14

1.2K 153 16
                                    

Masa pembelajaran sekolah telah kembali normal.

Suasana kantin hari ini tak begitu ramai dibandingkan hari-hari sebelumnya.

Yohan berjalan lemas sembari mengusap perutnya menuju meja kasir kantin. Ia mengambil dua bungkus nasi lalu membayarnya. Iya, dua bungkus sekaligus, laper banget dia dari kemarin belum makan. Maklum anak kost.

Kini ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin mencari meja kosong yang sekiranya nyaman.

Akhirnya ia memilih berjalan ke salah satu meja yang juga telah diisi dua orang disana. Pria dan wanita yang nampak berbincang serius.

"Eh, Yohan tumben lo ke kantin, biasanya tidur di kelas." sapa Junho begitu Yohan datang bergabung.

"Jangan duduk disini! Pindah sana pindah hus!" usir Yena yang tak terima saat Yohan memilih duduk di sebelahnya.

"Ye bebas dong mau duduk dimana! Emang ni kantin punya moyang lu?" Yohan tak peduli, ia kekeuh tetap duduk disana.

Sedangkan Junho tertawa melihat tingkah dua orang di hadapannya. "Udah dong! Bertengkar lagi gue pergi nih?" ancamnya bercanda.

Yena kembali fokus pada obrolannya dengan Junho, "Ya gue sih dukung banget kalo lo jadi ketua OSIS, seratus persen gue dukung!"

"Ha? Junho mau jadi ketua OSIS?" tanya Yohan sambil membuka nasi bungkusnya, lalu menggabungkan dua bungkus nasinya menjadi satu porsi besar.

"Iya, anak-anak yang lain pada nyuruh gue mencalonkan diri jadi ketos." jawab Junho malu-malu.

"Gue yakin pasti banyak yang vote, soalnya Junho sepopuler itu." tambah Yena lagi.

"Kandidat lainnya juga keren-keren, Chaeyeon, Seobin, minder gue yang ada." Junho memainkan tutup botol minuman yang ia pegang. Dia galau.

Yena meraih tangan Junho, "Jangan minder! Lo pernah bilang ke gue pengen bisa percaya diri di depan orang-orang kan? Ini waktunya lo melatih rasa kepercayaan diri itu. Jangan lewatin kesempatan ini, oke?"

Junho mengangguk, kedua ujung bibirnya tertarik ke atas. Ia tersenyum lebar setelah mendengar petuah Yena yang membuat kekhawatirannya berkurang.

Yohan yang sedari tadi sibuk makan, kini menatap tangan Yena yang mengusap-usap tangan Junho lembut. "Ini cewe bisa ga sih sekali aja ga skinship sama cowo lain?" batinnya.

"Eeeeyyy yeeenaaa~" tiba-tiba seorang kakak kelas mendatangi meja mereka dengan gaya swag ala-ala.

"Eeeeyyyy Kak Seungyounnn~" balas Yena tak mau kalah swag.

"Ketua kelas? Kumpul di aula! Bareng? Skuy!" kata Seungyoun lagi.

"Skuy!" Yena berdiri dari tempat duduknya, "Gue pergi ya," pamitnya ke Yohan dan Junho. Lalu pergi mengekori Seungyoun sambil bercanda.

"Saudari Yena, apakah benar anda tidak ada hubungan khusus dengan oknum berinisial Jinhyuk?" kini Seungyoun pura-pura menjadi reporter.

"Iya betul sekali selamat anda mendapatkan satu ribu rupiah yeeeyyy!" Yena pun meladeni candaan si kakak kelas kocak itu.

"Satu ribu itu pollowers igeh aing! Selebgram mah bebas!" jawab Seungyoun dengan nada sombong.

Meskipun absurd, tapi sukses membuat Yena terbahak sembari memukul bahu Seungyoun beberapa kali.

Manik mata Yohan sibuk memperhatikan Yena sampai gadis tersebut benar-benar hilang dari penglihatannya.

"Oy! Habisin dulu makan lo!" tegur Junho.

"Kekenyangan gue." jawab Yohan tapi masih menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

"Dia emang kayak gitu orangnya, gampang akrab sama orang." kata Junho seolah peka dengan gerak-gerik Yohan yang nampak cemburu.

