29

1.3K 139 8
                                    

Keramaian di restoran cepat saji pada sore hari sama sekali tak mengganggu fokus dua insan yang tengah duduk di salah satu kursi pelanggan. Satunya sibuk berkutat dengan laptopnya, sedangkan satunya lagi sibuk menatap gadis di hadapannya.

"Yena?" panggil si pria. Memecah keheningan yang sedari tadi tercipta di antara mereka berdua.

"Ya?" jawab Yena tanpa memalingkan pandangan dari layar laptop.

"Kamu yakin mau lanjut jadi ketua kelas?"

Yena mengangguk samar, "Iya, nanggung, tinggal sebulan lagi sampe rapotan kelar deh tugas gue."

"Hmmm, yaudah deh, asal kamu senang aku juga senang." lalu pria itu tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Yohan.... Dari pada bengong mikirin yang engga-enggak, mending lo hapalin ini materi presentasi kita!" Yena meyodorkan buku tulis ke pria di hadapannya.

Kemudian tak ada lagi keributan dari sana. Hanya suara hiruk pikuk pengunjung restoran yang semakin sore semakin ramai.

Namun keheningan itu tak berlangsung lama. Lagi-lagi Yohan memanggil nama si gadis, kali ini dengan lebih antusias.

"Yena!"

"Apa lagi sih, Han??"

"Nge-date kuy!"

"Ini sekarang bukan nge-date namanya?"

"Bukan.... Ini mah ngerjain tugas kelompok namanya, bukan pacaran."

"Yaudah...."

"Yaudah apa?"

Yena menghentikan aktivitasnya dan menatap lawan bicaranya. "Yaudah ngedatenya kalo presentasi sama UAS kita lancar semua. Jadi lo harus belajar yang bener!"

"Oh, jadi kalo presentasi sama UAS lancar kita bisa ngedate nih?"

"Iya."

"Janji ya?!"

"Iya."

"Cium ya?!"

"Iy–– apa? Ciam cium ciam cium mulu nih ngomong sama tangan gue!" lalu Yena menepuk wajah Yohan dengan telapak tangannya.

"Aw kasar banget sih!" ringis Yohan pura-pura kesakitan. Tapi detik berikutnya ia tertawa melihat wajah Yena yang kini sudah bersemu merah. Suka banget lihat Yena salting.

Sedangkan Yena memilih untuk tak menghiraukan Yohan dan kembali mengetuk keyboard laptopnya. Meskipun sebuah senyuman malu tak bisa ia sembunyikan dari wajahnya. "Diem lo!" bentaknya.

"Eeeeits!" tiba-tiba Yohan menunjuk-nunjuk ke arah Yena. "Bukannya kemarin udah sepakat ngomongnya pake aku-kamu?!"

"Aduh!" Yena mengusap wajahnya kasar. Pikirannya kembali memutar kembali semua momen saat di rooftop kemarin. Termasuk obrolan tentang panggilan aku-kamu dan lainnya. Jujur, Yena belum terbiasa dengan semua perubahan ini. "Iya, maaf gue––aku lupa hehe"

"Gini doang lupa, huft aku kecewa...." ucap Yohan dengan ekspresi cemberut yang menggemaskan, menurut Yena.

Jemari Yena tergerak untuk mengusap puncak kepala Yohan, "Iya, aku janji ga lupa lagi, maaf...."

"Trus aku juga ga mau kita jaga jarak lagi!"

"Kenapa?"

"Ya ini kan kita yang jalanin, jadi kita ga boleh ngebiarin omongan orang lain yang ngatur hidup kita!"

"Ya juga sih...."

"Nah kan.... Pokonya kalo nanti ada yang macem-macem sama kamu bilang ke aku biar aku kasih pelajaran!" mimik wajah Yohan kini berubah menjadi sangat serius.

C l a s s m a t e • Yena-Yohan, dkkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang