Seperti biasa, jam istirahat bagi Yohan adalah waktu terbaik untuk tidur.Namun tidak untuk saat ini, karna Yena tiba-tiba mengguncangkan lengan Yohan dengan kasar.
"Yohan, bangun bentar, gue mau ngomong." kata Yena. "Tar abis ngomong, tidur lagi dah."
"Hng?" Yohan melenguh malas. "Ngomong apa?"
Melihat Yohan sudah lumayan sadar, Yena segera menarik tangan Yohan. Menyeretnya sampai ke halaman sekolah. Mereka berhenti lalu duduk di kursi taman.
"Ngopi dulu biar ga ngantuk." Yena menyodorkan botol minuman kopi goodday ke Yohan.
"Thanks," Yohan segera meneguknya.
"Itu expired–" kalimat Yena terhenti ketika Yohan memuntahkan minuman itu dari mulutnya.
"Serius? Expired?" tanya Yohan tak percaya.
"Itu expirednya masih lama maksud gue." jawab Yena sambil cengengesan. "Gue mah ga setega elu."
"Hehehehehe" Yohan dan Yena terkekeh bersama.
"Betewe, mau ngomong apa, sayang?" tanya Yohan setelah meneguk habis kopinya.
Yena pura-pura tidak mendengar kata 'sayang' itu agar bisa fokus pada topik pembicaraan. "Gue mau nanya, kenapa lo pindah sekolah?"
"Oh, gara-gara yang kemarin ya?"
"Jawab aja."
"Mmm karna gue ada masalah sama dia."
"Dia siapa? Hangyul?"
Yohan hanya mengangguk, "Gue ogah nyebut nama dia."
"Yaudah, pake nama samaran, sebut saja Anu."
"Anu?"
"Hehehehehe" lagi-lagi mereka terkekeh bersamaan. Sepertinya mereka sudah mulai kompak dalam hal ketawa-ketiwi.
"Lanjut!"
"Jadi, dulu gue dan Anu adalah teman sekelas."
"He'eh, trus?"
Flashback ke setahun yang lalu.Yohan dan Hangyul adalah siswa perwakilan SMAN 5 dalam turnamen olahraga cabang seni bela diri.
Yohan di taekwondo, Hangyul di karate, dan 1 siswi bernama Sian di pencak silat.
Mereka bertiga adalah teman sekelas dan jarang mengikuti pelajaran di kelas. Karna sibuk harus turnamen bertanding hampir setiap bulan. Hal tersebut justru membuat mereka menjadi teman dekat.
Singkat cerita, Hangyul menyatakan perasaannya ke Sian tapi ditolak, dengan alasan Sian lebih menganggap Hangyul sebagai sahabat.
Namun beberapa bulan kemudian, Sian menyatakan perasaannya ke Yohan. Tentu saja Yohan tolak karna ia memikirkan bagaimana perasaan Hangyul.
Sejak kejadian itu, hubungan persahabatan mereka retak. Sian menjadi galau, Hangyul membenci Yohan, dan Yohan menjauhi mereka.
Suatu hari, Hangyul sudah tidak tahan lagi. Ia mengajak Yohan bicara empat mata di belakang sekolah. Dan berujung pertengkaran hebat.
"Lo kenapa sih nolak Sian?" Hangyul langsung to the point.
"Ya kenapa gue harus terima?" Yohan menjawab santai.
"Lo ga tau gimana sedihnya dia sekarang?"
"Tau. Tapi gue bisa apa?"
"Ya seenggaknya lo terima dia, bikin dia bahagia!"
"Apa lo pikir dia bisa bahagia walaupun gue terpaksa nerima dia?"
"Lo ga ngerti! Sama sekali ga ngerti."
"Apa gue bisa nyaman pacaran sama cewe yang ditaksir temen gue sendiri?"
Emosi Hangyul memuncak, ia mencengkeram kerah baju Yohan. "Jangan pikirin gue!"
Yohan menyeringai, "Gue tau lo masih suka Sian, kan? Seharusnya lo lebih berusaha–"
Hangyul meninju pipi Yohan hingga tersungkur, "BANGSAT!"
Yohan bangkit dan balik memukul Hangyul, "Emang harus dihajar dulu biar sadar!"
"BACOT LO ANJING!"
"JANGAN PAKSA GUE BANGSAT!"
Akhirnya mereka adu jotos sampai babak belur.
Pertengkaran mereka berhenti saat ada guru yang memergoki. Orang tua mereka dipanggil ke sekolah. Mereka pun mendapatkan hukuman skorsing.
Ibu Yohan marah besar saat itu. "Ibu suruh kamu belajar taekwondo bukan untuk cari musuh!" katanya.
Alhasil Yohan memutuskan untuk pindah sekolah. Memulai semuanya dari awal lagi, pikirnya.
Flashback selesai.
"Gitu...." Yohan telah selesai bercerita.
"Oooooh seperti itu...." Yena mengangguk paham.
Yohan tersenyum seraya menatap Yena dalam. Ia khawatir kejadian itu akan terjadi lagi. Karna yang Yohan tahu, Yena menyukai Hangyul. Sedangkan Yohan sudah terlanjur sayang Yena.
Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia berusaha lebih keras agar Yena menyukainya? Atau merelakan Yena dengan Hangyul dan melupakan perasaannya?
"Yohan? Oy! Malah bengong." Yena mengibaskan tangannya di depan wajah Yohan yang sedang menatapnya dengan tatapan kosong. "Kesambet lo ya?"
Yohan pun tersadar. "Hm? Gimana?"
"Gue tanya, lo masih benci sama Hangyul? Hm maksud gue si Anu?"
"Kalo dibilang benci sih engga, lebih tepatnya, udah ogah berurusan sama dia lagi."
Yena manggut-manggut mengerti, "Tapi nih ya, kalo gue ada di posisi itu gue pasti pilih Hangyul."
"Kenapa?"
"Yang pasti karna dia suka sama gue, trus Hangyul juga orangnya baik, ganteng, rajin, populer, wah perfect boyfriend banget."
"Iya, mending lo pilih Anu aja." Yohan tiba-tiba berdiri.
"Lah mau kemana?"
"Tidur." lalu Yohan berjalan meninggalkan Yena.
"Dih! Gitu doang ngambek!" cibir Yena.
Yena hanya menatap punggung Yohan yang semakin menjauh. Ia sama sekali tak menyangka Yohan akan menceritakan kisah masa lalunya sedetail itu.
Sebenarnya kemarin Yena sudah bertanya dengan Hangyul, tapi cuma dijawab, "masalah kekanak-kanakan doang, rebutan cewe."
Yena termenung, "Kalo dipikir-pikir, Yohan lumayan juga." Tapi sedetik kemudian ia pukul bibirnya sendiri. "Ngomong apaan gue, njir!"
Tbc
Hadududu aku pengen jadi Yena 😭
Makasi udah baca gengsss
💛💛💛
![](https://img.wattpad.com/cover/190536758-288-k277111.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
C l a s s m a t e • Yena-Yohan, dkk
Fanfic-nyebelin tapi sayang- Classmate Ketika Yena tiba-tiba jadi ketua kelas dan harus mengurus teman sekelas yang susah diatur. Terutama si anak baru, Yohan. ❝Semester depan gue ga mau jadi ketua kelas lagi titik!❞ --- Ketika Yohan kembali dipertemuk...