16

1.3K 162 25
                                    

"Oooooo janjiannya sama Guno?"

"Ga gitu–"

"Yena tadi nolongin gue." jawab Guno yang mulai bisa mengendalikan emosinya. Ia berjalan mendekat ke Yena dan Yohan.

"Tadi Bu Asih nyuruh gue buat jenguk lo, Gun, tapi.... Mereka siapa dan lo ada masalah apa?" Yena mencerca Guno dengan pertanyaan.

Guno menundukkan kepalanya, "Gue ada hutang sama salah satu dari mereka, trus gue ga mampu bayar, jadi mereka nyiksa gue beberapa hari terakhir ini."

Yohan mengernyitkan dahinya lalu menatap mereka bergantian, "Ini ngomongin apa sih? Ga ngerti sumpah."

"Jadi, tadi tuh, gue mau nyariin Guno tapi pas ketemu dia lagi dipukulin sama anak sekolah lain gitu. Nah gue lawan kan sampe mereka mampus, eeeeh dateng tuh temen se-gengnya banyak banget. Trus kita kabur sembunyi disini. Begitu..." jelas Yena panjang lebar.

"Ha?" mulut Yohan menganga lebar, terheran-heran dengan perilaku Yena yang menurutnya kelewat pemberani untuk ukuran seorang perempuan. "Lo cewe bukan, sih?"

Yena tidak menjawab, ia kembali bertanya ke Guno, "Trus rokok itu bukan punya lo kan?"

"Bukan.... Gue punya asma." jawab Guno seraya menggelengkan kepalanya pelan. "Makasih udah bantuin gue, Yen. Tapi.... Gue ga tau gimana hidup gue besok."

"Lo takut ketemu mereka lagi?" kini Yohan yang bertanya dan direspon dengan anggukan kepala oleh Guno.

"Serahin sama kakak gue, dia juga punya geng taekwondo." tambah Yohan.

"Nah, iya! Lo kerja bareng Yohan ajaaa buat bayar hutangnya." saran Yena penuh semangat. "Bisa kan, Han?"

"Boleh. Ini tempat kerja gue di sebelah." kata Yohan sembari menunjuk gedung yang ada di sebelah kanan mereka.

Guno tersenyum, "Makasih, temen-temen."

"Tapi itu luka lebam lo harus diobatin dulu, ikut gue!" ajak Yohan. Lalu mereka bertiga pergi ke klinik terdekat.

***

Malam pun tiba.

Guno memutuskan untuk menginap di kos Yohan untuk malam ini. Sedangkan Yena harus pulang dengan diantar Yohan.

Saat ini Yena sedang berada di tempat Yohan bekerja. Gedungnya cukup luas dan ada dua lantai. Kata Yohan, yang bawah futsal yang atas tempat latihan taekwondo.

"Kak, kenalin ini Yena." kata Yohan begitu melihat sosok pria keluar menemui mereka. "Yena, kenalin ini Kak Donghan, sepupu gue."

"Halo, Kak. Aku temen sekelasnya Yohan." sapa Yena ramah.

"Oh ini Yena yang sering lo sebut-sebut itu, Han?" goda Donghan tiba-tiba.

"Iya, Kak. Cantik, kan?" Yohan mengangkat sebelah alisnya, bangga.

"Apaan, sih!" jawab Yena malu-malu.

Yohan terkekeh, "Pinjem motor dong, Kak. Mau nganter permaisuri pulang."

Donghan merogoh saku celananya, mengambil kunci motor lalu memberikannya pada Yohan. "Langsung pulang ya, jangan mampir! Kasian ini anak orang udah malem masih kelayapan." ocehnya.

Yena tertawa kecil melihat tingkah Donghan yang tak jauh beda dengan Yohan, suka ngomel tapi care.

"Iya iya, Kak. Samlekom!" pamit Yohan

"Pamit ya, Kak. Assalamualaikum..." Yena juga pamit.

"Iya, hati-hati, adik ipar."

***

C l a s s m a t e • Yena-Yohan, dkkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang