12

2.4K 562 143
                                    

menurut hangyul.

hangyul duduk dengan anteng di kursinya sementara sihoon sedang memesan ayam geprek untuk mereka berdua.

tangannya menggenggam ponsel tapi matanya menatap punggung sihoon yang sempit.

gara-gara omongan seobin kemarin, hangyul jadi kepikiran.

emang iya hangyul senempel itu ke sihoon?

sihoon berbalik lalu berjalan ke arahnya. tiba-tiba hangyul ingat, dia belum bilang mau berapa cabai di ayamnya.

"eh, gue cabe 5, hoon. lupa ngomong. lo pesenin yang mana tadi?" hangyul bertanya panik. pasalnya toleransi pedas sihoon jauh di atasnya. kalau disamain kan bahaya.

sihoon mengibaskan tangan. "iya, gue pesenin cabe 5 kok tadi"

hangyul mengangguk mengerti.

sihoon duduk di hadapannya memainkan ponsel. hangyul melirik sesekali ke bocah yang lebih mungil.

"hoon, rencana lo abis ini apa?" tanyanya tiba-tiba.

sihoon mengangkat wajah dari ponselnya. "hm?" dahinya mengernyit bingung, "balik ke kos kan?"

hangyul menggeleng, memainkan kotak tisu di depannya. "abis lulus maksud gue"

sihoon meletakkan ponselnya. mengalihkan atensi sepenuhnya pada pemuda di hadapan. "kerja. cari duit yang banyak. buktiin ke orang tua gue kalau gue bisa berdiri sendiri tanpa mereka"

hangyul mendengus. "target nikah lo kapan?"

sihoon menyeruput es tehnya dengan raut bingung. makin tidak paham dengan pertanyaan hangyul. "kalau udah punya tempat tinggal sendiri. kenapa sih pertanyaan lo?"

hangyul mengeluarkan dompetnya lalu menarik selembar uang limapuluh ribuan. "denger ya. kalau estimasi harga rumah itu dua milyar--"

sihoon mengetuk meja. "rumah di mana tuh 2M? tanah 200 meter persegi di kawasan perumahan biasa di surabaya aja 1M lebih. biaya konstruksi rumah dua lantai nggak mungkin kurang dari 2M, gyul"

"anggap aja masih rumah kecil yang tanahnya nggak sampai segitu." hangyul mengibaskan tangan.

"kalau estimasinya dua milyar dan gue nabung lima puluh ribu per hari," hangyul membuka fitur kalkulator di ponselnya, "gue butuh waktu empat puluh ribu hari buat beli rumah"

sihoon masih diam. mengernyitkan dahi.

"empat. puluh. ribu. hari. yang kalo dikonversi ke tahun itu sama dengan seratus sepuluh tahun, hoon! seratus sepuluh! bayangin!"

sihoon membulatkan mata.

"dan kalau estimasi resepsi nikah itu dua ratus juta, dengan nabung dua puluh ribu per hari, kita baru bisa nikah setelah dua puluh tujuh tahun, hoon. bayangin!"

hangyul menggebrak meja tidak terlalu kencang.

percakapan mereka disela dengan dua piring ayam yang tersaji di hadapan mereka.

"tapi, gyul, realitanya nanti kan lo beli rumah sama nikahan patungan sama pasangan."

hangyul mengambil sendok dan garpu. "iya kalau pasangannya ntar mau gitu patungan. kalo nggak?"

sihoon mengulas senyum. "makanya, nyarinya ntar yang mandiri"

hangyul lagi-lagi menghela napas. "di sini, hoon, kami selalu dituntut buat menghidupi keluarga. dituntut bisa ngasih semuanya tanpa campur tangan pasangan."

sihoon melahap sesendok makanannya. mengunyahnya perlahan. "menurut gue sih, setiap orang harus bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, gyul. terlepas dia dihidupi suami atau nggak, tiap orang harus bisa mandiri atas dirinya, termasuk soal finansial. kita nggak pernah tau ya apa yang bakal terjadi ke depannya. jadi mandiri itu cara buat bertahan hidup."

hangyul senang ngobrol dengan sihoon di warung makan. ditemani hiruk pikuk pekerja warung atau obrolan santai dari meja sebelah.

hangyul senang mendengar pandangan sihoon terhadap dunia. sihoon yang bebas. yang pemikirannya cukup ekstrim. yang rencana hidupnya penuh mimpi. tapi realistis.

sihoon memberi banyak pandangan baru buatnya.

dan semakin hangyul dewasa, semakin dia bisa mengotakkan mana teman untuk berbagi pikiran, mana teman sebatas rekan kerja, mana teman berbagi cerita keseharian.

hangyul tidak menceritakan hidupnya hanya pada satu orang. dia bercerita pada beberapa orang dengan konteks yang berbeda.

dan sihoon adalah salah satu teman hangyul, yang dia jaga dalam kotak berjudul 'teman berbagi pikiran'.




senin siang di hari pengumpulan dokumen, meja sebat hanya diisi hangyul dan seobin. seungwoo, seungyoun dan jinhyuk masih kepalang  panik mengurus print out dokumen mereka.

"gyul," seobin menjentikkan rokoknya, "lo tau kalau sihoon suka sama lo, tapi kok santai aja? sok nggak peka ya lo?"

seobin emang mantan fakboi. yang ganti pacar semudah ganti celana dalam. tapi seobin tegas, ya atau tidak. buat seobin, hangyul semacam menggantungkan perasaan sihoon.

"bisa dibilang gitu"

hangyul menghembuskan asap dari mulutnya.

"gue sayang sama dia sebatas temen. gue nyaman banget temenan sama dia. enak diajak mikir. gue pura-pura karena gue nggak mau ada yang berubah"

seobin mengerutkan dahi. beda prinsip dia mah sama hangyul.

"emang lo nggak kasihan sama dia, lo gituin mulu, gyul?"

hangyul menoleh, mengetukkan jadinya di atas meja.

"gue cerita, bin, ke dia soal orang yang gue suka. selain buat negasin kalau gue nggak ada rasa ke dia, gue juga percaya ke dia," hangyul ganti menjentikkan rokok, "gue kenal dia, bin. dia paham dari lama gue suka sama orang lain. tapi dia nggak pernah jauhin gue. dia bukan nggak sakit hati, bin. tapi dia paham kalau batasan kita temen. dan dia nggak mau pertemanan kita rusak karena perasaan sepihak dia."

hangyul melempar senyum ke seobin yang masih memandangnya skeptis. "dia yang punya perasaan aja sikapnya gitu ke gue. ya masa ketika dia udah ngehargain gue kaya gitu, gue malah jauhin dia? makanya gue milih buat bersikap biasa aja. lagian gue nyaman cerita ke dia."

hangyul bukan mau memberi harapan lebih.

hangyul selalu memberi batasan yang jelas di antara dia dan sihoon.

hangyul tau sihoon paham dengan itu, meski terkadang sihoon melangkahi batas ketika perasaannya mendominasi. tapi hangyul juga bisa memahami kalau sihoon tidak bermaksud bertindak lebih.

sihoon tidak berupaya dan bermaksud meraihnya.

karena terlepas dari perasaan sepihak sihoon, keduanya nyaman sebagai teman dekat.

.

.

.

.

.

jangan marahin hangyul dulu dong :(

ini nggak tau ya dari sisi mas crush gimana -_- lagian hangyul sama mas crush beda banget -_-

mas crush jauh lebih ngeselin kok dari hangyul. hangyul mah masih bisa ngehargain sihoon :( nggak kaya mas crush, yg ngajak ngobrol dia, yg ngacangin juga dia :")

gyulhoon masih akan berlanjut dan nggak akan semacet cerita aslinya, tapi mari kita bahas kapal lain dulu setelah ini :3

maket ; pdx101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang