18. Rindu

865 157 7
                                    

"Jae!! Jung fuckin Jaehyun!! Berhenti, kau!! Jung!! Arghhh, Jung sialan.."

Pria itu merengut kesal karena Jaehyun tak kunjung menoleh saat dipanggilnya. Padahal suara Johnny sudah bergema di seluruh lorong kampus meneriakkan namanya. Tidak mungkin Jaehyun tidak mendengarnya. Atau memang dia memilih untuk menghindar.

"John.. Sudahlah, biarkan saja. Aku sudah coba bicara dengannya percuma.. dia kepala batu." Doyoung ikut kesal. Dengan napas yang masih terengah-engah karena dari tadi berlarian mengejar Jaehyun, mereka memilih duduk di bangku terdekat.

Mereka hanya ingin bicara baik-baik dengan Jaehyun. Memperbaiki keadaan. Namun bocah itu masih dengan ego besarnya justru memilih melarikan diri dari masalah. Sudah hampir sebulan, Jaehyun sengaja mengasingkan diri. Memberi jarak dan menutup diri dari orang-orang disekitarnya. Karena siapa?

"Kalian disini rupanya?! Kenapa meninggalkanku. Jahat sekali.." Taeyong baru saja sampai. Belum apa-apa sudah memukul Johnny dan Doyoung.

"Tadi kami harus cepat berebut voucher makan pizza, sayang sekali sudah diambil si Lucas, sialan.."

Doyoung berbohong. Hanya tidak ingin Taeyong menyalahkan dirinya lagi. Teman-temannya tahu meskipun dari luar Taeyong sepertinya baik-baik saja, dibalik itu semua dia akan menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi. Berakhir dia sendiri yang menjadi stress karena terlalu over thinking.

"Ahh yaa.. Dengan seenaknya dia naik ke punggungku, gila tulangku rasanya mau patah. Arghh!!" Johnny ikut-ikutan berakting seperti para kakek yang sedang punya masalah dengan tulang belakang.

"Mana ada orang bagi-bagi voucher?"

"Ada... Tadi di depan gerbang. Sudah ayo, kantin. Aku haus." Doyoung merangkul Taeyong mengajaknya pergi. Si Johnny jalan santai di belakang sambil terus merapikan rambutnya yang agak berantakan karena olahraga dadakan barusan.

Sesampainya di kantin, Johnny bisa melihat Mark dan geng super berisiknya menguasai hampir separuh kantin. Padahal mereka hanya berempat. Duduk saja rasanya sudah seperti mengadakan konser.

"Kak!! Sini, gabung~" Ajakan Mark disambut ketiga senior itu senang. Meskipun jika boleh jujur, Johnny agak sedikit malu.

"Wassup, man!" Lucas mengajak highfive Johnny namun tak digubris olehnya. Malah balik menatapnya tajam.

"Dia seniormu, bodoh.." Haechan memukul kepala Lucas dari belakang untuk menyadarkannya.

"Ehehe.. Maafkan Lucas kakak-kakak. Silahkan duduk disini.. Mau pesan apa?" Lucas sudah berlagak seperti pelayan profesional di rumah makan.

"Lucas tadi katanya dapat voucher makan ya? Traktir dong~" Taeyong dengan semangat menggebu-gebu memohon pada Lucas. Doyoung dan Johnny hanya bisa menepuk dahi mereka bersamaan.

"H-hah?? Voucher? Lucas tidak-- mmp!!" Johnny membungkam mulut besar Lucas. Berhasil membuat Mark, Haechan dan teman satunya yang terlihat sedikit soft tertawa.

"John, Lepas! Anak orang itu.." Johnny seakan tuli. Dia tidak mau dengar. Meninggalkan mereka berdua yang sedang bertengkar dan menjadi pusat perhatian. Mereka akhirnya mulai memesan makanan.

"Yong, pesan apa?"

"Aku tidak makan."

"No. Kau harus makan." Ucap Johnny masih bertengkar dengan Lucas.

"Aku pesankan."

"Tidak mau, Doy. Aku tidak mood makan. Perutku mual jika kupaksa. Nanti saja, ya.."

"Tid- Awkh!!" Johnny menjerit kesakitan, barusaja tangannya digit oleh gigi besar Lucas yang tajam. Sampai berbekas gigi.

"HAHAHAHAHH!! Lanjutkan!!" Mark adik yang kurang ajar memang. Johnny harus repot-repot memutari meja hanya untuk memberikan pukulan sayang untuknya.

FRIENDS || John • Jae • Yong • Young ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang