5

2.8K 635 98
                                    

wooseok dan seobin itu sepupuan. ibu mereka kakak beradik. dan mereka tinggal di apartemen yang sama.

wooseok dulu sebenarnya kos di dekat kampus, tapi sejak seobin diterima di kampus yang sama dan ayah seobin membeli apartemen untuknya, wooseok diminta untuk tinggal di sana. buat ngawasi seobin, kata bibinya waktu itu.

seobin itu bandel. tipikal anak baru merantau yang banyak kepo dengan lingkungan barunya. hobi banget keluyuran.

tapi yang paling ribet itu ngurusin makannya seobin. ya soalnya, balik lagi, dia bandel.

seobin itu banyak alerginya. dia nggak bisa makan seafood, jamur, tapi juga nggak boleh kebanyakan makan protein hewan. ribet. tapi anaknya bandel minta ampun. tiap hari makan penyetan dan kadang kalau diajakin makan seafood dia oke oke aja. terus pasti gatal-gatal.

nyusahin pokoknya.

makanya wooseok suka ngebabuin seobin. katanya, gantinya lo ngerepotin gue kalau lagi sakit, bandel banget sih emang.

tapi wooseok baru berangkat dan pulang bareng seobin akhir-akhir ini, sekalian seobin ngebantuin maket dia. dan wooseok baru sadar beberapa hal.

tiap sekitar jam sepuluh pagi dan jam delapan malam, seobin bakal keluar selama kurang lebih dua puluh menit. adaaa aja alasannya. beli minum lah, ngambil duit lah, bayar shopee lah, banyak.

jadi sebenernya wooseok ini mulai curiga.

"bin, gue hari ini berangkat jam sepuluh ya"

"oke, tapi gue beli camilan dulu ya"

"yaudah sekalian berangkat aja"

"jANGAN. eh, lo dandan dulu aja, kak, yang cantik. kan mau ketemu bang jinhyuk. gue sendiri aja belinya"

kan.

wooseok memicingkan mata dan seobin memilih menghindar.

kepo wooseok tuh tapi seobinnya nggak mau cerita.


sihoon, seperti biasa, datang saat jinhyuk sedang tidur. tangannya menenteng kantong plastik berisi makanan.

sihoon duduk di samping meja jinhyuk yang belum pernah dia lihat pemiliknya. yunseong biasanya datang jam satu lewat.

"lo beliin kan, hoon?"

hangyul muncul dari balik partisi meja.

"iyaa. tuh. makan sana." sihoon menunjuk kantong plastiknya dengan dagu.

"ntaran lagi lah. mau rebahan"

hangyul merebahkan badan di matras yang digelar di antara meja jinhyuk dan meja di belakangnya.

sihoon mendudukkan diri lalu melanjutkan kerja site. maket jinhyuk ini nggak susah kalau melihat 3Dnya. tapi site nya ribet banget, banyak kontur.

"hoon ..."

sihoon memutar bola mata. sudah hafal.

"apaaa?" jawabnya malas.

hening untuk beberapa saat.

"lo dari mana memgasumsikan gue suka seokhwa?"

ohh, sihoon suka nih topiknya.

"asumsi gimana sih. seangkatan juga bisa liat lo suka dia."

"padahal gue biasa aja loh"

sihoon menoleh ke hangyul di belakangnya. "biasa aja apanya, talk to my hand!"

lagian siapa sih yang nggak suka kang seokhwa?

seokhwa itu anak paling muda seangkatan. kelahiran 2000 yang akselerasi waktu smp dan sma jadi seangkatan sama mereka. anaknya lucu, manis, dan pintar. dia masih muda tapi udah dipercaya buat jadi kepala divisi di acara dosen. ip nya nggak pernah kurang dari 3,50 dan sering ikut proyek dari pamannya. anaknya dewasa tapi penampilannya gemesin.

"jadi gimana? beneran suka kan?"

hangyul yang sebelumnya menatap sihoon kini menenggelamkan wajah di antara lengannya.

"ya gimana lagi ..."

sihoon bisa lihat mukanya yang kemerahan.

"lo tau dari kapan, hoon?"

sihoon mencoba mengingat. "hmm ... akhir semester tiga apa ya?"

hangyul mengangguk. "pas hut jurusan kemaren kan dia kadiv gue. gue mulai perhatian sama dia pas itu"

sihoon mengangguk-angguk sambil  melanjutkan maketnya.

"tapi dia sekarang menjauh, hoon"

sihoon menoleh terkejut. oke, dia tidak tau ini. "kok bisa?"

"nggak tau" jawab hangyul dengan nada lemas.

"lo udah pernah bilang belum?"

padahal sihoon tau jawabannya.

"udah. awalnya gue nggak serius, eh dia nganggep serius. ya gue seriusin aja confess nya."

hangyul lanjut curhat. tentang dia yang belum pernah secinta itu. tentang seokhwa yang menjauhinya. tentang penyesalannya yang membuat seokhwa menjauh.

"gue tuh cuma butuh kejelasan, hoon. ya kalau dia emang nggak suka, bilang. kalau emang dia nggak suka, yaudah. gue cuma mau kita balik kayak biasa aja, nggak jauh jauhan kaya gini"

hangyul mengeluhkan dirinya yang butuh jawaban. sama seperti sihoon atas pertanyaannya lebih dari satu semester.

tapi sekarang sihoon sudah menemukan jawaban.

bahwa hangyul memang jatuh cinta pada kang seokhwa.

bahwa sihoon memang harus berhenti berharap.



yohan sedang duduk anteng sambil membuat pot untuk gedung seungyoun.

seungyoun ini ternyata ngerepotin maketnya. tiga puluh lantai dan butuh banyak pot untuk fasad utamanya.

"serius banget sih, han."

yuvin tertawa lalu duduk di sampingnya. membuka laptop untuk meneruskan plotting massa kedua wooseok.

yohan mencibir melihat kakak tingkatnya itu.

"emang situ, nggak pernah nyeriusin."

yuvin kembali tertawa. sensi banget si yohan, tapi yuvin tetap gemes.

"jangan sensian gitu dong, beb. ntar gemesnya ilang"

yuvin mencolek dagu yohan iseng.

"HEH! nggak usah colak colek! gigit nih!"

nggak. mereka nggak pacaran kok.

yohan cuma korban gombalan yuvin aja.

wooseok baru saja dari toilet ketika bertemu jinhyuk di koridor.

"shin ..."

wooshin itu panggilan dari jinhyuk untuknya.

"kenapa?"

mereka berdiri berhadapan di koridor dekat meja samping studio.

"boleh nggak gue minta peluk?" tanya jinhyuk.

wooseok seketika memasang muka garang.

"gue butuh ngisi energi, shin. biar semangat lagi ngerjain TA"

wajah jinhyuk kelihatan sangat kusut. kurang tidur seminggu lebih dan badan yang lelah. emosi jinhyuk mulai naik turun karena kelelahan.

wooseok terdiam lalu mengangguk setelah beberapa saat.

jinhyuk serta merta memeluk wooseok. melingkarkan lengan panjangnya di sekitar pundak yang lebih mungil. menarik wooseok masuk dan tenggelam dalam pelukan.

"semangat TA nya, wei. cepet wisuda terus ke rumah" bisik wooseok di telinga jinhyuk.

jinhyuk tersenyum. wooseok memang pengisi baterai semangatnya yang paling ampuh.

"kamu juga semangat, wooshin"

lancar banget aku mah nulis gyulhoon

soalnya true story

maket ; pdx101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang