Yeonji sedang menyuapi bubur pada Beomgyu di ruang tengah rumah itu, saat Soobin membuka pintu.
"Oh, kau sudah pulang?" tanya Yeonji. Soobin membalas dengan anggukan kecil tak lupa dengan senyum simpul nya.
Kakinya melangkah cepat ke anak yang sedang bersender di sofa itu dengan kain kompres yang masih menempel di kepala. "Bagaimana? Apa sudah lebih baik?" tanya Soobin saat tangan nya dengan ligat bergerak-gerak menyentuh dahi dan tangan-tangan adiknya.
Di ambilnya termometer di atas meja sana. "Buka mulut." perintahnya.
Langsung saja Beomgyu sedikit menganga dan membiarkan alat itu masuk sebentar untuk mengukur suhu tubuhnya.
Tiga puluh delapan.
"Setidaknya ini sudah lebih rendah." gumam Soobin.
"Dia baik-baik saja." ujar Yeonji di sebelahnya. Soobin menoleh, "Terimakasih, ya."
"Sudah tugasku."
Beomgyu yang melihat langsung merotasikan matanya, "Kau berlebihan, hyung. Harusnya kau tinggalkan saja aku tanpa harus merepotkan Nuna ku.
"Dasar tidak tahu berterimakasih." jawab Soobin datar.
Yeonji mengulum senyum kecil, "Tadi dia sudah ingin memainkan ponsel, tapi panasnya tadi masih terlalu tinggi, makanya aku larang. Ini aku kembalikan," ucapnya, tangannya menyodorkan benda persegi panjang yang di maksud pada pemiliknya.
"Tuh kan, kalau kau di biarkan bisa-bisa keadaanmu menjadi lebih parah." Soobin menyambung.
Beomgyu mengambil ponselnya dengan dengusan sebal. "Berlebihan. Aku kan cuma mau memeriksa apa ada orang yang menghubungiku atau mencariku."
"Tidak usah terlalu percaya diri. Tak ada yang mencarimu. Bahkan mengingat dirimu saja tidak ada sama sekali."
"Kau serius, hyung?"
Soobin mengangguk mantap.
"Apa aku memang setidak penting itu, ya?" desisnya sambil mulai mengoperasikan ponselnya.
Soobin menahan senyumnya mengembang saat melihat anak itu sangat mudah di bodohi. Lalu ia menatap lembut pada Yeonji, "Aku akan mengantarmu, sepertinya anak itu sudah bisa di tinggal sekarang," ucapnya, melirik Beomgyu.
"Berlebihan.." bibir Beomgyu mengerucut. Padahal kondisi anak itu bisa di bilang belum terlalu pulih, tapi gelagat dan sikap nya sama sekali tidak menunjukkan suhu tubuhnya yang masih tinggi itu.
"Kau diam saja di rumah, tidak usah kemana-mana."
"Cerewet."
Mereka pun sampai di kediaman Yeonji tidak sampai lima belas menit. Langsung saja keduanya turun dari mobil, dan berjalan menuju pintu rumah itu.
Ternyata Yeonjun sudah langsung membuka pintu saat Yeonji hampir mengetuknya. "Astaga, kau mengagetkanku, Oppa." ucap Yeonji kesal.
Soobin langsung membungkukkan badannya, "Halo, kakak ipar." cengirnya.
"Diam kau, pergi sana." Yeonjun menatap Soobin datar.
"Eishh, kenapa kakak ipar ini galak sekali. Aku kan hanya menyapa," ucap Soobin lagi, berusaha menjaga nada suara agar tetap terdengar manis.
"Menjijikkan, aku serius mengusirmu, Soobin. Hari hampir gelap, pulanglah dan urus adikmu yang sedang sakit." ucap Yeonjun lagi. Dan langsung di angguki Soobin. Setiap orang memang cara menunjukkan sikap perhatiannya itu berbeda-beda, dan Soobin sudah terbiasa dengan cara Yeonjun. Walaupun bisa di bilang cara nya itu persis seperti cara orang tua berusia enam puluh tahunan. Oh, Soobin lupa Yeonjun itu si fosil tertua agensi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] BE THE STAR | TXT
Fiksi Penggemar[𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓] "Kematian seseorang tidak akan menyelesaikan masalah apapun. Kau yakin masih ingin melakukan ini?" "Tidak ada alasan untukku berkata tidak." This is a TOMORROW X TOGETHER Fanfiction. Dedicated to The Dream Chapter : STAR. S...