3

1.8K 184 33
                                    

Jam pelajaran terakhir untuk hari ini.

Umumnya, saat tidak ada pelajaran seisi kelas akan riuh ramai.

Keadaan kelas XI IPS 4 pun sama seperti itu saat ini. Kelas yang berisikan 14 pria dan 6 wanita itu sungguh kacau. Ada yang karaokean, ada yang mabar, ada yang nobar, ada yang belajar, ada yang bengong, ada yang tidur, dan masih banyak lainnya.

"GUUUUYYSSSSS!" Yena yang baru saja datang dari ruang guru tiba-tiba berteriak.

Dan dengan kompaknya semua murid menoleh ke arahnya. Kecuali Yohan, dia sedang tertidur pulas.

"Pak Bambang ga bisa ngajar." kata Yena.

"Yessss pulaaang." Yujin bergegas menggendong tasnya.

"Belum boleh pulang woy, kan gerbangnya dikunci." sahut Seokwa.

"Jadi ini jam kosong?" Yunsong dengan polosnya bertanya pada Yena.

"Iya ini jam kosong." jawab Yena. "TAPI GUE MINTA PERHATIAN KALIAN BENTAR GAEESSSSS!"

Entah karna takut Yena atau apa, mereka semua langsung diam dan fokus mendengarkan Yena di depan kelas.

"Oke. Pertama-tama gue mau bilang makasih karna udah milih gue jadi ketua kelas, semoga kalian semua ga menyesal dengan pilihan kalian."

"Merinding gue dengernya." Suhwan berbisik ke Guno. Namun hanya dibalas cengiran.

"Kedua-dua gue mau bahas soal pengurus kelas. Siapa yang berminat mencalonkan diri coba angkat tangan."

Sepi. Tidak ada yang mengangkat tangannya.

"Ayo guys siapa yang mau jadi wakil ngacung!"

Tetep tidak ada yang ngacung. Malah mereka saling toleh satu sama lain.

Kesal, Yena memukul penghapus papan ke atas meja.

"Ekaget gue goblok!" Yuvin latah.

Sihun angkat tangan. "Gue mau jadi wakil, tapi dengan satu syarat."

"Apa?"

"Gue ga bantuin apa-apa."

"Yaelah trus kenapa lu jadi wakil jamal!" protes Yuvin ke Sihun.

Sihun cengengesan. "Kalo jadi wakil kan ga disuruh piket cuk!"

"YEEEEEE WOOOOOOO" sorak semuanya serempak.

Sedangkan Yena hanya menatap Sihun dengan tajam.

Sihun menciut. "Ehe becanda deng maaf jan serius-serius laaaa"

Tiba-tiba Gichan angkat tangan. "Gue siap jadi wakil." katanya mantap.

"Serius mau?" tanya Yena

"Serius lah."

"Lo mau bantu ngurus kelas kan?"

"Iya gue mau."

Seokwa menahan tawanya sambil berbisik, "berasa liat cowo mau ngelamar cewenya, will u marry me?"

"Ngurus rumah tangga kita juga mau." celetuk Guno.

Cowo-cowo di pojok belakang mulai tertawa pelan. Namun masih bisa terdengar oleh Yena. Dia diam saja, malas menanggapi.

"Oke wakilnya Gichan ya. Sekarang siapa minat jadi sekretaris ngacung!"

Kali ini sudah tidak ada yang peduli dengan Yena lagi. Mereka semua sibuk ngobrol. Sisa beberapa saja yang masih fokus.

"Gue tunjuk aja ya biar cepet."

"Jangan gue jangan gue.." kata Eunsang yang duduk paling depan, paling dekat dengan posisi Yena.

"Nako sekretaris, Hyewon bendahara." tunjuk Yena.

"Ha kok gue?!" pekik Nako dan Hyewon bersamaan.

"Iya karna.... Kalian cewe. Males gue pilih anak cowo." jawab Yena

Yujin tiba-tiba berdiri. "Gue mau jadi sekretaris, tulisan gue bagus."

"Lo kan osis."

"Oh iya lupa osis kan ga bisa jadi pengurus kelas."

"Emang iya?" tanya Hitomi yang juga anggota osis.

"Lah kan kak Jinhyuk pernah bilang gini 'usahakan tidak menjadi pengurus kelas karna akan mengganggu keaktifan kalian di osis' gitu." jawab Yujin sambil menoel pipi Hitomi.

"Gue bukan osis tapi kenapa Yena ga milih gue?" tanya Yuri tiba-tiba.

"Ya bagus dong." Suhwan yang duduk di sebelahnya menjawab sewot.

"Tar lo gantiin gue kalo gue ga kuat." kata Hyewon. Sedangkan Yuri hanya cemberut.

"Fix yaaaa ini pengurus kelasnya udah. Next gue mau minta no hp kalian buat bikin grup kelas. Sebutin yang jelas yaaa." Yena mengambil daftar absen. "Eunsang, berapa?"

"Satu- eeeeh kosong lapan satu tuju tiga enam empat tuju lapan sepuluh."

Yena menyebutkan satu persatu nama dan dijawab dengan baik. Sampai sini masih aman.

"Yohan?" Yena sudah sampai di nomor absen terakhir. Tapi ia tak mendapatkan jawaban. "Siapapun tolong bangunin Yohan!"

Suhwan dan Guno yang duduk di sebelahnya segera bergegas membangunkan. "Woy bangun woy udah mau pulang!"

Yohan cuma "hm" doang.

Suhwan mendekat ke telinga Yohan, "Yohan, bangun, tadi ada sidak trus rambut lo dicukur sebelah doang." bisiknya.

Dan berhasil. Yohan bangun sambil meraba rambutnya. "Serius?" tanyanya dengan raut muka terkejut.

Seisi kelas tertawa karna kebodohan Yohan yang natural sekali.

Tapi Yohan masih belum paham kenapa yang lain tertawa. Dia penasaran dengan bagaimana wujud rambutnya sekarang. Karna ga ada cermin akhirnya dia berkaca di kamera depan ponselnya.

"Yohan nomor hp lo berapa?" tanya Yena to the point.

"Hah?"

"Jangan hah hoh hah hoh buruan ini berapa nomor hp lo biar cepet kelar." Yena sudah lelah.

"Lo naksir sama gue?"

"Astaga......" Yena frustasi. Ia berjalan menghampiri Yohan dan merampas ponsel Yohan. Untungnya belum ke-lock.

Jari Yena sibuk memencet layar hp Yohan, dia menelepon nomor hpnya sendiri agar tau nomor Yohan berapa. Sampai segitunya.

"Maaf kartu prabayar anda dalam masa tenggang segera lakukan pengisian ulang untuk memperpanjang."

"Astagfirullah..........." Yena sudah tidak sanggup lagi.
"Yohan please sebutin nomor hp lo berapa ya. Ini untuk bikin grup kelas." ucapnya selembut mungkin sembari mengembalikan hp.

"Kenapa gue harus masuk grup kelas?"

"Ya karna lo anggota kelas ini."

"Kalo gue ga mau? Apa gue harus pindah kelas dulu?"

"Jangan mancing emosi gue ya hehehe" Yena tiba-tiba meregangkan ototnya.

"Gue mah lagi di kelas bukan di empang mau mancing gimana caranya pft"

"Apa? Coba bilang sekali lagi?" Yena sudah ancang-ancang mau menampol Yohan tapi dengan gerak cepat ditahan oleh yang lain.

"Sabar Yen sabaaaarrrr" bujuk Guno.

Kriiiiing kriiiiiing kriiiiing, bunyi bel tiga kali yang berarti sudah boleh pulang.

Yohan bangkit dari kursi dan berjalan keluar kelas dengan santainya. Tak lupa ia menjulurkan lidahnya ke arah Yena, jahil.

"YOHAN BRENGSEK!"

tbc




Makasi banget udah baca guys
Semoga kalian suka ya
💛

C l a s s m a t e • Yena-Yohan, dkkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang