3. Yongie Marah

3.3K 351 8
                                    

Ingatkan mereka kalau besok hari senin, saatnya kembali ke rutinitas membosankan sebagai mahasiswa seni. Ingatkan juga jika sekarang pukul sebelas malam dan mereka malah mengadakan rapat. Di meja makan. Tanpa makanan. Oknum yang menginterogasi adalah Doyoung dengan Johnny sebagai asistennya. Oknum yang ditanyai, dituduh dan difitnah secara menyedihkan adalah Taeyong dan Jaehyun.

"Jadi, Tuan Jung dan Tuan Lee.. Bisa jelaskan kronologisnya?" Doyoung melipat tangannya di meja dan duduk tegak. Johnny menjadi orang sok serius dengan note kecil di tangan dan bolpoin.

"Jaehyun, kau jelaskan. Aku sudah katakan berapa kali kalau tidak ada yang terjadi."

"Lalu, bagaimana bisa pakaian kalian berserakan di lantai. Jika kalian jujur tidak apa, kami tidak akan membenci kalian. Akui saja orientasi seksual kalian kepada kami. Ingat, kita sahabat, bukan?"

"Hassh!! Menyebalkan.. Aku mau mandi, persetan dengan dugaan bodohmu itu Doyoung." Taeyong berdiri, menatap Doyoung dan Johnny bergantian dengan ketus. Taeyong benar-benar marah. Dia pergi ke kamarnya menutupnya dengan keras dan menguncinya dari dalam.

"Oke, kalian lihat kan? Jadi, akhiri semua kekonyolan ini Tuan Kim. Kau yakin kita, teman? sahabat? Apa seperti sikap seorang yang mengaku teman? Ini kekanakan."

Johnny tak bisa berkata lagi. Dia hampir shock berat karena seorang Jaehyun memperlihatkan emosinya untuk kali pertama. Doyoung menunduk, merasa bersalah.

"Kau kemana?"

"Mandi. Yang benar saja, aku baru bangun, belum makan apapun tapi harus meladeni sikap konyol kalian. Jangan ganggu aku." Jaehyun masuk ke kamarnya. Menutup dengan bantingan lebih keras dari Taeyong. Mengunci dari dalam. Oke, Doyoung dan Johnny harus tidur diluar.

"Lalu bagaimana?"

"Aku ingin tidur, John. Kau bisa pakai sofa aku bisa pakai sleepingbag milikku." Doyoung berjalan lemas menuju ruang tengah. Dia menutup dirinya sepenuhnya.

"Kau bisa tidur diatas. Aku akan memakai sleepingbag milikmu." Kata Johnny baru saja mengambil selimut.

"Eum, baiklah jika kau memaksa."

"Aku tidak memaksa, aku hanya kasian."

"Terserahmu saja, John. Selamat malam."

Hening. Dingin. Perasaan menyalahkan diri. Merasa bersalah terhadap satu sama lain. Perasaan takut telah menyakiti satu sama lain. Masing-masing dari mereka tidak bisa tidur. Sungguh mengatasi pertengkaran adalah paling rumit disaat tinggal bersama. Menyatukan empat otak, emosi, ego, perasaan. Apalagi mereka masih dalam masa pertmbuhan-labil. Masa pertumbuhan menuju tingkat dewasa.

Pagi itu, tak ada yang berkutik dari posisi nyaman yang bernama kasur. Sudah bangun namun tak ada yang beranjak. Rasa malas menghantui mereka untuk memulai aktifitas.

Doyoung orang pertama yang beranjak dari tempatnya. Dia menuju kamarnya untuk bersiap diri. Mengetuk pintu perlahan. Sedikit pelan dan hati-hati saat memanggil Taeyong.

"Yongie, maafkan Do. Bisa buka pintunya? Yongie? Yongie?"

krik.

"Hyunie, maafkan John. Bisa buka pintunya? Hyunie? hyunie?"

Menyadari kemiripan, Doyoung menoleh. Melihat seseorang yang berdiri sambil matanya tertutup sesekali menguap mengikuti gaya bicaranya. Bahkan konotasi pengucapannya juga.

"Taeyong!!!!! Buka!!!!! Kita bisa telat.."

"Jaehyun!!!! Jika kau tidak mau membukanya, aku bolos hari ini. Hoamm~" Johnny melangkahkan kaki kembali. Namun berhenti saat terdengar suara kunci terbuka.

FRIENDS || John • Jae • Yong • Young ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang