Daniel menghempaskan tubuhnya kasar ke atas sofa. Kepala nya menghadap langit langit rumah, matanya memejam. Sungguh, membentak dan menyakiti Taehyun sama sekali bukan keinginan nya. Kembali ia renungi perdebatan mereka sekitar lima belas menit yang lalu.
"Kalau begitu hentikan ini. Berhenti berniat untuk membunuh anak mereka yang tidak berdosa itu. Maka mereka juga tidak akan melakukan apapun untuk membunuhku."
"Apa? Kau sudah gila? Aku sudah merencanakan semuanya dengan matang."
"Membunuh Beomgyu tidak akan membuat ayah bangkit dari kuburnya, hyung. Percayalah, itu sama sekali tidak berguna."
"Tapi, setidaknya mereka bisa merasakan apa itu sakit karena kehilangan."
"Tetap saja, ini hanya pikiran konyol yang malah menambah lebih banyak masalah." ucap Taehyun tak mau kalah.
Daniel menoleh, emosi nya meningkat. "Apa katamu?"
"Darimana kau tau mereka tidak menyadari rencanamu? Bagaimana jika ternyata mereka juga menyiapkan rencana untuk membalasmu?" Taehyun sebenarnya takut. Tapi, kali ini ia mencoba dengan keras untuk membuang jauh-jauh ketakutan nya untuk menyadarkan hyung nya.
"Taehyun, diam."
"Apa kau yakin, kau tak akan menyesal?"
"Tentu saja, tidak! Tutup mulutmu dan pergi ke kamarmu sekarang." Daniel mulai memegangi pelipisnya yang mulai nyeri.
Tapi Taehyun masih berdiri di sana, napas nya tercekat. Tidak semudah itu mengubah alur pikir seseorang. Terlebih orang seperti Daniel.
"Aku bilang, sekarang, Taehyun!" Daniel menjeda, ia berbalik dan membelakangi Taehyun. "Cepat, sebelum aku melakukan yang tidak-tidak padamu." lanjutnya. Dan langsung saja, Taehyun melangkah cepat menuju kamar setelah menghembus napas nya kasar.
Seseorang pasti sudah mencuci otak anak itu. Batin Daniel, mulai larut dengan pikiran kalutnya.
+x+
Hueningkai tiba di kelas lebih dulu, bahkan saat kelas masih kosong. Tujuan nya adalah untuk memastikan kelas bersih, dan tidak menimbulkan bekas apapun akibat kejadian semalam.
Aku sudah melihatnya sendiri. Ini bersih. Kerjamu bagus.
Ketiknya, lalu ia menekan tombol send untuk mengirimkan pesan itu pada orang suruhan nya kemarin. Ternyata orang itu cukup ligat untuk membereskan masalah yang terjadi, seperti balok kayu yang bergelantungan di pintu dan darah Taehyun yang berceceran sampai ke mejanya. Semua sudah bersih. Aman.
Lalu ia menyimpan ponselnya, menatap ke pintu kelas, menanti seseorang dengan was-was. Siapa lagi kalau bukan Taehyun? Ada sebesit rasa menyesal sebetulnya. Ia sangat tak tega melakukan nya sendiri. Ia tak bisa bayangkan saat ia memasang jebakan itu lalu memikirkan bagaimana saat benda itu melukai teman nya.
Maka nya ia melimpahkan tugas ini pada orang lain.
Dua murid, lima murid, kelas pun akhirnya mulai penuh. Tapi, bangku di depan nya masih kosong.
Apa dia tidak masuk, ya?
Jujur saja, Hueningkai sudah menghabiskan malamnya dengan tidur tak tenang karena memikirkan kondisi teman nya itu. Apakah separah itu?
Lama Kai bergelut dengan pikiran kacau nya. Akhirnya pemuda yang dinanti memunculkan batang hidung nya di pintu kelas. Kepala nya menimbul, sedikit memasang ekspresi bersalah pada guru karena datang terlambat, lalu melangkah cepat menuju bangku nya sendiri.
"Apa yang terjadi?" tanya Kai berbisik saat Taehyun sudah mendaratkan bokongnya ke kursi.
"Hanya kesiangan." jawab Taehyun asal.
"Kenapa kepalamu?" Tanya Kai pura-pura bodoh. Tentu saja fokus semua orang langsung tertuju pada perban di kepala yang sangat menarik perhatian itu.
"Tidak apa-apa. Cuma luka sedikit."
Lalu keduanya langsung pada posisi rapi, dan melewati jam pelajaran sebagaimestinya.
Jam istirahat tiba.
Reaksi manusia di hadapan Kai dan Taehyun ini sangat pas dengan ekspektasi mereka.
"Apa? Kenapa bisa seperti ini, hah? Siapa yang melakukan nya? Katakan padaku, Taehyun! Siapa!" Beomgyu sepertinya benar-benar marah. Ia sampai membusungkan dada dan berlagak seakan memang mau menghadapi orang yang berani menyakiti teman nya.
"Sudahlah, tidak usah berlebihan, ini cuma lecet sedikit. Tidak serius." Taehyun berusaha menenangkan.
"Tetap saja! Kau terluka!" sergah Beomgyu.
Hueningkai yang berdiri disana, hanya diam menyaksikan.
"Terserah, aku lapar, ingin makan." kata Taehyun datar, kemudian berjalan mendahului mereka berdua.
Beomgyu yang melihat langsung melotot tak terima. "Hei! Aku ini khawatir padamu, seharusnya kau senang ternyata aku benar-benar menyayangimu!"
"Hentikan, Beomgyu. Menjijikan."
"Aku serius, Kang Taehyun!"
Kedua pemuda itu terus beradu argumen sembari melangkah menuju kantin. Sedang Hueningkai masih berdiri di tempatnya. Mengeluarkan ponsel dari saku yang ternyata sudah bergetar dari tadi.
Ia tempelkan ponsel itu ke telinga. "Ya! Ini masih di sekolah! Kenapa kau sangat tidak sabar."
"Sesuai dengan yang kau mau kan? Jadi bagaimana bayaranku?"
"Iya, iya. Aku tau. Tapi, tidak bisakah kau menunggu sampai aku pulang dan tenang? Aku akan mengirim sesuai dengan yang kita bicarakan kemarin." Kai tidak habis pikir.
"Hei, aku membutuhkan sekarang. Aku tidak punya uang untuk makan di kantin siang ini." pemuda di sana, menghembus napas frustasi.
"Aku melihatmu, tau." lanjut yang dari dalam ponsel, membuat Hueningkai mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dan benar saja ia mendapat sosok itu jauh di sana, di balik pohon dekat areal taman sekolah.
Hueningkai memutar bola mata, "Ya, tunggulah, aku akan mentransfernya sekarang juga. Urusan kita selesai!"
Lalu pemuda di sana baru bisa tersenyum sangat lebar.
+x+
Siang ini Soobin benar-benar menjemput adiknya. Mobil putihnya sudah terpampang nyata di depan gerbang sekolah bahkan sebelum bel pulang berbunyi.
Langsung saja tiga orang pemuda datang dan masuk ke dalam mobilnya.
"Nah, mulai sekarang tidak ada pergi ke perusahaan sendiri. Aku akan terus menjemput kalian sebisaku." ketus Soobin tangan nya bergerak untuk memakaikan Beomgyu seatbelt di sampingnya, karena kedua tangan anak itu sudah digunakan untuk memegang cup dan sendok puding.
"Baik, hyung." sahut ketiga pemuda itu.
Lalu, Soobin langsung menancap gas untuk meninggalkan bangunan itu, menuju perusahaan.
Di perjalanan, ia melirik ke kaca spion yang berada di tengah dalam mobil, mendapat Taehyun dan luka di kepala itu.
Tersenyum tipis, "Taehyun, apa yang terjadi dengan kepalamu?"
"Dia bilang dia terpeleset di toilet di rumahnya. Sangat ceroboh, kan?" itu Beomgyu dengan kondisi mulut yang masih dipenuhi kelembutan puding nya.
"Hei, bocah! Aku bertanya pada Taehyun, bukan dirimu." ujar Soobin, Beomgyu langsung mempoutkan bibirnya.
"Bo-beomgyu benar, aku hanya terpeleset dan kepalaku membentur dinding." jawab Taehyun, mencoba berbicara senatural mungkin.
Tapi kemudian, Soobin hanya terdiam, untuk beberapa saat.
Sampai ia mengucapkan kalimat yang membuat seisi mobil bungkam. Matanya menatap milik Taehyun sekejap, tersenyum smirk, "Kau ini, pintar sekali berbohong, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] BE THE STAR | TXT
Fanfic[𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓] "Kematian seseorang tidak akan menyelesaikan masalah apapun. Kau yakin masih ingin melakukan ini?" "Tidak ada alasan untukku berkata tidak." This is a TOMORROW X TOGETHER Fanfiction. Dedicated to The Dream Chapter : STAR. S...