Keempat mahasiswa itu tengah berlari, memburu waktu, peluh keringat tak terhindarkan. Menaiki tangga demi tangga hingga sampai pada lantai 6 gedung perkuliahan. Dua sosok tinggi besar di antara yang lain sedang menunggu dua orang lain yang masih berjuang melawan rasa sakit pada kedua kaki kurusnya.
"Ayolah bunny~ kitty~ C'mon! Ini sudah lewat 30 menit.." Ucap pria yang tingginya seperti pemain basket dengan postur badan besar cukup atletis. Namanya Johnny.
"Kakimu panjang, sialan. Kau lebih baik gendong aku, kakiku sudah sekarat." Teriak pemuda yang tadi dipanggil Bunny, karena giginya mirip kelinci dan mata menggemaskan itu benar-benar mirip Bunny. Sebuah panggilan akrab dari pria bernama Doyoung.
"Arghh! Kau ini." Johnny kembali turun menuju lantai 5. Padahal hanya melewati dua bait tangga lagi dia sampai tapi dia sudah menyerah. Johnny dengan langkah memburu menemui Doyoung yang kelelahan.
"Naik cepat."
"Tunggu. Yongie?? Kau masih hidup?" Doyoung berteriak mengintip keadaan bawah lewat celah dekat pegangan tangga. Dilihatnya Taeyong sedang berjalan santai, pelan namun perlahan sampai. Dia masih berada di lantai 4 menuju tempat Doyoung. Pria itu tak menjawab karena fokus menikmati perjalanannya. Di bagian samping memang terbuat dari kaca, sehingga menampilkan pemandangan kota dari atas dan cukup menenangkan jika dinikmati sambil berjalan.
"Jaehyun? Kau gendong Yongie. Kita bisa diusir kalau kita terlambat."
"Kita sudah terlambat, bodoh!!" Doyoung sudah berada di bagian belakang punggung Johnny sengaja memukul bagian kepalanya karena kesal.
"Akh, maksudku aku tidak ingin semakin terlambat. Jae?! Kau dengar aku?" Jaehyun yang daritadi berdiri dengan gusar menunggu ketiga temannya mengernyit bingung. Kemudian bergerak turun.
"Nah, sampai juga akhirnya.." seru doyoung ketika kaki mungil nan kurus milik Taeyong menapak di lantai yang sama dengannya.
"Bukankah ruangannya di lantai 6?" tanya Taeyong.
"Ya, kau perlu digendong kitty agar tidak membuang waktu banyak. Nah Jae, C'mon!" Jaehyun berjongkok di depan Taeyong namun membelakanginya. Memberikan punggung kekar untuk sahabatnya itu.
"Eih, aku masih kuat ya~ Tidak seperti Doyoung." Johnny menghela napasnya berat. Doyoung menatap Jaehyun memberikan kode.
"Yak!! lepas!! Jaehyunie!!! Aku bisa sendiri!!!!" Mereka tidak peduli bagaimana Taeyong berteriak seakan dia sedang diculik padahal Jaehyun hanya menggendongnya seperti karung beras.
Merekapun berlari lagi, melanjutkan perjuangan mereka yang sempat terhenti. Berhenti di depan sebuah kelas. Masuk tanpa melepaskan gendongan itu. Semua mahasiswa langsung menatap aneh. Tidak juga, karena memang ini sudah menjadi kebiasaan keempat orang itu.
"Kalian lagi? Baik, pilih hukumanmu sendiri." Ucap Mr.Yoo tak habis pikir. Setiap kelasnya selalu saja mereka datang terlambat sampai hukuman saja dipersilahkan untuk memilih sendiri.
"Biarkan kami masuk dan melanjutkan materi. Bapak tahu kan, kalau kita dihukum anak-anak yang lain pasti merasa terganggu. Jadi, mari kita berdamai dan lanjutkan materi." Johnny memberi ide. Tenang, Doyoung dan Taeyong sudah turun dari badan besar itu.
"Iya pak, tadi saat perjalanan kemari ada kecelakaan di jalan jadinya macet. Lihat, kami sampai berlari kemari dan berkeringat seperti ini. Mengurangi ketampanan di wajah kami, demi siapa? Bapak Yoo tercinta. Jadi biarkan kami masuk?" Doyoung ikut bernego sampai memelaskan wajahnya, seperti sedang menonton Bunny live action. Dia pintar sekali mengarang cerita.
"Maafkan kami.." Taeyong tiba-tiba berlutut sambil menunduk. Jaehyun kaget tapi dia juga setia, selalu menjadikan Taeyong tauladan. Jadi dia ikut berlutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS || John • Jae • Yong • Young ✔
Fanfiction[✔COMPLETED] friends? Really? Sebuah kisah ((persahabatan)) antara Johnny, Jaehyun, Taeyong dan Doyoung yang memutuskan tinggal bersama untuk menghemat biaya* ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ start : 12/07/2019 finish : 9/08/2019