CHAPTER 17

7 1 1
                                    

Badai reda seiring bersinarnya mentari,menyisakan timbunan sampah yang terbawa angin di seluruh penjuru kota Seoul.
Patahan ranting sampai pohon di tengah jalan, papan petunjuk jalan yang ambruk,lampu lalu lintas yang patah,meja dan kursi yang entah terbang dari mana. Pecahan kaca jendela toko. Sampai mobil yang terbalik akibat kencangnya tiupan angin semalam.

Beberapa saat yang lalu Niri sudah di pindahkan ke kamar rawat inap,Erick tertidur di kursi,di samping tempat Niri terbaring.

Jaeha,Jungseok dan orang tua mereka datang bersamaan,segera setelah badai reda mereka langsung terbang ke Seoul.

" Hyung,apa ini drama? "

" Jaeha,Jungseok kenapa kalian menutupi pintu?!"

Ibunya mendorong putra dan saudara sepupunya itu masuk ke dalam kamar dengan berisik

Erick terkejut,dia terbangun dari tidurnya merasa bingung.
Lehernya terasa sakit

" Ah, kalian sudah datang? "

" Owh,Erick ssi..! Jaeha kenapa tak bilang kalau ada Erick ssi di dalam?"

" Bagaimana mau bilang? Mama main dorong saja tadi!"

Jaeha berseru jengkel. Mamanya mencubit kesal putranya.

Seakan tak perduli akan keluhan putranya nyonya Midori menghampiri Erick dengan anggun

" Kim Erick ssi,terimakasih sudah menolong putri kami.."

" Aaah kita belum berkenalan kan?
Aku Midori Ayano,ibu Niri,ini Jaeha kakak kembar Niri,lalu ada Jungseok sepupu Niri juga suamiku Shin Jaesik ".

Erick membungkuk hormat memberi salam kepada orang tua Niri

" Aku Kim Erick,senang berkenalan dengan kalian semua ".

" Lho,Jungseok mana ayah dan ibumu? Bukannya tadi ada di belakang kita?"

Jungseok bingung,dia kembali keluar dan menemukan orang tuanya sedang menyapa pasien VVIP dari kamar sebelah.

" Di sebelah imo.. Mereka sedang berbincang dengan seseorang ".

Ibu Niri mengangguk.

" Bagaimana Niri? Apa dokter Park sudah kemari menemuinya?"

Sang Ibu mendekat,mengusap rambut Niri lembut penuh cinta.

" Dokter Park bilang dia akan kembali setelah kalian datang "

" Ah,biar aku panggil dokter Park kemari ma!"

" Tak usah Jaeha ya.. Biar kami saja yang menemuinya,ayo pa!"
Dan kedua orang tua Niri pun berlalu dari sana meninggalkan dua orang berwajah kecut pada Erick.

" Jadi apa kalian sudah resmi berkencan? ". Jaeha memulai pembicaraan canggung itu.

Erick mengangkat bahunya
" Sepertinya begitu "

" Apa kau bisa di percaya?! "
Matanya semakin menyipit

" Jaeha!! Maaf Erick ssi.. Sepertinya dia cuma cemburu,mengingat mereka berdua sudah lengket sejak bayi "

" Hyung!! "

Erick berusaha menahan tawanya,sementara Jaeha berusaha menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah.

" ka-lian beri-sik..."

Seketika mereka bertiga berpaling pada Niri yang terbaring di ranjang pasien,sepertinya mereka lupa kalau Niri dari tadi masih tertidur di sana.
Adegan berikutnya yang terjadi adalah,ketiga pemuda itu berebut kecepatan siapa yang lebih dulu berada di samping Niri.

" Kau tidak apa-apa?"

" Mana yang sakit?"

" Oppa di sini,oppa akan menemanimu "

Niri memutar bola matanya sebal. Sekarang bertambah satu orang lagi yang berlebihan sepertinya.

" Oppa.. Bisa bantu aku melepas selang oksigennya? "

Jungseok yang memang berada tepat di samping Niri mendadak bingung

" Boleh di lepas? Tapi.."

" Aku sudah baikan... Sudah bisa bernafas lagi.."

Jungseok dengan berat hati menuruti Niri

" Benarkah?" Jaeha pun khawatir.

Tiba-tiba,Erick menjauh. Ponselnya bergetar dan menerima telpon entah dari siapa.

" Ne hyung,masih di rumah sakit, oh sudah sampai? Baiklah.. Aku akan turun".

Erick tersenyum menghampiri Niri..

" Kau mau pergi? Apa manager Choi menelponmu?"

Erick mengangguk,

" Pergilah kalau begitu,terimakasih sudah menolongku Erick ssi.. "

Erick mendekat pada Niri setelah Jungseok memberinya ruang untuk dirinya.

" Aku akan menemuimu lagi,cepat sehat hm.. "

Erick mengecup puncak rambut Niri lembut

" Eh.. Emm..emm.." muka Niri bersemu merah,sementara Jaeha menggerutu sebal

" Apa alat nya rusak? Kenapa jantungmu jadi tak beraturan begitu grafiknya?"

Jungseok dan Erick tertawa,sementara Niri berusaha menenggelamkan dirinya ke dalam selimut

Ooh ini memalukan,kenapa di depan mereka juga siih..

*
*
*

Suara ribut dari kamar rawat Niri terus terdengar dari luar lorong rumah sakit
Pasangan Shin langsung mempercepat langkahnya menuju kamar inap putrinya dan ternyata di dalam mereka malah menemukan ketiga sepupu itu sedang saling berteriak.

" Ada apa ini? "

" Mama!! ". Niri memekik senang melihat sang ibu masuk ke dalam kamarnya.

" Oh Imo,putrimu ini lucu sekali,baru di kecup rambutnya saja,jantungnya sudah tak karuan begitu,bagaimana kalau dia di cium tepat di bibir? "

" Mungkin dia akan langsung pingsan Hyung " tambah Jaeha.

" Polos sekali.."

" Yaaa!!! Pergi kaliaaan...!!"

" Waah melihat kalau nona Shin sudah bisa berteriak sepertinya dia baik-baik saja sekarang! "
Dokter Park tersenyum pada Niri

" Ah.. Dokter anda kan tahu kalau mereka berdua memang menyebalkan kan? ".

" Tapi mereka menyayangimu ".

Pembelaan sang dokter membuat Niri mengerucutkan bibirnya sementara kedua saudaranya tersenyum lebar.

Sepertinya kali ini Niri merasa bersyukur walau tubuhnya drop tapi karenanya,dia jadi bisa bertemu sang mama yang super sibuk,juga sang papa yang jarang dia temui.

********************

Maaf chapter ini agak gaje 😣

Finding YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang