CHAPTER 19

18 1 0
                                    

Shin Jaeha (lagi)

Jaeha cuma terdiam beberapa detik,tapi ternyata Jungseok lebih cepat dari pikirannya.

Saat sadar Jaeha sudah melihat Jungseok menyerang Yoojin dengan brutal. Keduanya jatuh di lantai dengan Yoojin berada di bawah.

" Kau...!!! Untuk apa kau kemari hah?!! ".

" Astaga hyung,hentikan!!. Ini di kantor !"

Jaeha berusaha keras memisahkan Jungseok dari Yoojin.

" Jaeha,lepaskan aku!  Aku harus menghajarnya!! " Jaeha menahan kedua tangan Jungseok dengan sekuat tenaga.

" Hyung.. Tahan dirimu,apa kata orang nanti kalau tahu kau menyerang utusan dari cabang utama? ".

" Cih... "
Dirasa Jungseok mulai melunak,Jaeha melepaskan kunciannya. Jungseok merapihkan jasnya kembali seolah dia tidak pernah menyerang Yoojin

" Tak seru juga kalau lawannya hanya diam tak membalas ".
Gumamnya sebal.

Jungseok kembali duduk di balik mejanya. Yoojin tersenyum menahan perih di bibirnya yang terluka akibat hantaman Jungseok. Dan bangkit berdiri membersihkan pakaiannya yang kusut akibat serangan Jungseok.

" Kalian masih dendam rupanya? Yaah mau bagaimana lagi,aku memang salah ".

Jungseok menggebrak mejanya kesal. Jaeha masih bisa menahan emosinya tapi dia tahu Jungseok pasti sangat kesulitan untuk mengontrol emosinya saat ini.

Jaeha menyebrangi ruangan mengambil beberapa kaleng soda dan melemparkan satu ke arah Yoojin,dan yoojin menangkapnya dengan baik.

" Kompres memarmu hyung! "

" Yokshi, Shin Jaeha tetap yang paling perhatian pada ku "

" Cih.. Jangan salah sangka hyung,aku cuma tidak ingin keributan ini di ketahui orang kantor ".

Yoojin tampak terkejut,dia tak menyangka Jaeha bisa berkata sinis juga padanya,tapi tetap dia maklum dan tersenyum.

" Ya! Shin Yoojin! Cepat katakan apa tujuanmu datang kemari?! ".

" Jungseok aah... Kau tetap tak sabaran ya ? ". Yoojin berkata sambil menempelkan kaleng soda di pipinya.

Yoojin mendesah pelan,ditaruhnya kaleng soda itu di tas meja dan memandang kedua sepupunya dengan serius.
Kedua tangannya kini menyelip di dalam saku celananya.

" Aku datang kemari untuk menebus kesalahanku dengan kalian,terutama Niri ".

Mata Jungseok kembali berkilat marah.

" YAAAA!!!! Ku peringatkan kau! Jangan pernah muncul di hadapan Niri! Dia sudah baik-baik saja sekarang! Jangan membuatnya kembali ke masa lalu ".

" Benar hyung, tidak bisakah kau menghilang saja,aku tak mau melihat Niri kembali terpuruk gara-gara kau datang ".

Yoojin tampak sedih dan menyesal,dia ingin membela dirinya tapi urung dia lakukan. Yang keluar dari mulutnya hanyalah desahan panjang penuh penyesalan.

" Separah itu ya kesalahanku? "

Jungseok membuang muka, Jungseok ingat saat Niri mendengar bahwa Yoojin akan menikah tapi bukan dengan dirinya,gadis itu menjerit histeris seakan ada orang yang mati meninggalkannya. Itu sangat menyakitkan bagi Jungseok.

Jaeha menyipit,menatap hyung tertuanya penuh amarah. Ingatan Jaeha kembali kemasa lalu dimana Niri berkali-kali mencoba melukai dirinya sendiri demi mengurangi rasa sakit di hatinya akibat kehilangan Yoojin. Dan tak jarang Jaeha sendiri ikut terluka karena berusaha menghalangi niat Niri itu.

" Pergilah hyung.. Sungguh aku tak ingin kau terluka,entah sampai kapan aku bisa menahan tanganku ini untuk tidak menghajarmu ".

Yoojin kembali mendesah,
" Baiklah,aku pergi. Tapi Jaeha maaf aku tak bisa menghilang,kita punya proyek bersama. Jadi kita akan lebih sering bertemu kedepannya. Maaf ".
Dan yoojin pun berlalu dari ruangan Jungseok.

" Kau punya proyek dengannya?"

Jaeha mengangguk

" Sial benar kau?!".
Jungseok tertawa mengejek

" Memang hyung tak menangani proyek itu ya?"

" Proyek mu? Sepertinya tidak! Proyek di insha-dong kan? Sepertinya itu proyek pengacara Kang ".

Jaeha mengacak rambutnya kesal

" Aku akan kembali ke kantorku. Hyung,kau jangan lupa obati tanganmu itu ". Jaeha menunjuk ke arah tangan Jungseok yang memar sehabis menghajar Yoojin tadi.

*
*
*

Melihat gadisnya hanya diam tak bergerak seolah sedang resah, Erick menghampirinya duduk di sisi sofa. Dia meletakan kepala Niri ke dadanya.

" Kenapa melamun?"

" Entahlah.. Jaeha dan Jungseok oppa jarang menghubungiku,rasanya ada yang aneh ".

" Benarkah? Apa yang mereka berkata sesuatu ?"

" Mereka bilang,ada kau sekarang,jadi mereka tak khawatir lagi,tapi..tetap saja itu aneh.. Aku merasa mereka menyembunyikan sesuatu.."

Erick tersenyum,
" Mereka benar,ada aku di sini,aku akan menggantikan mereka menjagamu,tidurlah sudah malam,aku akan pulang setelah kau tidur ".

Niri mengubah posisinya,kini dia berbaring di pangkuan Erick dengan manja.

" Aku mau begini.."

" Tidurlah.. Sudah jangan berpikiran macam-macam ".

" Erick.. Apa stasiun tv mengundangmu ke acara malam amal tahunan nanti? "

Erick mengangkat alisnya

" Apa kau juga di undang? "

" Aku? Tidak,tapi master Yoon memintaku untuk menemaninya ".

" Kau menyanggupinya? ".

" Terpaksa.. " Jawabnya malas.

" Datang saja,perluas pergaulanmu di kalangan eksekutif dan artis itu perlu, kau pernah bilang mau buat label sendiri kan ? ".

Niri membenarkan,dia memang ingin sekali membuka butiknya sendiri,suatu saat nanti.

Pembicaraan berlanjut secara monolog oleh Niri yang dengan antusias menceritakan rencana butik masa depannya.

" Erick kau dengar...? "

" Aku dengar.."

" Hmm... "

Yang sejak tadi cerewet mengoceh akhirnya tertidur.

Di pandangnya sosok manis di pangkuannya, dia teringat Jaeha berkata padanya.
" Niri mudah sekali jatuh cinta, sejak kecil kami selalu di dekatnya,jadi kami selalu mejaganya dengan ketat. Sepertinya dia sudah memilihmu,semoga kejadian yang lalu tak terulang lagi. Tolong jaga dia dengan baik ".

Erick tersenyum " Jadi dulu kau pernah jatuh cinta? Dan patah hati? ".
" Aku penasaran,siapa yang sudah begitu bodoh meninggalkan dirimu yang seperti ini? ".

*****    *****     *******    *****




Finding YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang