9

1.3K 158 14
                                    

Hujan deras mengguyur wilayah rumah Yena.

Dan pertengkaran itu kembali terjadi.

"Gue bilang juga apa, mending tadi pake jas hujan kan ga kebasahan gini." omel Yohan sembari memarkirkan motor di basement apartemen.

"Ya gue pikir hujannya bakal reda eh malah tambah deres." Yena beralasan.

"Tau darimana coba kalo hujannya bakal reda? Lo tuhan?"

"Astagfirullah... Ya ga gitu juga!"

"Tar lo tambah demam gimana? Mana ga pake helm pula."

"Ish! Ngomel mulu sih, pulang sana!" Yena berjalan meninggalkan Yohan dengan menyeret kakinya yang masih sakit.

"Heh! Lo ga nyuruh gue mampir dulu gitu?"

Yena berbalik badan, dilihatnya baju kaos Yohan sudah basah kuyup karna kehujanan tadi, kasian. "Yaudah ayo!"

Yohan berlari kecil kegirangan. "Kaki lo udah bisa dipakai jalan sekarang?"

"Masih sakit sebenernya..." Yena berubah ekspresi menjadi pura-pura kesakitan. "Gendooong" rengeknya.

"Ga! Jangan manja udah gede."

Mereka memasuki lift, lalu Yena menekan angka 6 pada panel lift.

"Eh gue mau tanya, tapi lo harus jawab jujur ya?" Yohan tiba-tiba serius.

"Tanya apaan?"

"Berat badan lo berapa sih? Pinggang gue encok nih."

"Mmm maksud lo.... Gue gendut? Gitu?"

"Ya gue ga bilang gendut, cuman berat."

Yena melipat lengan jaket yang ia kenakan. "Udah pernah berantem sama cewe gendut belum?" tantangnya.

"Belum– eeeh udah nyampe cepet banget." Yohan mengalihkan pembicaraan.

Tapi memang benar, pintu lift terbuka dan ada anak kecil disana.

Yohan sudah melangkah keluar lift namun segera ditahan oleh Yena, "mau kemana? Ini masih lantai tiga."

"Oalah, ini adiknya mau ikut kali. Sini dek masuk" ajak Yohan.

Si anak kecil itu hanya menggeleng lalu berlari sambil tertawa.

"Biarin aja, dia emang nakal suka mainin lift." kata Yena lalu menekan tombol lift tertutup lagi.

"Jahil banget mirip siapa ya?"

"Mirip lo!"

"Kecil gue ga senakal itu."

Yena tidak menjawab, pusing.

Sampai akhirnya lift kembali berhenti. Kali ini benar lantai 6. Mereka keluar dari lift dan berhenti di depan pintu apartemen paling ujung.

"Assalamualaikum," Yena memberi salam begitu pintu terbuka.

"Kok sepi?" tanya Yohan yang mengekori Yena ikut masuk ke dalam apartemen.

"Lo duduk sini aja dulu." Yena mengarahkan Yohan ke ruang tamu lalu ia masuk ke salah satu kamar.

Bukannya duduk, Yohan malah melihat-lihat isi rumah Yena. Foto keluarga, piala & piagam penghargaan, oleh-oleh dari luar negeri, dan barang unik lainnya terpajang disana.

"Kak, pinjem baju ya." suara Yena terdengar sampe ke ruang tamu. Ternyata rumah tidak sedang kosong.

"Engga. Terakhir lo minjem ga dicuci." suara pria. Ternyata Yena punya kakak cowo.

C l a s s m a t e • Yena-Yohan, dkkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang