Soobin melangkah cepat menyusuri lorong lorong gedung, ia yakin adiknya pasti berada tak jauh dari sini. Keringat dingin mengalir didahi, kepalanya dipenuhi bayangan Beomgyu dalam kondisi yang paling tidak di inginkannya. Seperti.. Berlumuran darah?
Dalam hati ia terus memanggil adiknya. Bertelepati apakah Beomgyu baik-baik saja.
Beomgyu
Beomgyu
"BEOMGYU!!" Panggilnya keras saat tak tahan dengan perasaan gelisahnya.
Sementara diruangan tempat Beomgyu berada, ia sudah mendengar namanya terpanggil.
"Kenapa Soobin-hyung kembali lagi?" Tanya Beomgyu pada diri sendiri, sedang dahinya lagi lagi mengkerut saat melihat Taehyun temannya mengeluarkan tangan kosong dari tas dan menjatuhkan tas itu ke lantai.
"Taehyun, kau baik-baik saja?" Tanyanya saat dilihatnya Taehyun berjalan mendekat dengan mata yang memerah.
"Maafkan aku," lirih Taehyun lagi dan mulai memeluk Beomgyu.
Kepala Beomgyu di taruhnya di bahunya begitu juga sebaliknya.
"Tapi, maaf tentang apa?" Tanya Beomgyu semakin heran dengan tingkah Taehyun.
Taehyun belum sempat menjawab apapun saat pintu digebrak dengan penuh emosi oleh seseorang.
"Jangan sentuh adikku, Taehyun!" Marah Soobin saat melihat adegan berpelukan itu disana.
"Hyung, ada apa?" Tanya Beomgyu sesaat sesudah melepas pelukannya.
Soobin menghampiri Beomgyu, "Kau baik-baik saja? Tak ada yang luka?"
"Bagaimana aku bisa terluka? Kami bahkan belum melakukan apapun." Beomgyu menoleh ke Taehyun yang sedang menunduk dalam-dalam.
Soobin menghembus napas lega. "Kita harus pulang sekarang."
"Tapi, kami belum.."
"Taehyun, kau juga. Hari sudah mulai gelap." Ucap Soobin tanpa melihat ke lawan bicaranya.
Taehyun menelan ludahnya sebentar sebelum berkata, "Beomgyu, aku pulang dulu ya."
"Tapi, Tae.."
Beomgyu terdiam saat melihat senyum miris Taehyun dan gelengan kepala lemahnya.
"Aku pulang, hyung." Ucapnya. Soobin tidak menjawab.
"Berhati-hati lah, Tae." Beomgyu tampak ingin menyusul temannya itu, namun langsung ditahan Soobin.
+×+
Taehyun menggunakan segala keberaniannya untuk membuka pintu rumah besar itu.
Hal yang paling ditakutinya adalah hal yang pertama yang dilihatnya saat membuka pintu. Orang itu sedang duduk di sofa, seperti biasa berkutat dengan laptopnya. Itu kakak laki-lakinya, Kang Daniel.
Daniel menyerigai saat mengetahui seseorang telah pulang.
"Jadi, tidak ada hambatan? Dimana kau membuang jasadnya?" Tanya sang kakak dengan pelan namun dingin membuat bulu kuduk Taehyun berdiri saat mendengarnya.
"Maaf, hyung. Aku.. Aku tidak bisa." Jawab Taehyun ragu dengan seluruh keberanian yang ia punya.
Senyum Daniel langsung hilang. Ia berdiri dari sofa dan mendekat ke Taehyun. "Apa kau bilang? Aku tidak bisa dengar." Tanya nya lagi saat sudah di depan adiknya.
"Aku tidak bisa,"
Plak!
Ia menampar adiknya.
Taehyun meringis. Menahan tangis. Ia tahu ia seharusnya bukan anak yang cengeng.
Namun, Daniel langsung memeluk Taehyun. "Tidak apa-apa. Aku sudah mengira hal ini mungkin terjadi. Jadi, aku sudah menyiapkan rencana B." Dielusnya surai Taehyun dengan lembut.
Ia tahu kakaknya menyayanginya. Tapi disaat seperti ini, cuma rasa takut lah yang dirasanya saat berhadapan dengan sang kakak.
Taehyun berusaha mencoba mengeluarkan suaranya, "Hyung, kau masih ingin tetap melakukannya? Beomgyu itu teman baikku." Suaranya bergetar.
"Teman baik apanya? Orang yang berasal dari keluarga yang membunuh ayah dan membuat kita menderita. Itu yang kau sebut teman baik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] BE THE STAR | TXT
Fanfiction[𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓] "Kematian seseorang tidak akan menyelesaikan masalah apapun. Kau yakin masih ingin melakukan ini?" "Tidak ada alasan untukku berkata tidak." This is a TOMORROW X TOGETHER Fanfiction. Dedicated to The Dream Chapter : STAR. S...