tahun lalu, tepat beberapa jam setelah mendengar kabar bahwa perusahaan besar yang dirintisnya sejak muda dibeku...