2

2.2K 196 38
                                    

Kriiiiing kriiiiing, bel dua kali pertanda waktu istirahat telah tiba.

Semua murid berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing.

"YENAAAAA"

"CEWOOOON"

"Kangen akutuh." Cewon berlari ke pelukan Yena, sahabatnya. "Kenapa sih kita harus beda kelas gini kan sedih"

"Iyaaa huhuhu ada temen lo yg pengen tukar kelas sama gue ga?"

"Ga ada sih kayanya. Mereka kalem-kalem tau."

"Hmmm yaudah deh, kantin yuk." ajak Yena sembari menarik lengan Cewon.

"Yuk." namun tiba-tiba Cewon menghentikan langkahnya, "eh tunggu bentar, kok lo duduk di belakang sih? Emang keliatan papannya?"

"Kalo papannya mah keliatan, tulisannya yg ga keliatan." mereka kembali melangkah keluar kelas. "Jadi, tadi tuh gue dateng kesiangan, eeeh mejanya udah full semua ya udah gue dapet sisanya doang." cerocos Yena.

"Oalaaaah"

"Eh eh, gue mau cerita, masa gue disuruh jadi ketua kelas tau ga sih lo!"

"Hah?!"

"Iya! Mana wali kelas gue bu Asih, gimana caranya gue nolak coba?"

"Hah."

"Trus anak-anak cowo juga pada nyuruh gue yg maju, katanya gue serem lah, anak karate lah, kan eek."

"Haaaah"

"Hah hah mulu lo kayak tukang keong!"

Cewon tertawa, "maksud gue, kok bisa sih dari sekian banyaknya cowo di kelas lo gitu kan, kenapa mesti lo?"

"Kan gue udah bilang anak-anak cowo yg nyuruh woy, ah, lama-lama gue masukin dalem rumah keong juga ni orang."

"Yaudah sih, lo kan emang serem, seantero sekolah juga takut sama lo. Hiiiii preman!" Cewon pura-pura bergidik ngeri.

Yena pun pura-pura menyingsingkan lengan seragamnya, "Coba ngomong sekali lagi, sini." lalu ia rangkul leher Cewon agak kuat.

"Astagfirullah. Ampun woy ampun! Mamaaaaa" Cewon mencoba melepaskan tangan Yena tapi susah, berat.

"Eh ada cowo ganteng!" Cewon mengalihkan pembicaraan. Biasanya Yena bakalan luluh kalau ada cowo ganteng.

Benar saja, Yena melepaskan Cewon. "Mana mana?!" tanyanya antusias.

Tanpa terasa, mereka sudah sampai di area kantin. Dan memang benar ada cowo ganteng menurut selera Cewon, entah selera Yena atau bukan. Selera orang kan beda-beda.

"Itu yg duduk di kantin paling ujung, bareng gengnya junho. Anak kelas 10 bukan sih? Tumben liat."

Yena memicingkan mata sipitnya, menerka siapa orang yg Cewon maksud. Dan setelah paham, dia langsung memukul lengan Cewon pelan. "Itu mah anak baru di kelas gue. Ga ada gantengnya sama sekali. Songong dia."

"Ah masa sih? Tapi dia ketawa-tawa tuh."

"Duh males ah, tadi bu Asih nyuruh gue kelompok belajar bareng dia."

"Hah?"

"Hah hah lagi gue tampol beneran nih. Bau tau!"

"Cieeee bakal berduaan terus dong cieeee tiati cinlok"

"Apaansi"

"Awas benci jadi cinta lo"

"Apaansi Won diem deh! Sssstttt!"

"Cieeeee" Cewon menyikut lengan Yena. Suka banget godain macan.

Yena pun balas menyenggol lengan Cewon. Padahal pelan tapi Cewon malah hilang keseimbangan. Dia menabrak cowo yang sedang minum teh pucuk. Dan cowo itu adalah Ketua OSIS. Hmmm mampus.

"Woy jalan yg bener dong!"

"Kak Jinhyuk, maaf ya kak, saya ga sengaja kak, maaaaaff." Cewon mengatupkan kedua tangannya, memohon ampun.

Seisi kantin heboh melihat kejadian itu. Siapa yang tidak mengenal Jinhyuk? Dia Ketua OSIS termenakutkan sepanjang sejarah. Walaupun sebenernya dia tidak sejahat itu kalau sudah akrab.

"Iya gapapa, dia ga sengaja juga." Wooseok, si kakak OSIS baik membela Cewon.

"Ga sengaja gimana? Lo mau bikin malu gue kan ha!" Jinhyuk mulai membentak Cewon yg sudah hampir menangis.

Yena tak terima, dia maju. "Maaf ya kak, tadi Yena yg dorong dia, sampe dia hampir jatuh. Maaf kak." ia membungkuk pada Jinhyuk. Tak lupa ditambah bumbu senyuman ramah ciri khasnya.

"Oh, Yena toh. Iya gapapa kok." ekspresi Jinhyuk berubah dari sebelumnya, ia melembut.

"Mana sini kak bajunya, Yena bersihin."

"Ga usah, gapapa, ntar juga kering."

"Serius nih kak, Yena dimaafin?"

"Iya, lain kali jangan kelewatan bercandanya apalagi sampe merugikan orang lain."

"Siap kak!" Yena menaruh tangannya di pelipis, ceritanya lagi hormat ke Jinhyuk.

Jinhyuk mengusap kepala Yena lalu pergi diikuti oleh teman-teman gengnya.

Yena menoleh ke Cewon, dan temannya itu sudah banjir air mata. Dia memang anak yang lembut, cuman Yena yang bisa bentak dia, kalo orang lain sudah pasti auto nangis.

"Udah udah jangan nangis, maafin gue ya."

"Pinter lo!" umpat Cewon lalu memeluk Yena dengan erat.

"Udah kelas sebelas, ga boleh cengeng gini, ayo dong Cewon harus semangat!"

"Traktir gue!"

"Sial," Yena melepaskan pelukannya, "iya iya mau makan apa?" kemudian mereka order makanan di kantin.

Tanpa mereka sadari seluruh mata yang ada disana sedang mengawasi mereka. Berbagai macam reaksi tercipta. Semua orang masih tidak menyangka Yena bisa menaklukkan Jinhyuk dengan mudahnya. Termasuk geng cowo-cowo anak IPS 4.

"Woah ketua kelas kita emang the best banget lah." Yuvin membuka obrolan.

"Gue baru sadar dia seseram itu sampe ketua osis pun takut." Minhee takjub.

"Lho liat ga mukanya tadi?" Sihun menirukan mimik wajah Yena saat tersenyum. "Dia senyum tapi entah kenapa jatuhnya malah creepy."

"Wajah hello kitty hati preman." tambah Eunsang.

"Emang kenapa dia ditakutin?" Yohan kepo.

"Lo belum tau ya, jadi gini, ada rumor beredar kalo pas smp dulu Yena itu pernah ngehajar pacarnya sampe koma cuman gara-gara dia ga mau diajak putus." Yuvin cerita dengan semangat. "Serem ga sih menurut lo?"

"Itu cuman gosip." bela Junho.

"Tapi yang nyebarin gosip temen smp nya sendiri. Ya kali boong." Keumdong angkat bicara. "Masuk koran juga kan."

"Kasian gue sama dia, padahal cantik, tapi gara-gara rumor itu ga ada cowo yg mau deketin dia." tambah Yuvin lagi.

"Gue mau." ucap Yohan tiba-tiba.

Semuanya tertawa kompak. Dikira Yohan lagi ngelawak. Setelah berhenti tawa, mereka menatap Yohan dengan intens.

"Serius lo?"

"Seriburius."

Tbc

💛

C l a s s m a t e • Yena-Yohan, dkkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang