23

1.1K 140 10
                                    


"CEWOOOOONNN!!!!" suara teriakan khas milik Sakura memenuhi ruang kelas IPS 2. Seisi kelas otomatis menoleh termasuk sang empunya nama.

"Apaan sih heboh banget?" tanya Cewon antusias begitu melihat Sakura dan Minju berlarian menghampirinya.

"Wah gila gila gilaaaa!!!!" Sakura merasa masih terkejut dengan apa yang barusan ia lihat.

"Ih cerita dong.... Apaan sih?" Cewon membujuk Minju yang terlihat lebih tenang untuk segera bercerita.

"Temen lo, Yena, pacaran sama Yohan?" ucap Minju setelah berhasil mengatur hela nafasnya.

"HAH?!" respon Cewon hanya tertawa meremehkan, karna yang ia tahu Yohan dan Yena sudah seperti anjing dan kucing yang tidak pernah akur. Gimana mau pacaran?

"Tadi kita liat mereka ciuman anjir!!!!" tambah Sakura dengan heboh.

"HAAAAAAAAH????!" baru lah Cewon tercengang hebat.

"Masa iya mereka ga pacaran tapi cium-ciuman? Woah!" kata Sakura lagi, kali ini menoleh ke arah Minju meminta persetujuan atas kalimatnya.

Minju tak menjawab, ia mengambil salah satu buku tulis Cewon untuk dikibaskan ke wajahnya yang terasa panas. "Ga polos lagi mata gue...." gumamnya sedih.

"Sssstt!" Cewon meletakkan jari telunjuk di bibirnya. "Ntar gue tanyain sama Yena soal ini, tapi kalian harus janji jangan bilang ke siapa-siapa ya?!"

Sakura dan Minju mengangguk dengan polosnya.

Tapi terlambat....

Sekelas udah pada denger!

***

Jam pulang sekolah.

Yena berjalan dengan gontai menuruni anak tangga. Sepasang earphone tertaut di telinganya. Alunan lagu dari playlist random menghiasi indra pendengarannya. Sama seperti suasana hatinya yang sangat random ga jelas saat ini.

Di satu sisi ia merasa berbunga-bunga begitu teringat Yohan yang tadi menyatakan perasaannya. Namun di sisi lain juga kesal dengan Yohan yang selalu memporak-porandakan hatinya.

Sama seperti hari-hari biasanya, kaki Yena melangkah dengan natural ke ruangan pribadi Bu Asih –ruang BK untuk menaruh beberapa berkas kelas.

Tapi Yena tercekat di ambang pintu begitu melihat orang yang sedang duduk di sana.

"Yena, duduk di sebelah Yohan!" perintah Bu Asih dengan nada yang amat sangat serius.

Yena menurut dengan perasaan takut. Ia duduk di sebelah kiri Yohan. Tanpa sengaja mata mereka saling bertemu. Yohan tersenyum lebar dan mengangkat sebelah alisnya. Sedangkan Yena hanya bisa mendelik sebal.

Bu Asih terlihat sibuk dengan laptop di hadapannya sampai tak menyadari gelagat sepasang insan yang kini sedang di mabuk asmara itu.

"Ekhem!" Bu Asih berdeham sambil melepaskan kaca matanya. "Coba kalian lihat ini!"

Yohan dan Yena refleks mencondongkan tubuhnya agar bisa melihat layar laptop lebih jelas. Itu terlihat seperti rekaman cctv dengan fokus salah satu koridor sekolah.

"Bisa kalian jelaskan tentang ini?" tanya Bu Asih sambil menunjukkan objek di layar.

Yena membungkam mulutnya sendiri begitu layar mulai menampilkan dirinya dan Yohan beberapa jam lalu. Iya, tepat saat mereka ciuman!

"Wah itu saya lagi masuk tipi, Bu." jawab Yohan santai sambil cengengesan. Berbanding terbalik dengan reaksi Yena.

BRAK!!!

Suara gebrakan meja sukses membuat keduanya berjengit kaget.

"Jangan bercanda kalian!" kata Bu Asih dengan penuh amarah.