"Siapa?"

"Yena."

"Yang nanya hehe."

"Tsk." Junho berdecak sebal. "Lo udah nembak Yena?"

Yohan menggeleng, "Belum." jawabnya santai.

"Tunggu apa lagi? Asal lo tau, meskipun dia jomblo ada banyak cowo yang diem-diem naksir dia."

"Uhuk-" Yohan tersedak mendengar ucapan Junho barusan. Bukannya cowo-cowo justru takut Yena, ya?

Junho dengan sigap memberikan minumannya ke Yohan, "Lain kali kalo mau makan jangan lupa siapin minumnya juga. Keselek sendok mampus lu!"

Yohan menghentikan kegiatan makannya, mendadak hilang nafsu makan. "Dia suka cowo lain."

"Tau dari mana? Nembak aja belum."

Yohan terdiam.

"Lagian gue liat kalian bertengkar mulu! Gimana dia bisa suka sama lo coba?"

Oke, sekarang Yohan kepikiran.

***

Bel masuk telah berbunyi.

Yena yang baru selesai kumpul ketua kelas kini sedang berdiri di depan kelas, memberikan pengumuman.

Kondisi kelas saat ini pun tak terkendalikan, seperti biasa.

"TEMEN-TEMEN! D-U-D-U-K! DUDUK!" teriak Yena.

Dalam hitungan detik mereka duduk rapi, dan fokus mendengarkan Yena.

"Oke. Gue mau kasih info kalo minggu depan kita UTS. Jadwalnya ntar gue kirim di grup kelas."

"Yaela UTS doang. Kirain mau ada lomba lagi gitu biar ga belajar." celetuk Yuvin. Lalu mendapat anggukan setuju dari Suhwan dan Eunsang.

"Trus... Gue denger hari ini bakalan ada sidak, jadi tolong barang-barang haramnya dibuang dulu."

Semuanya sibuk memeriksa tasnya masing-masing. Takut ada suatu barang yang melanggar peraturan sekolah. Padahal ga ada, sih.

"Yohan, pake dasinya yang rapi!" perintah Yena yang kini sudah kembali duduk di kursinya.

"Pakein dong...." pinta Yohan manja.

"Ogah!"

Tiba-tiba pintu kelas terbuka, lalu muncul empat orang anggota OSIS dari sana. Tiga orang pria dan satu wanita. Jinhyuk, Wooseok, Seungwu dan Somi.

"Semuanya, letakkan tas di atas meja!" perintah Jinhyuk, si pemimpin.

Seisi kelas menurut, mereka hanya bisa pasrah jika harus mendapatkan hukuman.

"Hei! Itu rambut di merah-merahin biar apa ha?! Maju!" Jinhyuk menunjuk Eunsang untuk maju ke depan kelas.

Sementara itu, Yuri malah senyum sumringah melihat pemandangan di depan. "Ganteng banget ampun...." gumamnya pelan.

Namun masih bisa didengar oleh Yena yang duduk di belakangnya, "Heh!" tegurnya sambil mencolek punggung Yuri.

Kini para anggota OSIS itu mulai memeriksa tas satu persatu. Entah kebetulan atau apa, Jinhyuk lah yang memeriksa tas milik Yena.

Yena tak kuasa untuk menahan senyumannya saat Jinhyuk menghampiri.

"Kapan-kapan main ke rumah, mama nanyain mulu." bisik Jinhyuk pelan.

"Nanti kalo Yena udah ga sibuk ya, kak." jawab Yena tak kalah pelan.

"Oke." Jinhyuk mengakhiri obrolan mereka dengan senyuman senang.

Yena pun juga tersenyum senang sampai ia tak sengaja melihat ke arah Yohan yang kini melotot seram kepadanya. Ekspresi Yena langsung berubah datar.

"Wah berani-beraninya bawa rokok ke sekolah!" kata salah satu OSIS tiba-tiba. "Maju!"

Satu kelas tercengang begitu melihat siapa orang yang disuruh maju itu.

"Guno?"

"Demi apa?"

"Ngerokok?"








Tbc

💛
💛
💛

C l a s s m a t e • Yena-Yohan, dkkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang