Mata Beomgyu masih menatap lurus ke depan. Pandangan nya benar-benar kosong.
Soobin sudah gelisah sejak diam nya anak itu tadi. Ia menoleh ke samping, tempat Beomgyu duduk saat ini. Mobil ini sudah cukup untuk berkeliling-keliling tadi. Sekarang sedang berhenti, karena barusan Soobin membeli beberapa pack puding. Berharap bisa memperbaiki suasana hati adiknya.
"Sudah, tidak apa-apa. Ini kubelikan yang baru, bahkan ini lebih banyak." ucapnya, mencoba menghibur. Tapi, Beomgyu sama sekali tidak menoleh. Noda darah masih ada di tangan dan baju nya.
Dengan itu. Soobin menghela napas menyerah. Jelas, dia tau bukan puding yang menjadi masalahnya. Tapi kecelakaan barusan, yang membuat adiknya shock seperti ini.
Ternyata saat Beomgyu ingin menghampiri kucing yang kemarin di tolongnya, sudah ada anak laki-laki itu—sang pemilik kucing, berlari mengejar kucingnya. Yang tidak disangka ada mobil besar yang ingin menyambar. Namun ibu anak itu ada disana, tepat di belakang Beomgyu sebelum Beomgyu benar-benar menyebrang. Sang ibu berlari dengan sekuat tenaga, tidak peduli ia sudah menabrak Beomgyu sampai terjatuh. Ia berlari dan mendorong anaknya ke tepi jalan. Mengorbankan dirinya ditabrak mobil besar itu.
Kepala sang ibu pecah. Dan sebagai orang yang ada di dekat sana, Beomgyu dan Yeonjun bergerak untuk ikut membantu mengangkat ibu tersebut saat ambulance telah tiba. Membuat darah sang ibu menodai pakaian mereka.
"Kim Taesung. Setidaknya sekarang aku sudah tau nama anak itu." Beomgyu akhirnya berucap. Walaupun dengan suara serak dan berat nya.
"Hei, dia akan baik-baik saja, aku yakin." tangan Soobin mulai terulur untuk merangkul Beomgyu.
"Dia sekarang pasti sangat ketakutan, menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri." lanjut Beomgyu lagi, kepala nya tiba-tiba terbayang bagaimana si bocah menangis meraung-raungi ibunya.
"Ternyata aku lebih beruntung. Ibu pergi saat aku masih terlalu kecil untuk memahami apapun. Jadi aku tidak terlalu tau bagaimana rasanya." ucapan Beomgyu itu membuat air muka Soobin berubah. Ternyata ini. Pembicaraan tentang sosok ibu memang sangat sensitif di antara mereka berdua.
"Beomgyu, tidak penting membahas itu. Ibu sudah pergi dan kita sudah ikhlas untuk itu." Soobin mulai memperbaiki posisi duduknya. "Pakai sabuk pengamanmu, kita harus sampai di rumah lebih dulu sebelum ayah."
Beomgyu yang mendengar langsung menurut, melakukan perintah hyung nya, tanpa bersuara.
"Beomgyu," panggil nya lagi sebelum mesin mobil benar-benar dinyalakan. Beomgyu tidak menyahut apapun namun ia sudah siap mendengar.
"Mulai sekarang, jangan jauh-jauh dariku, ya."
+x+
Wanita itu sedang asik sendiri di sofa ruang tengah itu, sambil memandangi foto-foto polaroid yang semuanya bertuliskan, Target 169 : Kang Tae Hyun.
Hueningkai hanya masuk dan menutup kembali pintu nya seperti biasa. "Nuna?" panggilnya.
"Wah adikku tersayang sudah pulang." ucapnya dengan nada mengayun-ayun manja seperti biasa. Tangannya mulai menyentuh satu persatu pisau dengan berbagai bentuk di atas meja di depan nya. Bersih dan mengkilap.
"Nuna melihat-lihat foto target kita?" tanya Kai saat melihat foto yang berserakan di atas meja itu, tubuh nya mulai ia dudukkan di sofa tepat di sebelah kakaknya.
"Hmm, ya, kau benar. Ternyata target kita sangat tampan, ya." ucapnya, terkekeh pelan.
Hueningkai mendecakkan lidah, "Kau hanya baru menyadarinya."
"Oh, oh. Apa ini? Kau cemburu? Tenanglah sayang, di mataku kau pemuda tertampan nomor satuku." ujar Camila mengelus-elus pelan pipi Hueningkai.
"Memangnya kenapa kalau dia tampan? Kau jadi tidak tega membunuhnya?" tanya Kai, matanya masih menatap milik Camila.
"Sayangnya, misi tetaplah misi. Anak tampan itu tetap harus mati di tangan kita. Tahap selanjutnya, kita akan mendapatkan banyak uang dan menikmati kekayaan yang lebih." Camila menyeringai puas saat terbayang uang-uang itu di kepalanya.
Diam-diam Hueningkai mendesis kecewa. Padahal sebenarnya dia sudah tau jawaban itu.
"Lihat, semua alat ku bermain-main sudah terlihat seperti baru kan?" ucapnya lagi, memamerkan sederet benda tajam di yang mengkilap disana.
Hueningkai hanya merespon dengan tersenyum tipis, lalu bangkit, hendak melangkah menuju kamarnya.
"Kai," kakaknya menjeda sebentar. Menunggu Hueningkai benar-benar berhenti melangkah dan menoleh ke arahnya. "Kau tidak benar-benar sudah menjadi temannya, kan? Ingat, bahwa dia itu target kita yang harus kita bunuh."
Hueningkai terdiam, beberapa detik sampai ia menjawab, "Ya, aku tau."—walaupun sebenarnya aku tidak yakin bisa melakukannya atau tidak.
Kemudian ia berbalik dan meneruskan langkahnya.
+x+
Semua sudah beres. Ayah belum pulang, Beomgyu sudah mandi dan bersih, dan untungnya masih mau dibujuk untuk makan malam. Meskipun membutuhkan kesabaran ekstra bagi Soobin. Karena rasanya persis merayu bocah berumur enam tahunan.
Sekarang ia sedang berada dalam kamarnya. Jam sudah menunjukkan tengah malam, tapi ayahnya belum juga menunjukkan tanda-tanda. Kalau sudah begini ia bisa menebak ayahnya akan sampai nanti subuh.
Ia tidak mau ambil pusing lagi. Ia hempaskan tubuhnya ke atas kasur empuknya sesaat setelah ia menutup laptop nya, mengakhiri pengerjaan tugas kuliahnya.
Sekitar lima menit ia memejam dan siap terbang menuju alam mimpi, pintu kamar nya di gedor oleh seseorang. Dan ia bisa merasakan bagaimana pintu mulai dibuka dengan tidak santainya, karena ia tidak pernah menguncinya.
"Hyung?"
Panggilan itu sontak membuat mata Soobin terbuka. Dan menegakkan tubuhnya gontai. "Beomgyu, ada apa? Ini sudah mal—"
"Hyung, aku sangat takut!" ujar Beomgyu dengan napas memburu. Matanya memerah, siap meloloskan air mata dari sana. Tangan-tangan di kedua sisi tubuhnya tampak gemetar.
"Hei, ada apa? Mimpi buruk?" tanyanya pelan, sambil mulai memegang kedua bahu yang lebih kecil itu.
Beomgyu menggeleng kecil, "Ijinkan aku tidur disini malam ini ... bersamamu."
![](https://img.wattpad.com/cover/190018270-288-k975466.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] BE THE STAR | TXT
Fanfic[𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓] "Kematian seseorang tidak akan menyelesaikan masalah apapun. Kau yakin masih ingin melakukan ini?" "Tidak ada alasan untukku berkata tidak." This is a TOMORROW X TOGETHER Fanfiction. Dedicated to The Dream Chapter : STAR. S...