"Kata orang kalau jodoh itu mirip mukanya. Nah, kalau mirip sama kakak sendiri harus bagaimana, kak?" Taeyong bingung. Xiaojun tiba-tiba memberikan pertanyaan yang bagi Taeyong itu membingungkan.
"Aku menyerah. Kasih tau jawabannya kutransfer 5.000 won lagi." Benar kata Doyoung jika Taeyong itu antara polos dan bodoh itu beda tipis. Ini sudah kesekian kalinya dia main tebak-tebakan bersama dengan adik kesayangannya lewat video call. Tiap dia kalah, dengan baik hatinya dia membagi uang pada Xiaojun.
"Jawabannya... Ya,wajar dong. Kan masih satu darah. Hehe.. Jangan lupa transfer ya kak Yong sayang~" Sengaja Xiaojun panjangkan nada bicaranya berniat menggoda kakaknya.
"Mana ada jawaban begitu, hm. Setelah ini kutransfer. Bagaimana kabar roomatemu? Dia orang baik kan?"
"Tentu, Hendery baik sekali padaku. Meskipun sedikit aneh tapi satu jam tanpanya sangat membosankan."
"Oke Ojun sayang, jangan nakal ya disana. Kakak tutup dulu besok ada ujian, bye~"
"Tumben sekali kakak belajar, oke bye~"
Mereka saling melambaikan tangan. Berpisah memang menyedihkan tapi bagi Taeyong selama dia bisa melihat wajah tampan Xiaojun lewat video call sudah cukup baginya.
"Uangku kok tinggal sedikit, yah.." Baru sadar siempunya rekening setelah cek saldo.
Doyoung datang membawa beberapa buku dan laptopnya. Duduk di depan Taeyong dengan tenang. Mereka berada di balkon untuk belajar persiapan ujian tertulis besok. Yang benar saja, mata kuliah Web Design bentuk ujiannya adalah tulis. Mau tidak mau harus menghafal kode HTML, CSS, dan bahasa alien lainnya. Menyebalkan. Taeyong membuang nafasnya yang penuh beban. Bersandar pada kursi dan menatap langit sedikit emo.
"Kenapa? Ada masalah dengan Ojun?" Taeyong menggeleng.
"Atau dia sedang membuat masalah disana?" Taeyong menggeleng lagi.
"Kau masih merindukannya?" Taeyong menggeleng lalu mengangguk.
"Sebenarnya kau ini kenapa? seperti orang susah." Faktanya memang begitu. Taeyong meneggakkan punggungnya dan menatap Doyoung sedih.
"Kau punya uang, Doy?"
"Ada, tapi tidak untuk kupinjamkan."
"Kim Doy, pelit."
"Aku hanya berjaga-jaga untuk kebutuhanku. Tumben sekali kau kehabisan uang di awal bulan?"
"Aku kalah main game dengan Ojun dan aku tidak sadar sudah memberinya uang sampai 40.000 won. Sekarang aku harus hidup dengan 10.000 won untuk sebulan?! Mimpi buruk apa ini??" Taeyong pura-pura menangis dengan dramatis agar menarik simpati teman super realistisnya.
"Kau butuh pekerjaan? Aku lihat cafe dekat apartment kita buka lowongan." Jika Doyoung sudah berkata A, jarang sekali dia ubah. Taeyong menyerah, sepertinya dia harus mencari pelerjaan.
"Hmmmm... Mau mau mau~"
"Yasudah tinggal daftar saja."
"Bagaimana caranya?" Maklum ini kali pertamanya Taeyong bekerja. Jika tidak karena himpitan kebutuhan dia tidak akan mau bekerja disaat minggu uas seperti ini.
"Datang saja kesana bawa dokumen seperti CV, portofolio, dan pas foto." Taeyong mengangguk mengerti lalu masuk ke dalam kamar. Mungkin sedang ribut mempersiapkan lamarannya. Ketimbang mempersiapkan diri untuk ujian besok.
Terdengar suara pintu terbuka dan Doyoung bisa menangkap wajah berantakan Johnny melewati ruang tengah dan menuju kamar. Dia penasaran apa yang membuat seorang Johnny menjadi pemurung. Kaki Doyoung berjalan menuju kamar berniat untuk menyapa tapi yang Doyoung dapatkan malah hirauan. Karena pria itu sedang tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS || John • Jae • Yong • Young ✔
Fanfic[✔COMPLETED] friends? Really? Sebuah kisah ((persahabatan)) antara Johnny, Jaehyun, Taeyong dan Doyoung yang memutuskan tinggal bersama untuk menghemat biaya* ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ start : 12/07/2019 finish : 9/08/2019