"Maaf, Bu... Itu insiden, eeee maksud saya ga sengaja, Bu...." Yena coba menjawab dengan sisa-sisa keberaniannya.

"Jadi gini," Yohan kembali angkat suara. "Saya sama Yena ini memang ada hubungan, Bu. Nah, akhir-akhir ini Yena lagi ngambek sama saya. Saya bingung gimana caranya baikan sama dia, karna saya udah gemes banget ya udah saya cium aja, Bu. Hehe"

Kalimat Yohan barusan sukses mendapat tatapan tajam dari dua wanita yang ada disana. Bahkan Yena sampai mengumpat dalam hati. Sedangkan Bu Asih hanya tertawa sinis.

"Oke, nanti saya hubungi orang tua kalian untuk menghadap saya!" kata Bu Asih dengan tegas.

"Yah, jangan, Bu...." bujuk Yena seraya menggenggam tangan gurunya itu. Tapi segera dihempas dengan kasar.

"Orang tua kalian harus tahu gimana tingkah anaknya di sekolah!"

"Memangnya perbuatan kami itu salah, Bu?" Yohan memulai perdebatan.

"Menurut kamu tidak salah?"

"Kami kan saling mencintai, apa tidak boleh?"

"Tapi ini lingkungan sekolah, Yohan. Tolong jaga sikapmu di sekolah! Terserah kamu mau berbuat apa, asal jangan di sini. Paham?"

"Iya, paham. Tapi–"

"Bisa diem ga?!" bentak Yena sambil memukul lengan Yohan gemas.

"Gue cuman pengen tau kenapa saling mencintai itu dilarang, Yen." ujar Yohan dengan semangat.

"Cukup! Silahkan keluar dari ruangan saya dan kembali lagi besok bersama orang tua kalian!" habis sudah kesabaran Bu Asih.

"Bu, tolong jangan panggil orang tua saya.... Gapapa deh, hukuman lain apa aja akan saya lakuin, Bu.." rengek Yena. Rasanya udah mau nangis dia sekarang.

Yohan mengangguk setuju, "Toh, Ibu saya ga mungkin bisa dateng karna jauh dari sini. Jadi mending hukuman lain aja."

"Saya janji ga akan ada kejadian kaya gini lagi, Bu...." rayu Yena lagi sambil menyenggol lengan Yohan, "Iya, kan, Han?"

Tanpa pikir panjang Yohan langsung mengatakan, "Iya, Bu..."

Bu Asih menghela nafas beratnya. "Ya sudah, kalau begitu tulis permintaan maaf dan janji tidak akan mengulangi sebanyak satu buku tulis penuh 38 lembar."

Meskipun hukuman itu juga lumayan berat, tapi Yena tersenyum senang. Setidaknya Mamih tidak perlu repot-repot datang ke sekolah.

"Baik, makasih, Bu...." kata Yena sembari bangkit dari duduknya. Tak lupa ia menarik kerah belakang Yohan agar segera keluar dari sana. Sebelum berulah lagi mulutnya.

Di luar ruang BK.

"Beb, kasar banget tarik-tarik baju. Kenapa sih?" tanya Yohan tanpa dosa.

"Lo tuh yang kenapa, ha?!"

"Gue kenapa?"

"Harusnya tadi lo diem aja! Bukannya malah jawabin ngaco gitu, gila lo emang!"

"Ngaco dari mana? Gue jawabin fakta. Dianya aja yang lebay!"

"Yohan, bisa ga sih lo ga nambah masalah hidup gue?!"

"Nambah masalah gimana?"

"Hidup gue baik-baik aja sampe lo dateng bikin gue naik darah tiap hari, lo sadar ga?!" suara Yena mulai gemetar karna menahan air matanya.

"Yena....."

"Gue benci banget sama lo!"

Yohan diam. Tak lagi berani menjawab.

"Gue ga mau liat muka lo lagi! Minggir!" lalu Yena berjalan cepat sambil mengusap air mata di ujung pelupuk matanya.

Sedangkan Yohan hanya menatap punggung Yena yang semakin menjauh. Ada perasaan bersalah di lubuk hatinya.








Tbc

C l a s s m a t e • Yena-Yohan, dkkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang