Dugaan

34 13 2
                                    


Pagi hari ini matahari bersinar cerah dengan hembusan angin yang mengiringi langkah kaki Rin ke sekolah.
Hari yang begitu berat telah ia lalui sekarang entah apa lagi yang harus dia hadapi.

"Rin,lo tau ngak Adit kenapa?"tanya Rayya langsung sesampainya di depan gerbang masuk sekolah.

"Adit?".

"Iya,wajah nya kayak zombie gitu".

"Uss,kamu apaan sih".

"Maaf,abisnya wajahnya memar memar gitu,lo tau ngak kenapa?".

"Kayaknya dia abis dipukuli".

"Lo tau siapa?".

"Kemarin sih aku nanya tapi dia bilang orang itu pake penutup wajah gitu jadi ngak kelihatan siapa orangnya".

"Owh,gitu yah".

"Emangnya kenapa kok tumben kepoin Adit?"

"Yah Rin gak usah cemburu lah,lo tau kan gua itu orang nya gak mau ketinggalan informasi".

"Ya udah deh aku ke kelas dulu".

Didalam kelas terlihat Adit yang duduk dengan tatapan keluar jendela.

"Dit,gimana masih sakit?".

" Ngak".

"Btw,Aku boleh nanya gak?".

"Ngak".

"Ya udah ngak jadi".

Rin berjalan munuju mejanya dengan cepat Adit memegang tangan Rin dan menghentikannya.

"Apa?".

"marah ya?".

"Ngak".

"Beneran?".

"Iya"Ujar Rin singkat membalas sikap cuek Adit tadi.

"Ya udah kamu mau nanya apa tadi?".

"Ngak jadi".

"Nanya apa?".

"Kepo ya"Rin tersenyum licik.

Adit menghembuskan nafas cukup kuat.
"yes,usaha aku berhasil balas dendam"Rin tertawa di dalam hati.
"Ok,aku kasih tau,tapi kamu janji dulu bakalan jawab pertanyaan ku dengan jujur."

"Iya".

"Janji dulu dong"Rin menjulurkan kelingkingnya begitu juga kelingking Adit.

"Tapi Rin sebelum kamu bertanya,aku mau nanya sesuatu"ucap Adit cepat.

"Yah Adit,ya udah apa?"

"Kamu semalam di kafe Liona itu lihat aku?"ujar Adit gugup.

"Ouh,kamu disitu juga,aku gak tau beneran".

"Syukurlah".

"Kok syukur,kenapa?".

"Gak papa".

"Emangnya kamu ngapain ke kafe itu?truss sama siapa?kok gak ngajak ngajak?"tanya Rin terus menerus.

"Maaf ya mba,kalo mau wawancara jangan sekarang,bentar lagi kelas mau dimulai".ejek Adit membuat perutnya sakit menahan tawa.

"Iya om maaf"Rin memyatukan kedua telapak tangan didepan wajahnya.

Jam istirahat dimulai,,

"Rin,ke kantin yuk?"ajak Rayya.

"Ayuk".

Dikantin seperti biasa mereka membicarakan suatu topik yang lagi terbaru bukan gosip ya gays wkwkw.Topik terhangat hari ini adalah Adit.

"Rin,lo lihat Verdy tadi ngak?".

"Ngak kenapa?".

"Gak papa sih,cuman tadi..."Rayya mengantung katanya."eh,tuh siAdit,gua mau nanya sesuatu?".

"Dit,sini".

"Ada apa?"Tanya Adit.

"Duduk dulu lah".

"Ada apa?".

"Gini lo tau orang yang mukulin lo itu siapa?".

"Ngak".

"Trus ciri cirinya gimana?".

"Laki laki".

"Anjay,gua serius".

"Gua ngak tau".

"Trus lo pukul balik ngak?".

"Ray,kamu kayak wartawan tau ngak banyak nanya"ujar Rin.

"Iya gua kan nanya doang masak ngak boleh".

"Aku membalas pukulan nya tepat di bagian wajah kiri nya"ujar Adit terus terang.

"Wajah kirinya?,lo serius?"ucap Rayya memastikan.

"Iya".

"Ketularan keponya si Reyhan nih orang"ujar Dina.

"Eh ngapain bawa bawa nama gua"ucap Reyhan tak mau kalah.

Brak
Rayya memukul meja sehingga membuat suara yang keras sampai mereka semua terkejut bukan main.

"Sayang,ngapain bikin orang kaget aj.."jari telunjuk rayya seketika menempel dibibir Reyhan mengisyratkan untuk diam.

"Ustt,lo diam dulu!".

"Ada apa sih ray?".

"Gini gays,gua curiga deh ama seseorang,kemungkinan dia pelakunya".

"Siapa?"ucap mereka bersamaan.

"Verdy"

"Gak mungkin lah Ray,Verdy itu teman dekatnya Adit,gak mungkin dia pelakunya"jelas Rin.

"Benar tuh"sahut Dina.

"Ya mau gimana lagi ciri ciri yang diberikan Adit itu tertuju pada Verdy semua".

"Udah deh Ray,ntar jadi fitnah"

"Ya udah lah,mungkin gua salah"

AIDEN√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang