Kau ini sebenarnya apa?
Pertanyaan itu menggantung di udara sebelum akhirnya Fairi kembali muntah, dan pingsan. Tubuhnya sudah menyerah.
Saat tersadar, ia berada di dalam sebuah kamar dengan wallpaper bunga mawar menghiasi semua dindingnya. Saat menyapu matanya ke sekeliling, ia langsung menemukan wajah menyebalkan itu duduk di sampingnya, sedang berbincang dengan seorang wanita paruh baya.
"Kau sudah bangun." suaranya mengingatkan Fairi pada Eric, berat. Cewek itu merasa ada yang melepaskan kupu-kupu di perutnya.
Cowok itu lagi-lagi menatapnya lekat, masih penasaran dengan apa yang ia temukan hari ini. "Bagaimana, Oma? Apa yang terjadi padanya? Apa ia sebenarnya?"
Wanita tua yang dipanggil Oma itu hanya tersenyum mendengar pertanyaan Alpha di depannya. Tangannya yang sudah keriput mengelus rambut Fairi pelan dan matanya yang cokelat memandanginya dengan lembut dan keibuan. Beberapa saat cewek itu merasa ingin menangis karena diperlakukan selembut itu, namun ditahannya.
Oma menoleh ke arah penyihir cowok itu, "dimana kamu menemukannya, Alpha?"
Alpha?
"Gacco."
"Dia milik orang lain." jawab Oma lagi sambil terus tersenyum dan mengelus rambut panjang Fairi.
Cewek itu melihat kebingungan di wajah tuannya, mungkin wajahnya sendiri seperti itu. Ia juga penasaran apa yang terjadi padanya, pada tubuhnya. Apa ia sakit? Apa Oma ini bisa menyembuhkannya?
Oma melanjutkan lagi, "darahnya sudah dibuatkan perjanjian oleh penyihir lain, dan ia sedang 'memanggil', itulah kenapa tubuhnya bereaksi seperti ini."
Ia masih tersenyum sebelum melanjutkan, "ada dua cara untuk menyelamatkannya; mencari tuannya yang sesungguhnya, atau membuatmu menjadi tuannya juga."
"Ia sudah kubeli." jawab cowok itu pendek.
Artinya, ia sudah memilikinya, kan?
Oma menggeleng, tangannya kini menggenggam tangan Fairi, "bukan, bukan begitu. Kamu harus membuat perjanjian darah dengan gadis ini juga, menjadikanmu tuannya."
Perjanjian darah? Apakah itu yang ia lakukan dengan MadDog?
"Kamu tidak bisa mengganti yang sudah ada," kata Oma lagi, kini tersenyum memandang Fairi, "Tapi kamu bisa menyempurnakannya."
Ruangan itu kembali hening, hanya ada suara jangkrik dan hewan malam di luar. Berapa lama ia pingsan?
"Perjanjian darah itu yang membuatnya memiliki kemampuan seperti penyihir." Fairi mendengar cowok itu bicara, lebih kepada dirinya sendiri, "Tapi manusia biasa tidak akan bisa memiliki kemampuan apapun bahkan bila ia meminum semua darah penyihir."
Ia memandang lurus ke cewek itu, "Kecuali, kau bukan manusia biasa."
"Katakan padaku, siapa kau sebenarnya?" nada itu lagi, dan lidah Fairi terasa bergerak ringan.
"Aku seorang pengendali air dari negara Selatan."
Cowok itu mengangguk, namun belum melepaskannya. "Kemampuan apa yang kau dapatkan dari perjanjian darah itu?"
Apa cowok ini mengeluarkan kemampuan penyihirnya? Karena cewek itu tak bisa menutup mulutnya.
"Aku bisa mengendalikan darah."
Hening lagi.
"Siapa namamu?" tanya Tuannya, namun kali ini dengan nada yang berbeda, dan Fairi bisa merasakan ia tak harus menjawabnya, maka ia memilih tak menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRI : Istana Kaca (Buku 2) ✔
FantasyUsai meninggalkan Menara Langit, Fairi melanjutkan perjalanannya ke Barat untuk mencari penyihirnya dan mengobati sakitnya... atau ia akan mati di tangan orang yang memberinya kekuatan? disclaimer: cover image isn't mine, i took it from pinterest.