17. Teman?

960 152 5
                                    

"Sekarang jelaskan kenapa kau bisa ada disana?"

Mereka sampai dirumah. Melanjutkan perdebatan panjang yang telah mereka mulai di perjalanan, sampai di parkiran bahkan di sepanjang jalan menuju tempat mereka. Seakan semua yang terjadi hari ini. Emosi bergejolak Jaehyun. Masalah yang tiba-tiba muncul. Merupakan kesalahan Taeyong. Dia sampai stres daritadi mendengar ocehan Jaehyun yang terlalu khawatir padanya.

Hal yang paling membuat Jaehyun tak mengerti adalah bagaimana bisa Taeyong bisa berada di tempat yang jauh dari tempat kerjanya. Pulang disaat malam sudah hampir larut. Bersama dengan orang asing yang terhitung baru dikenalnya. Apakah Taeyong melupakan soal Yuta? Tidak mau belajar dari kesalahan? Jaehyun ketakutan setengah mati hal itu akan terjadi lagi. Apakah wajar jika dia memiliki rasa khawatir sebesar ini? Yang bagi Taeyong selalu berlebihan dimatanya.

"Aku lelah, Jae. Aku akan tidur di kamar Doy. Kau bisa pakai kamar kita." Taeyong menghela napas panjang dan kemudian beranjak dari sofa. Merasa betapa sakit kepalanya saat ini ia hanya ingin tidur.

"Jawab aku, Lee.." Tangan kokoh Jaehyun menghalangi Taeyong untuk pergi. Matanya menatap lurus menuju kedua pupil mata Taeyong yang besar. Membuatnya tak bisa berkutik. Demi apapun, Taeyong merasa dirinya terkunci hanya dengan dipandang seperti itu.

"Taeyongie?" panggilnya lembut terasa memikat.

"Oke.. Jadi, Bos menyuruhku untuk mengecek bahan makanan. Besok ada event besar jadi aku harus memastikan bahan makanannya besok pagi dikirim tepat waktu." penjelasan yang sama sekali tak membuat Jaehyun senang.

"Lalu? Kenapa kau bisa bersama Mika?"

"Jae.. Aku tidak ingin berdebat. Aku lelah. Kepalaku pusing. Aku ingin tidur. Soal Mika sudas kukatakan berkali-kali, kita... mmp" Kedua mata Taeyong melotot sangat besar. Tiba-tiba wangi parfum Jaehyun menusuk di hidungnya cukup kuat. Ia bisa merasakan sesuatu menempel di bibirnya. Jantungnya bekerja cukup cepat sampai-sampai kakinya mati rasa untuk bergerak. Napasnya tercekat di tenggorokkan. Taeyong bisa merasakan bahwa tubuh Jaehyun memeluknya sangat erat.

Masih belum sadar akan apa yang terjadi. Taeyong hanya berkedip sekitar 3 detik lalu mendorong tubuh Jaehyun kebelakang. Menghela napas dengan terburu karena sedari tadi anak itu menahan napasnya.

/Plak/ Taeyong menamparnya. Cukup keras. Sampai pipi mulus Jaehyun merah dan terasa panas.

"Taey--"

"Jangan ikut campur soal hidupku. Ingat, kita hanya teman. Aku tidak pernah menganggapnya lebih, Jaehyun."

Taeyong mendobrak pintu kamar cukup keras. Menguncinya. Meninggalkan pria itu sendiri. Masih berdiri mematung. Tangannya masih menyentuh pipinya bekas tamparan Taeyong. Sakit fisik bukan apa-apa dibanding dengan bagaimana perasaanya saat ini.

Teman? Ini patah hati terburuk yang pernah menimpa pria berusia 21 tahun itu. Malam terburuk dan juga hari terburuk.

(now playing : Lauv - Never Not)
We were so beautiful
We were so tragic
No other magic could ever compare

Jaehyun mengambil jaketnya. Pergi dari tempat yang membuatnya sesak. Dan bagi mereka berdua, tidak pernah tahu jika malam itu merupakan malam terakhir mereka bertemu. Jaehyun tidak pernah kembali ke apartment itu lagi. Bahkan memutus hubungan dengan teman-temannya.

There's a room
In my heart with the memories we made
Took 'em down but they're still in their frames
There's no way I could ever forget,

***

Semua telah berubah..

Rumah yang dulunya seringkali ramai kini satu per satu kehilangan penghuni tetapnya. Johnny mulai pindah darisana, dia memutuskan untuk tinggal bersama Ten. Doyoung masih tinggal disana tapi tetap saja jarang sekali berada di rumah. Dia terlalu sibuk dengan kegiatan kampus.

FRIENDS || John • Jae • Yong • Young ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang